Pemandu : Saya menghargai kalian semua yang sudah bekerja keras di ujian tahap ketiga! Saya akan menyiapkan buku pedomannya dan perkenalkan nama saya adalah Khara! Ini akan memakan waktu sekitar 2 jam untuk bisa sampai di pulau Zebil. Para peserta ujian Hunter sekalian, semuanya ada 24 peserta yang tersisa di sini, jadi jika kalian gagal dalam ujian tahun ini janganlah bersedih atau berkecil hati karena kalian masih bisa mengulanginya lagi tahun depan.....
Kapal ferry sedang menuju ke pulau Zebil. Semua peserta ujian yang berada di dalam sebuah kapal ferry milik Asosiasi Hunter tidak tertarik bahkan tidak mendengarkan ocehan panjang dari seorang pemandu tersebut.
Pemandu : . . . . . (Si-sialan menyedihkan sekali. Tidak ada yang mendengarkanku sama sekali. Kalian kira aku ini radio rusak, huh?!) *tersenyum sambil menahan amarahnya*
Suasana tegang yang dingin bagaikan badai salju itu sangatlah mencengkram sehingga membuat pemandu itu merasa canggung dan tidak nyaman lalu terpaksa membungkam mulutnya sendiri kemudian pemandu itu pergi dari hadapan para peserta ujian begitu saja dengan rasa kecewa yang teramat dalam.
Para peserta ujian sibuk dengan pemikiran mereka masing-masing dan ada juga yang melakukan aktivitas pribadi masing-masing tanpa memerdulikan sekitarnya. Seketika persahabatan dan keakraban mereka pada saat berada di pulau bulan sabit hanyalah sebuah omong kosong atau pun tidak ada sama sekali.
Mereka semua yang tadinya berteman sekarang menjadi musuh. Tidak ada satu pun yang berani mendekat untuk berbasa basi satu sama lain seperti bertanya "siapa yang kau buru?" atau "dapat nomor berapa?"
Lucia tersenyum licik sekilas saat memerhatikan para peserta ujian yang diam seribu bahasa yang ada di sekitarnya.
Lucia : (Inilah sifat dasar dan egois manusia. Jika sudah merasa tidak bisa menguntungkan bagi mereka, maka mereka akan menghindari orang tersebut. Atau mencari hal yang bisa menguntungkan bagi mereka. Padahal sebelumnya mereka saling percaya dan bekerja sama satu sama lain tapi sekarang berubah dalam sekejap dan sangat berhati-hati hanya karena merasa adanya ancaman yang datang)
Tiba-tiba terdengar gumaman Kurapika. Gumamannya masih bisa terdengar oleh Lucia yang berdiri tepat di samping kirinya Kurapika. Lucia menghadap ke arah lautan dengan membelakangi para peserta lainnya.
Kurapika : Pertempuran akan segera dimulai.
Sedangkan Leorio duduk bersandar sama seperti Kurapika. Dia duduk tepat di samping kanannya Kurapika lalu menanggapi gumaman Kurapika. Posisi mereka bertiga berada di dek bagian belakang yang tidak terlalu ramai.
Leorio : Yaah... Seketika suasananya berubah dan mereka dengan cepatnya menyembunyikan nomor ID mereka masing-masing.
Kurapika : . . . .
Leorio : Hey, misalnya ya... Hanya misalnya saja... Kalau kau yang menjadi targetku, aku tidak akan belas kasihan padamu loh...
Leorio sengaja mengatakan itu. Dia sangat penasaran siapa yang akan diburu oleh Kurapika, dengan ragu sedikit melirak lirik ke arah Kurapika untuk melihat ekspresi dan reaksi Kurapika.
Kurapika : Oh tentu saja! Pada umumnya jika secara kebetulan kau yang menjadi targetku...
Leorio langsung refleks berdiri kaget mendengarkan ucapan Kurapika.
Leorio : Eh?!
Kurapika : Aku juga akan begitu (tersenyum menantang)
Leorio : Targetmu itu aku ya?! (sedikit panik)
Melihat reaksi konyol Leorio, Kurapika yang sedari tadi menahan rasa geli akhirnya sedikit tertawa kecil dengan gaya dan reaksi Leorio.
Kurapika : Pfft. Tenang saja. Targetku bukanlah kau. Kan kita sedang berbicara tentang kata "misalnya", bukan? (tersenyum)
Leorio : A-aku tahu itu...
Seketika raut wajah Leorio terlihat lega dan tenang.
Leorio : Dan... Targetku juga bukan kau! (spontan bersuara lantang)
Lucia tertawa mendengarkan perkataan Kurapika dan Leorio. Mereka berdua pun langsung melihat ke arah Lucia.
Kurapika : Benar juga, Lucia, ka---
Leorio yang kembali panik langsung memotong perkataan Kurapika dengan cepat lalu bertanya dengan gugup dan sedikit berteriak.
Leorio : Lu-lucia, targetmu bukan aku, kan?!
Lucia : Entahlah (menyeringai)
Leorio : Ja-jangan bercanda, ini bukan lelucon! (sambil menunjuk-nunjuk Lucia) Tapi kalau pun iya, aku tidak akan kalah dan menyerahkannya dengan begitu saja! Oh! Aku tahu kau itu sangat baik hati jadi kau pasti lebih memilih mengambil 3 poin dari 3 orang? Iya kan? (berharap)
Lucia menikmati kepanikan Leorio. Dia hanya menyeringai lebar tanpa berkata apa pun. Dia sengaja membiarkan Leorio seperti itu karena merasa lucu. Leorio yang melihat hal itu hanya bisa pasrah.
Leorio : Ba-baiklah tapi... (masih merasa gugup dan panik)
Lucia : Pfft. Tenanglah, bukan kalian berdua kok (tertawa)
Leorio dan Kurapika tersenyum lega.
Lucia : Paman dan Kurapika memangnya dapat nomor berapa?
Leorio : Yang penting bukan nomor kalian berempat (Gon, Killua, Kurapika dan Lucia). Asal bukan kalian, sisanya aku tidak perduli. Tapi sialnya aku bahkan tidak sempat mencari tahu siapa peserta dengan nomor yang akan kuincar (merasa frustrasi)
Kurapika : Aku juga begitu (tersenyum)
Lucia hanya tersenyum saat mendengarkan hal itu lalu melirik ke arah sebelah kanannya. Terlihat Killua yang sedang berdiri tidak jauh dari mereka bertiga. Disampingnya ada Gon yang juga sedang berdiri di sana.
Posisinya Gon sama seperti Lucia, dia melihat ke arah lautan dan membelakangi para peserta lainnya. Sedangkan Killua berdiri sebaliknya yang menghadap ke arah para peserta ujian lainnya. Tidak seperti Gon yang biasanya, Gon yang dari sebelum menaiki kapal sampai menaiki kapal hanya diam saja.
Gon melihat lurus ke arah lautan akan tetapi pandangannya kosong. Terlihat sangat jelas kalau dia merasa bingung dan juga takut, dia terus memikirkan bagaimana caranya supaya bisa mendapatkan nomor ID Hisoka. Lucia merasa jiwa Gon tidak ada ditempat, mencoba untuk menyemangati dan menenangkannya melalui telepati.
Lucia : "Aku tahu dengan kemampuanmu yang sekarang itu pasti berat. Tapi itu bukanlah hal yang mustahil. Dan kamu tidak usah terlalu memikirkannya, karena kamu pasti bisa."
Seketika lamunan Gon buyar saat terdengar suara Lucia yang tiba-tiba muncul dikepalanya. Dia yang kebingungan langsung melihat ke arah Lucia tanpa menjawab apa pun.
Lucia tersenyum. Killua yang menyadari sesuatu bergantian melihat ke arah Lucia lalu melihat ke arah Gon. Killua yang mengerti pun hanya bisa tersenyum lalu membiarkan mereka berdua.
Lucia : "Gon yang kukenal itu kan banyak ide dan selalu bersemangat, jadi tenanglah dan berpikirlah lalu lakukan apa pun yang kau bisa seperti biasanya"
Gon hanya mengangguk pelan lalu tersenyum tipis. Akan tetapi dia masih tidak merasa baikan. Killua yang penasaran pun mencoba untuk mencari tahu.
Killua : Gon...
Gon melihat ke arah Killua lalu membalikkan badannya, dia berjongkok lalu melihat ke arah langit, Killua pun ikut berjongkok dan melihat ke arah langit mengikuti arah pandang Gon.
Killua : Siapa?
Gon : Kalau Killua sendiri?
Killua : Rahasia.
Gon : Begitu...
Gon merasa ragu dan sulit untuk mengatakan siapa targetnya. Killua yang penasaran kembali bertanya dengan hati-hati.
Killua : Luci, ya?
Gon menggelengkan kepalanya dengan cepat lalu menjawab dengan pelan.
Gon : Bukan...
Killua : Jangan bilang aku?!
Killua menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya, Gon tertawa kecil lalu menjawab dengan santai.
Gon : Bukan kamu, juga Leorio dan Kurapika.
Killua langsung tersenyum lega.
Killua : Kalau begitu, tenanglah... Targetku juga bukan kalian berempat.
Baik Gon mau pun Killua langsung saling menyeringai lebar tapi tidak lama setelah itu, mereka berdua kembali terdiam. Gon pun kembali melihat ke arah langit tanpa ekspresi.
Killua : Terus nomor berapa?
Gon : Itu...
Killua : Bagaimana kalau kita saling menunjukkan kartu kita secara bersamaan?
Lucia : Nomor 44, Hisoka.
Tiba-tiba terdengar suara Lucia, refleks mereka berdua melihat ke arah sumber suara. Terlihat Lucia sedang berjalan mendekati mereka berdua. Killua yang mendengar nama Hisoka dari mulut Lucia pun tersentak kaget. Lalu bertanya sekali lagi untuk memastikannya kembali.
Killua : Maji?! (Serius?!)
Tanpa sedikit pun keraguan, Gon mengangguk pelan dengan lesu lalu mengeluarkan sebuah kartu dari saku bajunya dan memperlihatkannya ke Killua. Kartu tersebut menunjukkan angka 44.
Killua : Kamu sial sekali ya...
Gon : Begitulah (tertawa kecil dengan kaku)
Lucia : Oniichan, dapat nomor berapa?
Killua mengeluarkan kartunya dari saku celananya. Lucia tersenyum.
Lucia : Hee, 199 ya...
Killua : Luci, kau tahu siapa nomor ini?
Lucia : Ya, itu salah satu dari tiga bersaudara Amori.
Killua : Ciieeh... Tidak seru. Kalau kamu dapat nomor berapa?
Lucia : 99 (tersenyum licik)
Gon : Eh?! (tersentak)
Killua : Hoo... (tersenyum licik)
Killua dan Lucia langsung tertawa keras secara bersamaan dan itu membuat Gon kebingungan.
Gon : Killua, 99 itu kan nomormu. Kenapa kalian berdua malah terlihat senang?! Lucia itu serius?!
Lucia : Bohong. Aku bercanda (mengulurkan lidahnya)
Gon langsung menghela nafas lega.
Gon : Dasar jangan bikin kaget dong! Tapi syukurlah kalau ternyata itu bohong.
Killua : Memangnya kenapa?
Gon : Sebisa mungkin jangan ada pertengkaran atau pun pertarungan di antara persahabatan kita.
Lucia : Begitu kah? Tapi bukannya akan lebih seru ya? Apalagi kalau targetku itu oniichan (menyeringai lebar)
Killua : Setuju! (menyeringai lebar)
Gon : Tapi...
Lucia : Gon, kau sungguh polos (tertawa) Kalau misalnya aku memburu salah satu dari kalian berempat, aku tidak akan membunuh kalian kok palingan hanya membuat kalian terluka sedikit.
Penuh kepercayaan diri Lucia mengatakan hal itu. Saat mengatakan itu, dia mengulurkan lidahnya ke arah Killua. Dia sengaja menantang Killua untuk melihat reaksi Killua. Gon hanya diam melihat dan mendengarkan.
Killua : Tidak mungkin kau bisa melukaiku! (tertawa) Ngomong-ngomong, kau mau bagaimana menghadapinya, Gon?
Gon mengabaikan pertanyaan Killua. Tanpa sadar tubuh Gon bergetar hebat, akan tetapi hanya dia yang tahu rasa getaran itu adalah rasa takut atau rasa senang atau melainkan sensasi rasa semangat yang tinggi?
Killua : Gon!
Gon tersadar lalu sesaat berhenti bergetar.
Gon : Ng? Apa?
Killua tersenyum.
Killua : Apa kau merasa takut atau senang? Yang mana? Tapi apa pun itu, kau pasti bisa melakukannya. Berjuanglah!
Gon kembali merasa tenang dan bersemangat. Pada saat dia mengetahui keempat sahabatnya tidak saling berburu satu sama lain. Selain itu dia juga mendapat dukungan semangat dari kedua sahabatnya, seketika itu dia merasa jauh lebih tenang. Meskipun dia masih tidak tahu mau bagaimana cara menghadapi Hisoka.
Gon : Ryouhou ka na? (Kukira keduanya?) Aku tahu, tidak mungkin bisa melawannya secara langsung tapi aku hanya perlu mencuri nomor ID nya saja tanpa perlu melawannya secara langsung. Maka dari itu, aku memiliki kesempatan yang sesungguhnya walau pun itu sangatlah kecil... Sekarang pun aku mungkin punya kesempatan itu. Jujur aku merasa ketakutan tapi rasa ketakutan itu hanyalah sedikit.
Saat mencurahkan seluruh isi hatinya, terlihat mata dan tubuh Gon sedikit gemetaran. Killua yang mendengarkan semua curahan hatinya Gon itu hanya bisa tersenyum.
Killua : Aku mengerti...
Killua berdiri dari tempatnya, lalu mengambil skateboard miliknya yang tadi dia letakkan disampingnya.
Killua : Yah, pokoknya lakukanlah yang terbaik dan berjanjilah jangan sampai mati ya! Kau harus tetap hidup, Gon! (tersenyum lebar)
Gon : Ya! Killua juga ya! (tersenyum lebar dan mengancungkan jempolnya)
Lucia : Gon...
Gon : Ng?
Lucia : Burulah saat dia sedang berburu...
Gon : Apa maksudmu?
Lucia menepuk pelan sebelah bahu kiri Gon.
Lucia : Ingatlah perkataan itu baik-baik lalu temukanlah jawabannya sendiri. Hanya ini yang bisa kubantu (tersenyum)
Gon mengulangi perkataan Lucia di dalam hatinya. Lucia yang bisa mendengarkan hal itu hanya bisa tersenyum.
Lucia : Sepertinya kita hampir tiba di tujuan, ayo kita ke tempat peserta lainnya. Tapi sebelum itu... Oniichan, aku minta darahmu sedikit ya (menyeringai)
Killua : Dasar kau ini...
Killua langsung menggoreskan tangannya lalu mengulurkannya di hadapan Lucia dengan sukarela.
Di bagian Hisoka dan Illumi.
Hisoka berada di ujung dek bagian depan. Semua peserta yang berada di dek yang sama dengan Hisoka merasa tidak nyaman sehingga menjaga jarak sejauh mungkin darinya kecuali manusia berpaku, Illumi. Tidak ada satu pun peserta yang berani berdiri di sekitaran mereka.
Hisoka : Siapa targetmu?
Tanpa berbasa basi Illumi langsung menunjukkan kartunya. Kartunya menunjukkan angka 100 dan itu adalah nomor Lucia.
Hisoka : Ah~ Aku iri... Apa kau akan menangkapnya?
Illumi tidak menjawab melainkan melontarkan pertanyaannya.
Illumi : Targetmu?
Hisoka : Sayang sekali. Seandainya itu anggota keluarga Zoldyck, pasti akan menyenangkan.
Illumi : Aku akan membunuhmu, kalau kau mengincar keduanya.
Hisoka : Ya, ya
****************************************
Tidak lama kemudian, kapal ferry mulai menepi, dan pemandu yang tadinya terabaikan pun akhirnya muncul kembali dan mulai menjelaskan sesuatu.
Pemandu : Semua peserta ujian, terima kasih atas kesabarannya. Kita akhirnya sudah sampai di pulau Zebil! Kalian akan tinggal di pulau ini selama satu minggu. Selama waktu itu, kalian harus mengumpulkan nomor ID sebanyak 6 poin dan kembali di titik awal ini. Dan kami akan datang menjemput kalian jika waktu yang ditentukan telah habis. Jadi bertahanlah selama itu! Sekarang, silakan turun dengan nomor urutan pertama yang lulus di ujian tahap ketiga yang berada di menara Trick sebelumnya.
Leorio : Egh... Lagi-lagi (mendecakkan lidahnya)
Pemandu : Setelah satu orang turun, kalian akan menunggu selama dua menit terlebih dahulu untuk memberikan kesempatan bagi peserta yang turun untuk bersembunyi atau mencari tempat persembunyian yang stategis. Nah! Saya akan menggunakan stopwatch ini untuk menghitung waktunya sampai dua menit ya. Baiklah orang dengan nomor urutan pertama boleh pergi! (tersenyum lebar)
Hisoka melangkahkan kakinya dan turun dari kapal ferry. Pemandu langsung menekan stopwatchnya. Seketika itu membuat semua peserta ujian terutama Gon merasa tegang. Pemandu merestart lalu kembali menekan stopwatch yang ada ditangannya saat angka mencapai dua menit.
Pemandu : Ok! Peserta berikutnya, silakan...
Illumi maju ke depan, dia berjalan santai melewati Lucia dan memasuki pulau Zebil. Lucia melihat lurus ke depan tanpa mengalihkan atau melepaskan pandangannya sedikit pun sampai jejak Illumi menghilang dari hadapannya. Lucia pun tersenyum licik.
-Bersambung-
Bagaimana Readers? Semoga sukses membuat kalian penasaran ya. Hahaha... #kabur 🏃♀️🏃♀️🏃♀️
Ya, seperti biasanya jangan lupa KOMENTAR dan tentu saja VOTE supaya Author semangat ya! 🙏😊 Ditunggu kelanjutannya ya ❤