webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime & Comics
Not enough ratings
145 Chs

118 - Sahabat × Rencana × Kerjasama Part 1

Gon : Kurapika.

Kurapika melihat ke arah Gon.

Gon : Bisakah kau menusukkan pisau Nenmu padaku juga?

Killua, Kurapika dan Leorio terkejut. Gon menatap lurus ke depan, tepatnya ke arah Kurapika. Dia cukup yakin dengan perkataannya.

Killua : Pisau Nen? Apa maksudmu?

Leorio : Gon, apa kau tidak mendengar penjelasan Kurapika yang sebelumnya?! Kurapika akan mati jika dia menyerang orang yang bukan Ryodan!

Kurapika : Suaramu terlalu keras!

Leorio : Ma-maaf...

Gon : Lalu bagaimana caranya Kurapika bisa menusuk jantungnya sendiri dengan pisau Nen?

Killua dan Leorio pun langsung tersadar dengan perkataan Gon. Gon, Killua dan Leorio melihat ke arah Kurapika. Kurapika sedikit menudukkan kepalanya, seketika sebuah senyuman kecil pun langsung terukir di bibirnya.

Kurapika : Di sini, jawabanku akan meningkatkan risk-ku.

Leorio yang mengerti maksud dari perkataan Kurapika pun sadar diri. Dia langsung bangkit dari sofanya dan mengajak Killua pergi meninggalkan Gon dan Kurapika berdua saja supaya mereka dapat berbicara empat mata.

Leorio : Oke. Oi, Killua ayo ikut aku sebentar.

Killua menatap Leorio lalu ke Gon, Gon hanya tersenyum. Killua pun menghela nafas berat, meskipun dia sangat khawatir, mau tidak mau dia harus mempercayai sahabatnya itu. Kemudian dia pun bangkit dari sofanya dan beranjak pergi dari sana, lalu mengikuti Leorio dari belakang.

Hujan semakin deras. Sekarang Lucia berada di luar markas Genei Ryodan. Dia berdiri di atas gedung tinggi yang berada di seberang gedung, di mana tempat markas Genei Ryodan berada, lalu mengetikkan sesuatu pada ponselnya.

Lucia : Oke. Ini dikirim! Hihi..

-Di dalam markas Genei Ryodan-

Seluruh anggota Ryodan kecuali Lucia sedang duduk diam di tempat masing-masing dan ada beberapa di antara mereka masih membahas dan mengupas kalimat-kalimat dari ramalan mereka. Shalnark, Shizuku dan Pakunoda berpikir bagaimana untuk menghindari hal fatal yang bisa menyebabkan kematian. Tiba-tiba Nobunaga membuka suaranya.

Nobunaga : Hey, daripada duduk-duduk saja, bagaimana kalau kita mencari tahu tentang keberadaan si sialan rantai itu dan menangkapnya? Kita harus mencoba untuk mencari tahu di mana dia!

Seluruh pandangan seketika tertuju pada Nobunaga. Mereka tidak berkomentar dan hanya saling tatap menatap satu sama lain. Tiba-tiba ponsel Chrollo bergetar, dia mengeluarkan ponselnya lalu tersenyum tipis.

"Lucilfer, perlelangan hari ini akan diadakan malam ini, bukan? Aku akan menunggumu di hotel ya. -Lucia-"

Chrollo pun bangkit dari tempat duduknya.

Chrollo : Baiklah, ayo kita putuskan untuk membagi ke dalam beberapa grup dan grup akan terbagi sampai minggu depan. Pastikan jangan bergerak sendirian. Grup 1 Shizuku, Pakunoda dan Machi. Grup 2 Kortopi, Phinks dan Feitan. Grup 3 Lucia, Nobunaga, Shalnark denganku. Sisanya Bonolenov, Franklin dan Hisoka akan tetap di sini.

Machi : Boss, apa boleh kutanya sesuatu?

Chrollo melirik ke arah Machi yang berdiri di sampingnya.

Machi : Ada dua anak kecil yang tahu tempat ini.

Chrollo : Anak kecil?

Machi : Ya. Mereka tidak ada hubungannya dengan si pengguna rantai sih, tapi aku masih khawatir. Lagipula...

Tiba-tiba Nobunaga menjadi bersemangat dan langsung menyela perkataan Machi dengan cepat. Dia pun berdiri di dekat Machi.

Nobunaga : Oya! Benar juga! Aku lupa itu! Boss, ayo kita merekrut bocah itu sebagai pengganti Uvo!

Machi : Tunggu! Bukan itu yang ingin kubahas!

Chrollo : Hanashite kure (Tolong bicarakan lebih jelas.)

Machi dan Nobunaga pun menjelaskan secara cukup detail tentang Gon dan Killua kepada Chrollo.

Chrollo : Begitu ya... Memang kedengarannya orang yang menarik. Tapi setelah mendengar penjelasan kalian, sepertinya dia tidak ingin bergabung dengan kita.

Nobunaga masih berusaha membujuk dan meyakinkan Chrollo.

Nobunaga : Kita bisa meyakinkannya! Pokoknya kita coba temui dan bicarakan lagi dengannya!

Machi : Boss, jangan dengarkan dia!

Chrollo : Jadi Machi, apa yang mengkhawatirkanmu?

Machi : Hmm, bagaimana bilangnya ya...

Chrollo : Firasat ya? Firasatmu itu memang selalu tajam. Kemungkinan ada sesuatu yang penting tentang anak itu.

Machi : Ah, lalu salah satunya juga bersaudara dengan Zero.

Hisoka yang duduk di dekat mereka tersenyum licik ketika mendengar pembicaraan mereka.

Chrollo : Saudara? Begitu ya. Meskipun begitu, kita harus tetap waspada. Untuk berjaga-jaga, kita butuh markas samaran. Kortopi...

Chrollo membalikkan tubuhnya dan menatap Kortopi.

Chrollo : Kau bisa buat 10 gedung lagi, kan?

Kortopi : Aku bisa membuat 50. Lalu jika ada orang yang memasuki markas palsu, aku bisa langsung tahu. Karena copyanku berfungsi sebagai En.

Kurapika : Masing-masing dari lima rantai ini memiliki kemampuan berbeda.

Kurapika mengeluarkan Nennya sehingga rantainya muncul di tangannya. Sekali lagi dia menunjukkan rantainya di hadapan Gon. Gon memerhatikan dengan sesakma. Kali ini Kurapika menunjukkannya lebih jelas dan detail.

Kurapika : Dua dari rantai ini adalah untuk menyerang laba-laba. Yang pertama adalah Chain Jail (penjara rantai).

Kurapika sedikit mengangkat tangannya supaya Gon bisa melihatnya dengan jelas. Dia menunjukkan jari tengahnya.

Kurapika : Ini berfungsi untuk menahan dan memaksa lawan supaya menggunakan Zetsu. Kemampuan untuk menangkap laba-laba.

Tiba-tiba muncul sebuah besi kecil yang berbentuk pisau belati kecil yang terletak di jari kelingkingnya.

Kurapika : Dan satunya lagi disebut Judgement Chain (rantai hukuman). Aku menusuk jantung lawan dengan pisau belati kecil ini dan menetapkan aturan. Jika melanggar maka akan dipastikan mati. Kau sudah tahu bahwa jantungku ditembus oleh ini.

Gon mengangguk pelan.

Kurapika : Aku menggunakannya pada diriku sendiri dengan aturan, "kau tidak bisa menyerang siapa pun selain Ryodan dengan rantaimu." Tapi kemudian aku berpikir, bagaimana jika menyerang diri sendiri berarti melanggar aturan?

Terdengar suara petir kuat bergemuruh. Sementara itu tampak Leorio dan Killua sedang menunggu dengan sabar, berdiri menatap hujan turun melalui jendala kaca besar. Posisi mereka cukup jauh dari tempat Gon dan Kurapika berada. Mereka hanya diam seribu bahasa dan sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Kurapika : Aku mungkin bisa menjadi pengecualian karena aku akan menetapkan aturan setelah menusuk diriku. Tapi aku sendiri pun tidak yakin tentang hal itu, maka dari itu aku memenuhi syarat aturannya, "aku hanya akan menggunakan Chain Jail pada Ryodan." Itu berarti Judgement Chain dapat digunakan pada orang lain yang bukan Ryodan, jika aku memilih demikian. Tapi...

Gon kembali mengangguk.

Kurapika : Rantai ini memiliki satu persyaratan khusus.

Tiba-tiba bola mata Kurapika berubah menjadi merah.

Kurapika : Aku hanya bisa menggunakannya saat bola mataku menjadi merah.

Gon : Eh? Ketika merah saja? Kau dapat mengubahnya kapanpun?

Kurapika : Ya, sekarang aku bisa. Aku melatihnya. Sebelumnya butuh waktu untuk berubah menjadi merah. Kondisi itu diperlukan karena kemampuanku. Materializer. Tapi untuk mewujudkan pisau belati, mengendalikan dan memaksa aturan pada orang lain adalah kemampuan Manipulation dan memancarkan.

Gon : Tapi bukannya kau bisa menggunakan berbagai macam kemampuan?

Kurapika : Aku tidak bisa jika dalam keadaan normal. Setelah rantai terwujud di tanganku, itu akan menjadi lemah untuk digunakan. Aku menguasai kekuatan jari tengahku dengan bersumpah tidak mengeluarkan rantai ini lagi dan risknya juga kematian. Saat mataku menjadi merah, maka aku menjadi tipe Specialisasi dan aku bisa menggunakan kemampuan apapun 100% dengan sempurna.

Gon : Aku tidak begitu mengerti sih, tapi itu berarti kau bisa kan menggunakannya padaku?

Kurapika : Ya.

Gon : Lakukanlah.

Gon menegakkan tubuhnya dan menunjukkan dadanya dengan percaya diri.

Gon : Kau yang buat saja aturannya.

Kurapika : Kuterima keteguhan hatimu.

Tiba-tiba Leorio dan Killua muncul dari balik sofa Kurapika.

Killua : Kau bisa membuat tiga pisau Nen sekaligus, kan?

Kurapika sedikit tersentak kaget tapi tanpa menunjukkan ekspresi terkejutnya. Gon hanya melonggo.

Kurapika : Sejak kapan kalian...

Killua : Sejak tadi (tersenyum)

Leorio : Kalau misi selesai, kau bisa melepaskannya juga, kan? Tadi kami sedikit berbincang-bincang. Lalu kami memutuskannya karena kita harus berada di dalam perahu yang sama.

Killua : Kita semua bagian dari rencana, bukan?

Gon : Killua... Leorio...

Killua dan Leorio hanya menyeringai. Kurapika masih belum berkomentar apapun. Dia berpikir keras.

Leorio dan Killua : Jawabanmu?

Kurapika menghela nafas kecil lalu tersenyum cukup lebar.

Kurapika : Dasar, kalian semua sungguh keras kepala.

Gon hanya bisa tersenyum kaku. Killua dan Leorio masih menyeringai.

Kurapika : Baiklah, kuterima. Tentu saja ini mungkin... Tapi apa aturan itu harus? Misalnya jika di antara kalian ada yang membuat satu kesalahan saja, aku akan sungguh menyesal menggunakannya pada kalian. Dan sejak awal aku memang tidak ada niatan memasangkan pisau Nen ini pada kalian.

Gon : Lalu kenapa kau sampai membahayakan dirimu dengan menceritakan semuanya pada kami?

Kurapika : Gon, aku ingin berterima kasih padamu... Tidak tapi kalian semua. Terima kasih atas keteguhan hati kalian. Walaupun salah satu dari kalian membocorkan rahasiaku ini, aku tidak akan menyesal.

Kurapika tersenyum ramah dan tulus, lalu menghilangkan rantai dari tangannya. Dia melihat ke arah Gon, Killua dan Leorio secara bergantian.

Kurapika : Aku sungguh bersyukur. Aku telah menemukan dan memiliki sahabat yang baik dan bisa dipercaya. Terima kasih...

Killua merasa senang dan sedikit memalingkan wajahnya ke arah samping karena merasa malu. Leorio pun tersenyum lebar dengan tulus. Akan tetapi, berbeda dengan Gon. Dia tidak tersenyum melainkan menggerutkan dahinya.

Gon : Tapi ini tidak adil, Kurapika. Kau membuat tekanan lebih pada kami. Tekanan membiarkan teman mati lebih buruk daripada mempertaruhkan hidupku.

Kurapika sedikit tersentak kaget dan kebingungan dengan perkataan Gon. Dia mengedip-ngedipkan matanya, mencoba mencerna semua perkataan Gon. Setelah mengerti maksudnya, Kurapika pun tersenyum lalu tertawa kecil.

Kurapika : Itu yang kurasakan.

Gon : Ternyata begitu ya! Hahaha...

Gon pun merasa lega dan tertawa lepas. Kurapika pun ikut tertawa.

Killua : (Oi, ini sama sekali tidak lucu!) *sweatdrop, tersenyum kaku*

Kurapika menoleh. Killua sedikit tersentak, lalu buru-buru memalingkan wajahnya dan mencoba untuk mengalihkan perhatian.

Killua : Baiklah, aku pergi melaksanakan rencana sekarang ya. Tidak ada gunanya membuang-buang waktu, kan?

Gon : Killua, berhati-hatilah!

Tanpa menoleh, Killua hanya mengangkat satu tangannya ke atas sebagai jawaban, lalu berkata, "Ya, serahkan saja padaku!"

Hujan masih belum reda dan semakin deras. Petir terus menyambar di atas langit. Killua sudah tiba di tempat tujuan dan berada di markas Ryodan. Dia berdiri di seberang gedung yang tidak jauh dari markas Ryodan. Killua sedikit terkejut saat melihat ke arah depan.

Killua : (Ada yang berbeda... Apa aku salah tempat?)

Killua menyipitkan matanya.

Killua : (Tidak! Itu tidak mungkin salah. Tapi kenapa... Ah! Mungkinkah...?!)

Killua pun berpikir lalu menghitung gedung satu per satu untuk memastikan kembali lalu menyadari sesuatu.

Killua : (Seperti yang kuduga, bangunannya bertambah! Sebelumnya kalau tidak salah gedungnya sekitar 20 buah. Apa ini adalah Nen? Sial, mungkin saja ada perangkap di mana-mana.)

Sementara itu, sekarang Kurapika, Gon dan Leorio berada di dalam mobil hitam. Leorio yang menjadi supir dan mengendari mobil. Sedangkan Gon duduk diam di belakang dan Kurapika duduk di samping Leorio.

Kurapika menyamar dengan sempurna. Dia mengenakan wig rambut panjang, topi dan kacamata hitam untuk mengubah penampilannya.

Killua menelepon Kurapika untuk memberikan laporan mengenai markas Ryodan yang sudah berubah saat terakhir kali dia dan Gon tertangkap dan juga sudah terpasang perangkap.

Kurapika menemukan ide dan teringat dengan Senritsu yang mungkin bisa membantunya. Dia mengatakan akan segera mengirimkan bantuan kepada Killua dan menyuruh Killua untuk menunggu sekitar 5-10 menit lagi.

Kurapika pun segera menelepon Senritsu yang sedang mengawal Neon berbelanja di pusat kota pembelanjaan. Dia meminta Senritsu untuk membantu Killua dan dengan segera langsung disetujui oleh Senritsu dengan senang hati.

Setelah selesai memberikan laporan kepada Kurapika, Killua menutup ponselnya. Killua kembali melihat ke arah depan. Tiba-tiba ponsel Killua berbunyi.

Killua : Eh? Bukannya katanya 5-10 menit lagi... (bergumam)

Killua kembali mengeluarkan ponselnya. Dia tersentak kaget ketika melihat sebuah nama pada layar ponselnya, matanya membulat.

Lucia calling...

Killua menempelkan ponselnya ditelinganya.

Killua : Halo?

Lucia : Tebak aku ada di mana?

Killua langsung melihat ke arah sekelilingnya dan menemukan sosok yang dia kenal dengan sangat baik. Lucia tersenyum sangat lebar. Dia melambai-lambaikan satu tangannya ke atas. Dia berdiri tepat di sebelah gedung yang jaraknya cukup dekat dengan tempat Killua berada.

-Bersambung-