Di sebuah pulau yang teramat sangat tenang yang bernama pulau Kujira (pulau paus), terlihat ada seorang wanita cantik berusia 30-an yang sedang menjemur pakaian. Setelah selesai menjemur, dia mengambil beberapa surat dari kotak pos lalu masuk ke dalam rumah.
Wanita cantik itu duduk santai di sebuah meja makan sambil mengecek siapa pengirim surat-surat tersebut. Dia tersenyum cerah bak mentari pagi saat melihat ada satu surat yang teramat dia rindukan.
Mito : Nenek, ini ada surat dari Gon! Cepat duduk sini! (antusias)
Seorang nenek datang ke tempat meja makan dengan membawa dua buah cangkir ditangannya. Nenek itu ternyata adalah neneknya Gon. Dia meletakkan dua buah cangkir berisi teh hijau hangat di atas meja makan.
Nenek Gon : Iya, iya. Ini aku duduk.
Mito : Aku mulai membaca ya! (semangat)
"Mito-san dan nenek, apa kabar kalian? Aku baik-baik saja."
Mito tertawa senang saat membaca tulisan Gon pada awal kalimat dari surat tersebut. Lalu melanjutkan membaca.
"Aku telah lulus ujian Hunter tahap ketiga bagian pertama dan akan menuju ke pulau bulan sabit."
Mito : Bukannya itu hebat? (tersenyum)
Nenek menyeruput teh hijau yang masih hangat lalu ikut tersenyum ketika mendengarkan isi surat yang dibacakan oleh Mito.
Di dalam surat yang ditulis, isinya adalah tentang bagaimana pertualangan Gon untuk bisa mencapai di ujian babak pertama sampai menuju ke pulau bulan sabit.
"Tapi itu perjalanan panjang yang sulit. Pertama, setelah meninggalkan pulau Kujira, kapal yang aku naiki terkena badai yang besar tapi aku senang karena disanalah aku bertemu dengan Leorio dan Kurapika, lalu..."
Gon menceritakan awal bagaimama pertemuannya dengan Kurapika dan Leorio di sebuah kapal untuk menuju ke kota Zaban di mana tempat ujian pertama diadakan. Dia juga menceritakan kalau dia berlari di sebuah terowongan air besar yang sangat panjang tanpa ujungnya lalu berjumpa dengan Killua dan Lucia. Lalu pada akhirnya mereka semua menjadi sahabat.
Dia menemui banyak sekali rintangan dan berbagai macam manusia. Dia juga bercerita kalau dia hampir dibunuh oleh Hisoka sewaktu di rawa Numere yang berada di Milsy Wetlands. Sungguh pengalaman yang tidak bisa terlupakan seumur hidupnya.
Saat Mito membaca isi surat dengan nenek Gon yang mendengarkan. Mereka memberikan ekspresi yang berbeda-beda pada raut wajah mereka seperti mengikuti dan merasakan pertualangan yang dialami oleh Gon mulai dari wajah menegang, tersenyum, kecewa, marah, sedih, sampai tertawa.
Di terakhir dari suratnya, Gon menuliskan, "Dan juga... Aku telah lulus ujian Hunter tahap ketiga bagian pertama, Mito-san. Aku tidak tahu berapa banyak orang yang tersisa, tapi aku akan lulus ujian berikutnya! Dan menjadi Hunter seperti ayahku. Kalau gitu sampai sini dulu ya. Gon Freecss."
Mito bangkit dari kursinya, lalu dia menuju ke sebuah bingkai foto yang berada di sebuah meja kecil yang terletak di dekat meja makan. Lalu menyentuh foto tersebut. Mito berkata sesuatu pada foto bingkai itu dengan suara pelan. Rasa kesepian, sedih bercampur senang terlihat cukup jelas diwajahnya.
Mito : Ging, anakmu mengikuti jejakmu.
Mito memandang foto bingkai itu lekat-lekat. Di dalam foto itu Ging tersenyum. Mito terus menatap foto Ging dengan tatapan yang tidak bisa di tebak lalu dia tersenyum.
Mito : Bagaimana? Apa kau puas dan senang?
****************************************
Pesawat balon udara mendarat. Ke-24 peserta ujian diturunkan di titik awal yaitu tepat di bawah menara Trick. Menara Trick banyak di kelilingi oleh pepohonan dan air. Di seberang menara Trick ada dua pulau yang menempel menjadi satu. Pulau itu cukup besar sehingga bisa terlihat meski pun jarak di antara menara Trick dan pulau tersebut cukup jauh.
Ternyata pulau kembar itu bernama pulau Zebil. Untuk mencapai pulau Zebil harus menggunakan kapal. Pulau Zebil yang berbentuk kacamata ini ada ditengah-tengah laut. Pulau ini juga dipenuhi oleh banyaknya pepohonan melebihi menara Trick jika dilihat dari atas. Lippo, Beans dan seluruh peserta ujian turun dari pesawat.
Lippo : Sekali lagi, saya ucapkan selamat kepada kalian semua (tersenyum licik) Kalian bisa melihat sendiri, di belakang saya ada pulau. Pulau itu bernama Zebil, disanalah tempat yang akan diadakan ujian babak keempat. Sebelum ujian babak keempat di mulai. Saya ingin kalian untuk mengambil undian dari sebuah kotak kecil yang berada di tangan tuan Beans.
Beans melanjutkan perkataan Lippo untuk menjelaskan peraturan ujian babak keempat.
Beans : Seperti yang kalian lihat, di dalam kotak kecil ini ada 24 kartu yang berisi nomor-nomor para peserta ujian.
Mulai terdengar kehebohan dan suara bisikan dari setiap para peserta ujian. Mereka yang kebingungan mulai bertanya-tanya satu sama lain.
Geretta : Undian?
Leorio : Kali ini apa lagi?
Kurapika : Entahlah, coba kita lihat dan dengarkan dulu.
Pokkle : Untuk apa?
Beans : Ehem! Para peserta ujian harap tenang terlebih dahulu!
Para peserta ujian kembali tenang dan fokus. Mereka menunggu lanjutan penjelasan dari Beans. Akan tetapi, seolah-olah menjawab rasa keingin tahuan para peserta ujian, penjelasan Beans dipotong oleh Lippo yang sedari tadi tersenyum licik yang menantang.
Lippo : Untuk menentukan, siapa yang memburu dan siapa yang diburu.
Seketika suasana kembali menegang dan memanas. Beans yang merasakan itu dengan cepat langsung melanjutkan perkataan yang tadi sempat terpotong.
Beans : Seperti yang dikatakan oleh tuan Lippo barusan. Jadi di dalam kotak kecil ini, kalian wajib mengambil sebuah kartu. Dan kartu yang kalian ambil telah ditentukan siapa yang akan kalian buru nanti. Sekarang untuk menentukan siapa yang duluan akan mengambil kartu, akan ditentukan dari peserta ujian yang pertama kali keluar dari menara Trick di ujian sebelumnya. Jadi dari kalian siapa orang yang pertama?
Hisoka langsung maju ke depan dan pada saat itu semua mata tertuju padanya. Rasa ketidak sukaan untuk peserta yang kuat dan rasa ketakutan mendalam untuk peserta yang lemah. Akan tetapi berbeda dengan yang dirasakan oleh Gon. Dia sedikit tersentak kaget dan merasa tegang.
Lucia : (Sudah kuduga. Tidak heran sih dan biar kutebak nomor dua pasti Illumi.)
Pada saat Hisoka memasukkan tangannya di sebuah kotak kecil. Baik Tonpa maupun tiga bersaudara Amori menelan ludah. Mereka tersadar akan dunia nyata dan seolah-olah langsung berdoa di dalam hati supaya bukan diri mereka yang akan diburu olehnya atau sebaliknya yaitu memburu Hisoka nanti.
Kartu yang masih tersegel bercover warna merah pada bagian belakang dan putih pada bagian depan. Kartu tidak akan menunjukkan nomor jika tidak melepaskan sticker warna putih pada bagian depan yang masih tertempel erat di setiap kartu.
Setelah mengambil kartu, Hisoka langsung pergi dan tidak kembali di tempat sebelumnya. Dia berdiri terpisah yang tidak jauh dari para peserta ujian lainnya.
Dia berpas-pasan dengan manusia yang penuh dengan jarum alias Illumi. Illumi mengambil kartu dengan gaya yang sadis. Dia menancapkan kukunya masuk ke dalam kotak kecil itu. Lalu menarik keluar sebuah kartu.
Hanzo : Aku no 3 berarti aku yang berikutnya (tersenyum bangga)
Setelah Hanzo, peserta ujian lainnya juga maju ke depan secara berurutan. Lippo terus menatap tajam dan menusuk pada setiap peserta ujian yang mengambil kartu.
Hampir semua peserta telah mengambil kartu. Akan tetapi mereka tidak berani membuka segel untuk melihat nomor yang tertera di dalamnya.
Terlihat dengan jelas ketegangan dan rasa penasaran pada raut wajah para peserta yang sudah mengambil kartu. Mereka hanya memandangi kartu berwarna putih merah itu dan sibuk pada pemikiran masing-masing.
Lucia : Aku berikutnya (tersenyum)
Lucia berjalan santai ke depan. Gon, Leorio, Kurapika dan Killua melihat Lucia maju ke depan.
Gon : Hey, Killua.
Killua melihat ke arah Gon.
Gon : Tadi Lippo mengatakan sesuatu tentang yang memburu dan yang diburu. Bukannya itu berarti kita akan bertarung satu sama lain ya?
Killua tersenyum dengan pertanyaan Gon. Dia melihat Lucia telah kembali lalu menjawab pertanyaan Gon sambil melangkah maju ke depan.
Killua : Yah, mungkin saja.
Killua bersiul senang saat melewati Lucia yang juga melewatinya. Lucia bisa menebak dan merasakan hal yang berbeda dari diri Killua karena Killua yang sudah merasa sangat bosan pada ujian Hunter akhirnya mulai kembali bersemangat.
Lucia : (Dasar Killua. Lihat wajah yang tersenyum itu. Sudah kuduga dia telah menunggu-nunggu hal seperti ini) *tersenyum licik*
Melihat Killua yang sudah kembali dengan sebuah kartu ditangannya. Gon melangkah maju ke depan.
Lucia : Oniichan, kau sungguh menikmatinya ya (tersenyum)
Killua : Semoga yang kuburu itu kamu (menyeringai lebar)
Lucia mengembungkan pipinya lalu Killua tertawa karena berhasil menggoda adiknya.
Lucia : Kalau nomor yang oniichan dapat itu adalah nomorku, akan kubuat oniichan mengejarku sampai menyerah untuk mendapatkannya.
Lucia tersenyum meremehkan lalu mengulurkan lidahnya untuk mengejek Killua yang sedari tadi tertawa.
Tonpa adalah peserta terakhir yang mengambil kartu. Pada saat Tonpa sudah mengambil kartunya. Terdengar kembali suara Beans dan membuyarkan lamunan para peserta ujian.
Beans : Bagi 24 peserta ujian yang sudah mendapatkan masing-masing kartu...
Seluruh peserta kembali fokus mendengarkan perkataan Beans dengan sesakma.
Beans : Lalu, silakan di buka segel yang tertempel pada kartu tersebut.
Semua peserta mengikuti arahan Beans untuk membuka segel. Dengan serentak mereka membuka segel dan melihat nomor yang tertera di kartu mereka masing-masing, akan tetapi tidak ada yang berubah pada wajah mereka.
Lucia : (Nomor 281?)
Tanpa sadar Lucia tersenyum dan menghela nafas lega.
Lucia : (Syukurlah bukan orang yang dekat denganku atau pun orang yang kukenal. Sekarang masalahnya tinggal siapa yang mendapatkan nomorku dan siapa peserta dengan nomor 281 ini ya?)
Lucia celingak celinguk melihat ke sekelilingnya untuk mencari nomor 281 lalu tersenyum saat menemukan peserta itu. Lucia melihat semua peserta masih terlihat tenang. Itu dikarenakan mereka masih belum mengerti maksud dari setiap nomor yang mereka dapatkan itu.
Gon merasa bingung, akan tetapi dia merasakan firasat buruk dengan nomor yang dia dapatkan. Lucia yang berdiri tepat di samping Gon melirik ke arah Gon. Lucia mencuri lihat nomor yang di dapat oleh Gon lalu tersenyum lega.
Lucia : (Sepertinya alur ceritanya masih sama. Berjuanglah Gon. Maaf aku tidak bisa membantumu.)
Lucia menyemangati Gon di dalam hatinya. Tidak sengaja mata Lucia telah bertemu dengan mata Illumi.
Lucia : "Aniki, kau dapat nomor berapa?"
Illumi : "Rahasia."
Lucia : "Ayolah, kenapa tidak mau memberitahuku?"
Illumi tersenyum licik. Lalu tanpa menjawab pertanyaan Lucia dia sengaja membalikkan kartunya supaya Lucia bisa melihatnya. Jarak di antara Lucia dan Illumi tidaklah jauh sehingga Lucia bisa melihat dengan jelas kartu yang ditunjukkan oleh Illumi. Lucia pun terkejut saat melihat nomor tersebut lalu tersenyum licik.
Lucia : "Ternyata begitu..."
Setelah Lucia memberi respon seperti itu, tidak ada lagi jawaban dari Illumi seketika telepati terputus.
Lucia : (Ternyata dugaanku salah, ceritanya telah berubah sedikit. Ah~ Merepotkan saja.)
Tiba-tiba terdengar suara Lippo yang membuat suasana yang sejak tadi tidak enak dan menegang menjadi lebih mencengkram.
Lippo : Nomor yang tertera pada kartu masing-masing, itu menunjukkan target yang akan diburu oleh kalian (tersenyum licik)
Gon sangat terkejut, saking terkejutnya tanpa dia sadari matanya membesar dan air keringat bercucuran di wajahnya. Dia terpaku diam ditempat dan tidak bisa berkata apa-apa. Begitu juga dengan semua peserta ujian lainnya yang awalnya kebingungan menjadi luar biasa terkejut setelah mendengar perkataan yang dilontarkan oleh Lippo.
Lalu refleks semua peserta ujian termasuk Gon, Kurapika dan Leorio langsung menutupi nomor ID yang tertempel di dada mereka masing-masing. Hanya Killua, Lucia, Illumi dan Hisoka yang tidak melakukan hal itu.
Gon masih tidak percaya. Dia merasa ragu dengan tangan yang sedikit gemetaran untuk memastikan nomor yang dia dapatkan tadi dan matanya pun bergetar karena nomor yang tertera pada kartunya masihlah sama dan itu adalah nomor 44 (Hisoka).
Refleks dia melihat lurus ke depan tepatnya ke arah Hisoka yang berdiri di bagian paling terdepan yang membelakanginya. Sesaat nafas Gon menjadi tidak beraturan, dikarenakan rasa bingung, khawatir, takut, senang, dan tegang juga rasa semangat semuanya bercampur jadi satu.
Lippo tersenyum. Dia sangat menikmati suasana tegang dan moment seperti ini. Dia menyukai ekspresi setiap para peserta ujian yang merasa kebingungan dan ketakutan.
Beans : Para peserta ujian, dengarkan baik-baik!
Semua peserta tersadar dan memerhatikan Beans.
Beans : Kotak kecil ini telah merekam setiap kartu yang kalian ambil masing-masing tadi. Artinya kalian tidak bisa menirukan kartu atau menggantikannya dengan yang lain karena kartu itu terdapat sensor dan bisa melacak keberadaan kalian selama kalian berada di pulau Zebil. Jadi simpan baik-baik dan jangan sampai hilang. Kalian bebas mengambil nomor ID yang akan kalian ambil dari target kalian nanti. Intinya... Kalian harus mengambil nomor ID target kalian.
Imori : Apaan, ku pikir kita tak perlu membunuh satu sama lain (merasa lega)
Beans : Tentu saja kalian bebas menggunakan cara apa pun untuk mendapatkan nomor ID target kalian. Termasuk membunuh target kalian dan mengambil jenazahnya tidaklah melanggar peraturan.
Umori : Sepertinya, itulah cara yang tercepat ya (tersenyum licik)
Imori : Ta-tapi kak Umori, apa kita harus melakukan hal seperti itu? (gugup)
Melihat Imori, adik bungsunya ketakutan. Amori pura-pura menegur Umori, sang adik.
Amori : Bodoh! Kau tidak perlu menakutkannya seperti itu! (menyeringai)
Beans : Ehem! Dengarkan baik-baik. Nomor ID target kalian masing-masing adalah 3 poin. Dan nomor ID kalian sendiri juga 3 poin. Dan poin dari nomor ID selain itu adalah 1 poin. Supaya bisa lulus dari ujian babak keempat ini, kalian harus mengumpulkan setidaknya 6 poin nomor ID. Itulah semua peraturannya. Kudoakan semoga kalian semua bisa lulus dari ujian babak keempat ya!
-Bersambung-
โMohon dukungannya berupa Vote. Terima kasih. Jika ada saran atau komentar lain jangan ragu-ragu atau segan di tulis di kolom komentar ya, Author tunggu loh ๐โ