24 UNGKAPAN CINTA

Secepatnya aku akan bicara sama Nadine, aku harus menunggu Anna terlebih dahulu." ucap Ardham dengan pandangan sedikit gelisah. Memikirkan cara bagaimana cara dia mengungkapkan perasaannya pada Nadine.

"Oke dham, kalau kamu butuh bantuanku aku siap membantumu. Kamu jangan ragu, aku di sini netral. Aku hanya mendukung Nadine di mana hatinya berlabuh." ucap Bella seraya berdiri menepuk-nepuk pundak Ardham.

"Makakasih Bell, aku senang ada lagi teman yang memberiku semangat untuk perasaanku ini." ucap Ardham tulus

"Sama-sama. Oh ya, aku akan menginap di sini dham. Aku bisa tidur di kamar Marvin, kamu tenang saja...aku akan menemani Marvin saat di sini, biar tidak terlalu mengganggumu." ucap Bella dengan sunyuman penuh arti.

Ardham mengangguk dan tersenyum.

"Aku ke kamar Marvin sekarang, kamu istitahatlah." Bella berjalan ke arah pintu dan keluar.

Selepas Bella keluar, Ardham meraih ponselnya dan segera menelpon Anna. Tanpa ada yang di tutupinya lagi, Ardham bercerita soal masalah Arsen dan Kayla, juga masalah dukungan Bella mengenai perasaannya. Anna mendengarkan di sana dengan serius.

"Dari dulu aku juga tlah memberimu nasihat yang sama, seperti Bella. Namun terus saja kamu kukuh dengan egomu."

"Hm...ya, maafkan aku."

"Terus kapan kamu akan menceritakan semuanya pada Nadine?"

"Aku belum tahu An, malam ini aku akan memikirkannya. Kapan kamu pulang? akhir-akhir ini kamu jarang sekali pulang? aku mencium sesuatu di sini."

Tawa Anna terkekeh di sana.

"Ngapain juga aku pulang? kamu sendiri tidak ada waktu untukku, selain Nadine dan Nadine."

"Hm...maafkan aku."

"Santai saja Dham, aku bercanda kok. Aku selalu mendukungmu, kamu laki-laki yang baik dan kamu juga sahabatku. Jika kamu perlu bantuanku, aku segera pulang."

"Kamu belum menjawab pertanyaanku dengan benar? aku mencium sesuatu di sini, kenapa kamu jarang pulang?"

"Ada teman mainku dalam satu film. Emm...sepertinya dia tertarik padaku, dan aku...sedikit saja sih, tertarik juga."

Anna di sana tertawa malu.

"Hmm...begitu? jadi sahabatku yang cantik ini sudah bisa membuka hati..nice..aku bahagia mendengarnya. Segera kirim foto pria itu, aku akan memastikan dia pantas untukmu atau tidak."

"Ya...ya..segera Tuan posesif."

Ardham tertawa pelan.

"Aku ingin melihatmu bahagia Anna dengan memastikan kamu di cintai laki-laki yang baik, yang sama sepertiku."

Anna kembali tertawa di sana.

"Trimakasih Dham, kamu tetap yang terbaik."

"Ya sudah, malam Anna."

"Malam juga Dham."

Hati Ardham terasa ringan, hatinya sangat lega jika Anna bisa membuka hatinya untuk bisa menerima cinta yang lain.

Jujur hatinya dari awal sedikit gelisah memikirkan perasaan Anna yang sudah bertahun-tahun menemaninya, tanpa sedikit ada tuntutan ataupun keluhan. Ardham sangat berhutang budi pada Anna.

Ardham bangun dari duduknya dan berjalan ke meja kerjanya. Di bukanya laci meja, dan di keluarkan foto Nadine yang nampak cantik di sana.

Ardham duduk bersandar, sambil menatap foto Nadine tanpa berkedip.

"Aku akan jujur padamu Nadine, sebentar lagi aku akan menceritakan semuanya padamu." gumam Ardham lirih. Mata Ardham yang sudah mengantuk mulai terpejam masih memegang foto Nadine di tangannya.

Pagi hari...

Ardham sudah terbangun dari tidurnya di ruang kerja, foto Nadine yang masih di pegangnya segera di masukkan kembali dalam laci. Dan segera mengeluarkan dokument tentang perusahaannya yang berada di kota T. Di bacanya satu persatu tanpa ada yang terlewati. Ardham memang sangat teliti dalam.semua hal.

"Paman." panggil Nadine di luar, membuyarkan konsentrasi Ardham. Ardham berdiri dan berjalan membuka pintu. Nampak wajah Nadine terlihat sangat cantik dengan Kaos putihnya berpadu dengan celana jeans coklatnya. Sangat mengagumkan.

"Ada apa Nad?" tanya Ardham setelah sadar dari kekagumannya.

"Sarapan dulu paman, sudah di tunggu tante, sama Marvin di meja makan." jawab Nadine, seraya hendak berbalik pergi.

"Nad." panggil Ardham cepat. Sebelum Nadine melangkah lagi.

"Ya paman." Nadine berbalik menatap Ardham.

"Paman, ingin mengajakmu keluar pagi ini. Apa kamu mau?" tanya Ardham dengan dadanya yang mulai berdebar-debar.

Nadine menatap Ardham dengan mata tanpa berkedip, mimpi apa dia semalam, hingga pagi ini mendapatkan kejutan yang luar biasa dari Ardham.

"Nadine? apa kamu mau?" Ardham bertanya lagi dengan suara yang mulai gugup.

"Ya paman, Nadine mau." Nadine menganggukan kepalanya dengan senyuman di bibirnya.

"Baiklah, kamu sarapan dulu saja. Paman tunggu kamu di depan." ucap Ardham.

"Paman tidak sarapan?" tanya Nadine.

"Paman masih kenyang, buatkan roti saja nanti...biar paman makan di mobil."

Nadine mengangguk, kemudian beranjak dari tempatnya dan berjalan ke arah ruang makan.

Ardham keluar dari ruang kerjanya segera menuju ke kamarnya.

Setelah mandi dengan bersih dan berganti pakaian yang santai, Ardham mengambil kunci mobilnya dan berjalan keluar rumah. Nampak Nadine sudah menunggu di pintu mobilnya.

"Paman bolehkah aku mengajak Marvin?"

Ardham menggelengkan kepalanya.

"Masuklah, ada Bella yang bisa menjaga Marvin. Kenapa kamu kuatir sekali meninggalkan Marvin sebentar?" ucap Ardham tak tahan menahan rasa cemburunya yang tiba-tiba meluap.

"Bukan masalah Nadine kuatir paman? masalahnya Marvin pingin ikut." jelas Nadine dengan sedikit kesal atas tuduhan Ardham.

"Ohh." Ardham melirik Nadine sedikit malu. "Ayo masuk Nad." suara Ardham melembut.

Nadine segera masuk dan duduk di samping pamannya.

"Kita mau ke mana paman?" tanya Nadine menoleh ke wajah Ardham yang terlihat sangat tampan hari ini. Terlihat masih muda, dengan penampilannya Ardham yang tidak biasanya. Kaos putih lebar di padu celana jeans biru...sangat casual di mata Nadine.

"Kamu maunya ke mana?" Ardham balik bertanya

"Kalau ke taman kota Melawai, bagaimana?" ucap Nadine antusias.

"Kita ke sana sekarang." ucap Ardham, mulai menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumahnya.

Dengan kecepatan sedang mobil Arham menyusuri jalan-jalan yang tidak terlalu ramai karena hari masih pagi.

Tiba di taman kota Melawai, Ardham memarkin mobilnya di area parkir mobil. Nadine keluar dengan merentangkan kedua tangannya, sungguh terasa sejuk dan nyaman suasana di pagi hari.

Ardham keluar dari mobilnya menghampiri Nadine yang masih menikmati suasana taman kota Melawai.

"Kita ke sana Nad, ada kolam besar di sana." ajak Ardham dengan hatinya yang mulai tak menentu.

Rasa takut, kegelisahan dan rasa gugup telah menyergapnya. Di raihnya tangan Nadine dengan keberanian yang tersisa.

Nadine menoleh ke wajah Ardham saat tangan Ardham yang tiba-tiba menggenggamnya. Nadine melempar senyum.

Dengan tangan saling mengenggam Ardham dan Nadine berjalan menyusuri taman kota Melawai menuju kolam besar yang nampak asri dan indah.

"Kita duduk di sini aja paman." ucap Nadine saat sampai di kolam besar. Tangan Nadine terlepas saat Ardham membersihkan terlebih dulu tempat duduk Nadine yang berdebu dengan kedua tangannya. Hati Nadine meleleh dengan perhatian kecil pamannya.

Ardham duduk di samping Nadine setelah mencuci kedua tangannya dengan air kolam.

Suasana begitu hening dan sunyi, hanya suara gemericik air kolam yang terdengar, mengiringi suara hati Ardham dan Nadine yang mulai resah dan gelisah.

"Nad." panggil Ardham memecahkan kesunyian.

"Ya paman?" jawab Nadine menoleh ke Ardham.

"Sampai hari ini, apakah kamu sudah bisa mencintai Marvin?"

Nadine terdiam dan menghela nafas panjang.

"Masih belum paman."

"Kenapa?" Marvin sangat tampan dan juga baik?" tanya Ardham dengan hati lega.

"Aku juga tidak tahu paman, terkadang Nadine marah dengan diri sendiri, kenapa sampai hari ini Nadine tak bisa melupakan orang yang Nadine cintai." suara sedih Nadine menggetarkan hati Ardham yang mendengarnya.

"Apakah orang itu masih orang yang sama?" tanya Ardham dengan dada yang mulai berdetak kencang mengikuti irama jantungnya.

Nadine mengangguk lemah, dengan wajah tertunduk. Hati Ardham serasa melayang terbang ke awan. tak bisa melukiskan kebahagiaan yang melanda hatinya saat ini,.

"Nad." panggil Ardham pelan, seraya mengangkat dagu Nadine agar mau menatap matanya. Dengan sedikit takut Nadine membalas tatapan mata Ardham.

"Ya paman." gugup suara Nadine, dengan memejamkan matanya, hatinya gelisah jika akan mendengar kata-kata Ardham yang akan menyakiti hatinya lagi.

"Katakan pada paman sekarang ,jika kamu masih mencintai paman sampai hari ini." mohon Ardham menatap lekat manik mata Nadine.

"Please Nad?"

"Nadine masih mencintai paman, maafkan Nadine paman. Nadine sudah berusaha untuk melupakan paman, seperti yang paman minta. Tapi sangat sulit sekali paman, maafkan Nadine." isak Nadine semakin takut jika Ardham mengulangi hal yang sama dengan kata-kata yang menyakiti hatinya.

Ardham menarik nafas lega, diraihnya kepala Nadine dan di dekapnya dalam dadanya.

Dengan penuh cinta, Ardham mengecup puncak kepala Nadine.

Keberanian di hati Ardham mulai muncul seketika untuk segera mengungkapkan rasa cintanya pada Nadine.

"Nad, lihat paman." bisik Ardham lirih di telinga Nadine, sambil menangkup wajah Nadine dengan kedua tangannya.

Nadine kembali menatap mata Ardham dengan airmatanya yang mulai mengalir.

"Paman mencintaimu Nad, sangat mencintaimu." ucap Ardham dengan suara sedikit parau.

Mata Nadine terpaku dan tak berkedip mendengar ucapan Ardham yang bagaikan bunga-bunga turun dari langit.

"Apa yang paman katakan?" gugup suara Nadine. masih tak percaya dengan apa yang di dengarnya.

avataravatar
Next chapter