webnovel

My version, Lucia [Hunter x Hunter]

Aku adalah seorang gadis biasa yang berumur 29 tahun dan namaku adalah Airine. Hidupku bisa dibilang sangatlah biasa dan membosankan. Aku ini termasuk otaku, sangat menyukai anime. Untungnya masih belum akut. Pada suatu hari, saat aku terbangun dari tidurku dan membuka mataku, aku terkejut dan bingung. Kenapa? Ya karena aku bukan berada di dalam kamarku sendiri. Sepertinya aku sudah berada di dunia yang bukan dari duniaku. Aku melihat sekelilingku, tidak ada jendela, hanya ada satu pintu besi yang terkunci, dan ada banyak boneka dan mainan di ruangan ini. Kenapa aku terkurung di tempat ini? Entah kenapa aku merasa tempat ini tidak asing, dan aku sering melihat hal-hal seperti ini. Tapi dimana ya? Aku sangat yakin, kalau aku berada di dunia anime. Tunggu itu berarti... Apa aku mati?! Atau bereinkanasi? Bertransmigrasi? Tunggu! Kenapa tidak ada Dewa atau Dewi atau Tuhan yang akan memberikanku system atau apa pun itu yang biasanya muncul seperti yang aku baca di novel-novel pada umumnya? Silva, ayahku memberiku tugas dan aku keluar meninggalkan rumah. Aku mengikuti ujian Hunter. Bisakah aku menjadi seorang Hunter profesional bersama Gon dan teman-temannya? -------------------------------------------------------------- Sebelum membaca lebih lanjut, saya memohon maaf yang sebesar-besarnya, jika ada kata-kata yang menyinggung atau tidak berkenan dihati. Cerita ini hanya untuk kesenangan saya sendiri atau hanya untuk menghibur semata. Cerita ini hanyalah fiksi penggemar dan di ambil dari cerita HxH (Hunter x Hunter). Semoga kalian suka ya. Selamat membaca :D

Rybee · Anime & Comics
Not enough ratings
145 Chs

107 - Mengamati x Mengejar x Tertangkap Part 2

Kurapika dan anggota lainnya sedang berada di sebuah ruangan hotel mewah milik keluarga Nostrade. Mereka melaporkan keadaan dan situasi yang telah terjadi kepada Light Nostrade, ayah Neon dan juga kepala keluarga Nostrade yang barusan tiba di kota Yorknew. Light termasuk salah satu dari kelompok mafia di bawah kepemimpinan keluarga Ritz.

Light : Begitu ya... Aku mengerti keadaannya. Memindahkan kamar itu adalah hal yang bijaksana. Genei Ryodan pasti akan menggunakan website situs Hunter. Jika kalian bergerak lebih jauh, Neon mungkin dalam bahaya. Aku berterima kasih.

Light melirik ke arah putrinya, Neon yang sedang duduk berada di sampingnya. Neon merasa kesal dan tidak bersemangat karena dia tidak bisa mendapatkan hal yang dia inginkan. Dia menunjukkan ekspresi cemberut.

Light : Kalau di lihat, pertama-tama membawa putriku pulang. Apa tidak apa-apa, Neon?

Neon : Ya, mau bagaimana lagi coba... Perlelangannya sudah dibatalkan, tidak ada alasan lagi untukku tetap berada di sini. Haaaah... Padahal aku sangat ingin ikut...

Light : Tahun depan juga ada lelang. Bergembiralah. Papa janji akan mengganti benda yang kamu inginkan.

Neon kembali bersemangat setelah berhasil dibujuk oleh Light. Lalu Light memerintahkan Senritsu dan Basho untuk mengantar putrinya untuk pulang ke rumah.

Kemudian setelah itu Neon kembali ke dalam kamarnya, Light kembali membahas masalah perlelangan bersama dengan Kurapika dan anggota lainnya.

Light : Perlelangan akan dilanjutkan besok. Waktu dan tempatnya sama. Komunitas mafia akan memastikan kalau mereka tidak akan ada orang yang mengganggu. Juuroutou** sudah berjanji akan mengganti barang yang dicuri.

(**Dikenal sebagai Ten Dons adalah 10 Godfather atau pemimpin mafia Don dunia yang masing-masing menguasai wilayah tertentu di salah satu dari enam benua.)

Kurapika : Barang yang dicuri? Seperti yang saya katakan tadi, orang yang kita tangkap menganggap kalau Injuu yang sudah mengambil semua barang perlelangan yang ada sebelum mereka (Ryodan) tiba.

Light : Ya, itu benar. Tapi seluruh Injuu telah musnah.

Senritsu, Basho, Squala dan anggota lainnya kecuali Kurapika terkejut ketika mendengar kabar yang dikatakan oleh majikan mereka, Light.

Light : Sembilan mayat sudah ditemukan. Dan anggota terakhir adalah Owl yang membawa barangnya, tapi kemungkinan besar dia sudah tertangkap oleh Ryodan. Ten Dons sudah mengerti betapa mengerikannya Nen. Jika Ryodan yang dipaksa mengaku adalah pengguna Nen, maka mereka tidak akan tersiksa.

Kurapika berpikir keras dan menunjukkan ekspresi serius yang cukup menyeramkan.

Light : Kuyakin barang yang di ambil Owl sudah jatuh ke tangan Ryodan. Jadi, seperti yang kubilang, karena Injuu sudah hancur, Ten Dons merekrut orang professional untuk mengatasi Ryodan.

Kurapika : Professional?

Light : Ya, anggota pembunuh bayaran elit, Zoldyck.

Kurapika sedikit tersentak.

Light : Bagi mafia, pembunuh adalah alat, bukanlah pertukaran. Mengingat lawannya, lebih baik kita serahkan saja pada yang ahli untuk menghancurkan Ryodan. Ini juga kesempatan kita untuk membuat nama di komunitas, jangan "tim sukses" saja yang berjaya. Jadi Kurapika...

Light menurunkan rokoknya dan melihat ke arah Kurapika.

Light : Aku ingin kau bergabung dengan "tim sukses."

Dengan ekspresi datar yang serius, Kurapika hanya mengangguk sekali tanda mengerti.

Chrollo sedang mengenakan kemeja putih dan jas hitam. Dia mencoba untuk menyamar sebagai orang lain.

Chrollo : Tentang si pengguna rantai, kau yang atasi saja.

Shalnark : Baiklah, dimengerti.

Chrollo pun keluar dari sebuah kamar penginapan dan meninggalkan Shalnark sendirian yang sedang asyik fokus melihat ke arah komputer.

Sementara itu di bagian Gon dan lainnya.

Tampak Machi dan Nobunaga telah meninggalkan tempat.

Killua : Ugoita ze, dou suru? (Mereka sudah bergerak, bagaimana sekarang?) Akan kukatakan untuk kesekian kalinya, kita tidak akan bisa menang dengan bertarung.

Leorio : Kalo gitu, kita harus cari cara... Kita harus.

Gon : Ya. Kita tidak bisa pergi dengan tangan kosong.

Killua tiba-tiba memiliki sebuah ide yang cukup bagus.

Killua : Oke. Jadi, dengarkan aku baik-baik. Gon dan aku akan mengikuti mereka. Kita pastikan mereka tidak akan menemukan kami. Kami akan gunakan Zetsu.

Killua langsung mengaktifkan Nennya lalu masuk ke dalam mode Zetsu. Dia menghilangkan auranya sehingga hawa keberadaannya pun telah menghilang dengan sempurna. Leorio yang menyaksikan secara langsung pun sedikit tercengang dan merasa terkagum-kagum.

Leorio : (Hebat... Aku bisa melihatnya berdiri tapi aku tidak bisa merasakannya.)

Killua : Gon, kau harus berjanji tiga hal padaku. Yang pertama, jika mereka melihat kita, kita berhenti dan segera pergi, lalu yang kedua jika kuputuskan pengejaran lebih jauh itu tidak mungkin, kita berhenti.

Gon mengangguk.

Gon : Terus yang ketiga?

Killua : Jika Luci ada di antara mereka, sebaiknya kita pura-pura tidak mengenalinya. Kita ikuti saja alur situasi dan kondisinya. Mengerti?

Gon : Un (Ya.)

Killua : Panggilan telepon adalah sinyal berhenti. Lalu pastikan teleponmu di set dalam mode bergetar. Jika mereka berpencar, kita ikuti saja yang wanita.

Gon, Killua dan Leorio menuruni anak tangga dan keluar dari cafe.

Killua : Kalau Leorio, kau hubungi Zepile dan lihat perlelangannya.

Leorio : Wakatta (Aku mengerti.)

Killua melihat ke arah Gon.

Killua : Kau tidak pernah mengikuti orang, kan?

Gon : Hmm... Begini... Waktu ujian Hunter, aku membuntuti Hisoka.

Killua terkejut, dia membelalakkan matanya.

Killua : Serius?! Apa tidak ketahuan?!

Gon : Ya, aku mengikutinya seharian penuh, walaupun aku tidak menyadari ada Lucia dan Geretta yang mengikutiku juga (tersenyum kaku)

(**Buat Readers yang lupa, silakan kilas balik baca di episode 61.)

Leorio pun merasa terkesan dan terkagum-kagum, sedangkan Killua masih terkejut dan tidak bisa mempercayainya. Dia pun memukuli kepala Gon dengan cukup keras. Gon langsung mengelus-elus kepalanya.

Gon : Ah... Kenapa memukulku?

Killua : Tidak, sepertinya pantas saja untukmu.

Gon : Ha?

Killua : Ya, intinya kau tidak ada masalah ya. Pastikan menjauhi dari pandangan mereka. Nah, ayo saatnya kita menjalankan sesuai rencana!

Setelah itu, Gon dan Killua berpisah dengan Leorio dan mengikuti Machi dan Nobunaga dari belakang dengan ekstra hati-hati. Machi dan Nobunaga berjalan cukup cepat dan santai. Mereka melewati para pedagang dan orang-orang sekitar.

Killua : "Sekarang target melewati plaza dan belok ke samping."

Killua berdiri di atas atap rumah. Dia sedang memberitahukan posisinya dan posisi Machi dan Nobunaga melalui telepon kepada Gon.

Gon : "Oke. Diterima. Apa kita ketahuan?"

Killua : "Tidak apa-apa. Kita menggunakan Zetsu, seharusnya sih mereka tidak sadar. Tapi mereka sedang waspada pada pengejar, jadi kita juga tetaplah waspada."

Gon : "Ya. Killua juga hati-hati."

Killua memutuskan teleponnya. Dia berdecak kesal. Dia terus berlari tanpa suara di atas atap rumah untuk mengejar Machi dan Nobunaga. Dia yang terlalu fokus mengikuti jejak Machi dan Nobunga tidak menyadari dirinya sedang dibuntuti oleh tim Phinks dari belakang. Lucia tersenyum licik sangat lebar.

Lucia : (Killua, kau sungguh hebat tapi sayang sekali kau masih perlu banyak belajar.)

Pakunoda : Kedua orang itu, apa suruhan si pengguna rantai?

Phinks : Entahlah. Aku akan menghubungi Nobunaga.

Lucia : Jangan dulu. Aku merasa ini bakalan seru, kenapa kita tidak membuntuti mereka dulu dan melihat situasi lalu menangkap mereka? (tersenyum)

Phinks : Baiklah. Kau pasti ingin bermain dengan mereka. Tapi anak yang satu itu sepertinya cukup pandai dan ahli ya.

Lucia tersenyum. Dia tersenyum bukan karena mendengar perkataan Phinks melainkan melihat reaksi dan gerak gerik Killua. Meskipun Dia tidak bisa mendengar isi percakapan antara Gon dan Killua di telepon dikarenakan jarak mereka yang cukup jauh, akan tetapi dia bisa menebak apa isi percakapan tersebut.

Killua : (Dasar, apanya yang hati-hati? Kaulah yang seharusnya waspada terhadap gerak gerik mereka.)

Killua melihat dengan perlahan ke arah Machi dan Nobunaga yang berjalan sangat santai.

Killua : (Masih aman. Kita masih belum ketahuan. Saat mereka sadar kita berada di sini, mereka akan bertindak aneh. Mereka seperti mencoba menyembunyikan sesuatu, tapi wajah dan sikap mereka terlihat berbeda.)

Melihat jarak di antara mereka sudah terlihat cukup jauh, Killua kembali berlari mengikuti mereka.

Killua : (Aku sudah latihan hidup dan mati di kegelapan sejak berumur tiga tahun. Aku tidak akan gagal maupun kehilangan jejak mereka!)

Machi : Tampaknya kita di ikuti?

Nobunaga : Mungkin benar juga. Aku cukup terkesan. Aku tidak bisa merasakan apapun.

Machi : Dia pasti berkemampuan.

Machi dan Nobunaga sudah memasuki daerah kawasan jalanan kecil yang terlihat cukup sepi, di sekitaran mereka hanya ada perumahan. Killua yang merasakan ada sebuah keganjilan pun mulai berpikir dengan keras dari berbagai kemungkinan.

Killua : (Gawat! Mereka bergerak ke daerah tanpa orang. Mereka pasti sadar kalau sedang diikuti. Berarti apa ini sebuah jebakan? Tidak. Mereka masih tidak tahu letak kami. Atau mungkin mereka tidak tahu dan kembali ke markas mereka. Jika benar begitu, maka ini akan menjadi sukses.)

Killua kembali berjalan. Dia yang merasa sedikit tegang pun bercucuran keringat.

Killua : (Apa ini jebakan? Atau tempat persembunyian mereka? Yang mana?)

Killua berhenti melangkahkan kakinya.

Killua : (Jika ini jebakan, kita harus segera pergi. Lagipula Luci juga tidak kelihatan berada di sini. Tapi jika ini ke tempat persembunyian mereka, maka kita harus meneruskannya karena kemungkinan Luci berada di sana.)

Killua melihat lurus ke depan, tepatnya ke arah Machi dan Nobunaga.

Killua : (Mereka masih tidak bertingkah aneh... Kita lanjutkan!)

Killua kembali berjalan mengikuti Machi dan Nobunaga. Tidak lama kemudian Baik Machi dan Nobunaga maupun Killua dan Gon tiba di daerah kawasan perumahan yang tidak ada orang sama sekali. Suasana di tempat ini sangatlah sepi.

Killua dan Gon bersembunyi di dalam gedung kosong yang berbeda dengan jarak yang cukup dekat. Sedangkan Machi dan Nobunaga berdiri di tengah-tengah di antara gedung kosong. Mereka berdiri menghadap lurus dan melihat ke arah jalanan yang mereka masuki tadi.

Machi : Pembuntut kita tidak mengikuti ya?

Nobunaga : Mungkin bukan si pengguna rantai.

Machi : Kenapa?

Nobunaga : Karena yang membuntuti kita ada dua orang. Tapi si pengguna rantai sialan itu bekerja sendiri.

Machi : Alasannya?

Nobunaga : Si sialan itu dari anggota keluarga Nostrade, bukan? Bahkan dia mengalahkan Uvo sendirian. Itu karena mafia tidak bertindak. Jika mafia bertanggung jawab, mereka akan menggunakan Uvo sebagai target hidup atau mati. Jika mafia sudah membunuhnya, pasti beritanya sudah tersebar berada di internet sekarang.

Machi melipatkan kedua tangannya di depan dadanya. Dia berpikir dan mencerna semua ucapan Nobunaga.

Nobunaga : Karena di internet tidak ada apa-apa, mungkin si sialan itu mengalahkan Uvo sendirian tanpa melaporkannya ke mafia. Kenapa juga orang yang bekerja pada mafia bekerja sendirian? Itu mungkin alasan pribadinya.

Machi : Kau terlalu banyak menggunakan kata "mungkin".

Nobunaga : Urusee na! (Berisik!) Aku ragu ada orang yang ingin balas dendam tanpa bantuan mafia yang akan bekerja sama dengannya. Begitulah kesimpulan yang bisa kukatakan kalau si pengguna rantai sialan itu bekerja sendirian dan orang yang sekarang sedang mengejar kita itu adalah orang yang berbeda.

Machi : Sepertinya teorimu itu banyak yang ngasal.

Nobunaga : Lalu, menurutmu itu bagaimana?!

Machi : Hm. Benar juga... Kuanggap mereka itu suruhan atau ada hubungannya dengan si pengguna rantai.

Nobunaga : Bisa saja begitu. Apa itu firasatmu?

Machi : Ya. Hanya firasat.

Nobunaga : Dasar. Orang yang hanya bisa mengandalkan insting tidak seharusnya memprotes teori orang dong.

Sementara itu, tampak Gon sedang bertukar informasi dengan Killua melalui telepon.

Gon : "Dou, Killua? (Bagaimana, Killua?)"

Killua : "Sepertinya mereka sedang menunggu orang atau sedang memancing kita keluar. Kira-kira menurutmu yang mana?"

Gon : "Apa mungkin kita sudah ketahuan?"

Killua : "Sekarang ini, 50:50. Tapi mereka masih belum mengetahui lokasi kita. Mereka ingin memancing kita karena mereka tidak tahu di mana posisi kita."

Killua dan Gon saling mengintip lewat jendela. Mereka terus fokus melihat seluruh gerak gerik Machi dan Nobunaga.

Killua : "Mereka ingin kita menunjukkan diri."

Gon : "Bagaimana ini?"

Killua : "Tapi mereka mungkin juga sedang menunggu seseorang."

Gon : "Apa itu anggota lainnya?"

Killua : (Kalau yang mereka tunggu itu adanya Luci, maka...) "Pokoknya jangan bergerak dan tunggu saja."

Tiba-tiba terdengar suara ponsel berbunyi. Killua sedikit tersentak kaget.

Killua : "Gon, kututup teleponnya. Lihatlah dengan pasti. Jika mereka bertingkah aneh, kita langsung pergi! Larilah secepat mungkin. Mengerti?!"

Gon : "Mengerti."

Setelah itu, Killua dan Gon pun langsung saling menutup teleponnya. Mereka langsung fokus memerhatikan Machi dan Nobunaga. Terlihat Nobunaga mengangkat ponselnya yang sudah berbunyi cukup lama dari tadi.

Phinks : "Ini Phinks."

Nobunaga : "Oh, kenapa?"

Phinks : "Aku hanya ingin tahu keadaanmu sekarang karena Zero khawatir padamu."

Nobunaga : "Oh? Bilang padanya, tidak perlu khawatir karena aku baik-baik saja. Hanya saja kita terus diikuti, tapi mereka tidak bergerak. Dan kami tidak tahu mereka di mana. Kemungkinan akan lama."

Lucia memberikan sebuah isyarat supaya Phinks mau berikan ponselnya. Phinks pun langsung memberikan ponselnya tanpa ragu.

Lucia : "Nobu, ini aku."

Nobunaga : "Oh, Zero ada apa?"

Killua tersentak kaget ketika mendengarkan ada sebuah nama inisialnya Lucia yang dilontarkan langsung dari mulutnya Nobunaga. Refleks dia mengepal erat tangannya dan menggertakkan giginya tanpa suara. Dia menatap tajam ke arah Nobunaga.

Lucia : "Nobu, kata Phin dia tahu posisi kedua orang yang sedang membuntuti kalian. Apa kau ingin tahu?"

Nobunaga : "Hm? Di mana?"

Tiba-tiba Nobunaga sedikit melirik ke arah samping dengan sudut matanya tanpa menggerakkan tubuh maupun kepalanya. Baik Killua maupun Gon langsung tersentak kaget. Mereka pun langsung melesat pergi dari sana. Akan tetapi...

Killua : (Luci?!)

Lucia tersenyum sangat lebar. Terlihat Lucia sedang berdiri di ambang pintu bersama Phinks untuk memblokir pintu keluar yang akan membuat Killua kabur. Sedangkan di tempatnya Gon, Pakunoda sudah berada di sana untuk menghalangi Gon.

Lucia : "Hisashiburi, oniichan (Lama tidak bertemu, kak.)"

Killua : . . . . .

-Bersambung-