webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Teen
Not enough ratings
30 Chs

19. Ice's Trip with Aldrich

"Oke, gue ngerti, lo cemburu, kan?"

Aldrich tercengang mendengar perkataan Ice, ia tak tau harus menjawab apa lagi. Ia juga baru sadar bahwa mengapa ia harus mengurusi hidup Ice.

"Eng-engga.. gue cuma.." Aldrich mengalihkan pandangannya kearah lain sambil memikirkan jawaban yang tepat. "Cuma mau bantu lo move on aja" lanjut Aldrich.

"Oohh, gitu yaa.. gue mah hampir bahagia ngirain ada yang suka sama gue, ternyata engga" Ice sedikit terkekeh, ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Aldrich tambah kaget mendengar jawaban Ice.

"Yaudah, udah selesai marahnya? Uda bisa jalan jalan?" Tanya Ice memandang Aldrich dengan tatapan polosnya.

Aldrich jadi tak bisa berkata apapun, ia tak tahu harus menjawab apa.

Ice terkekeh melihat wajah Aldrich sekarang.

"Ga lucu" Jawab Aldrich, kemudian Aldrich langsung berjalan keluar dari rumah meninggalkan Ice. Ice segera menyusul Aldrich.

Ice berusaha menyejajarkan langkahnya dengan langkah Aldrich.

"Kenapa ya orang bilang cewek suka ngambul, tapi kenyataannya cowok lebih suka ngambul?" Tanya Ice yang masih menyejajarkan langkah kakinya.

"Gue ga ngambul" Balas Aldrich cuek.

"Ck, beraninya lo bilang ga ngambul, uda keliatan banget tuh reaksi lo, haha" Ice sedikit tertawa.

"Baikan ya, gue capek ngikutin langkah lo" kata Ice tersenyum menatap Aldrich yang bahkan tak sama sekali mengalihkan pandangannya dari jalan didepannya dan tetap berjalan yang juga masih diikuti Ice.

Aldrich seketika berhenti berjalan kemudian menoleh ke Ice. Aldrich menatap Ice dalam, bahkan sampai Ice salah tingkah.

"L-lo ngapain natap gue gitu?" Tanya Ice tak yakin.

Aldrich kemudian tersenyum tipis lalu sedikit mengacak rambut Ice.

"Pengen aja ngeliatin" lanjut Aldrich.

Ice lagi lagi salah tingkah atas jawaban Aldrich, ia segera mengalihkan pandangannya, kemudian ia sedikit tersenyum.

Aldrich yang melihat Ice tersenyum pun langsung terkekeh, wajah Ice sangat imut "Jadi jalan jalannya? Atau mau baper aja kek gini?" Tanya Aldrich. Ice spontan langsung kembali mengalihkan pandangannya ke Aldrich "Siapa yang baper? Gue cuma menghayal aja" Jawaban yang sangat tak masuk akal baru saja dikeluarkan dari mulut Ice.

"Udah udah, cukup bapernya, sini" Aldrich mengambil tangan Ice kemudian lanjut berjalan jalan, iya, mereka berpegangan tangan sambil berjalan.

"Lo mau keluar dari rumah gue?" Tanya Aldrich.

"Hm?" Ice masih tak mengerti.

"Maksud gue jalan jalan di tempat wisata sekitar rumah gue, gue bisa jadi perfect guide untuk lo"

Ice tersenyum "Ayok, gue suka jalan jalan"

"Gas" kata Aldrich mereka pun berjalan jalan di luar sana.

Aldrich memberhentikan mobilnya disuatu tempat, "udah sampe" kata Aldrich, mereka berdua pun turun dari mobil.

"Waww" Ice sangat takjub dengan tempat ini, ia langsung berlari mendahului Aldrich, Aldrich hanya mengikutinya dari belakang.

"Ald, Ald, sini Ald, bagus banget, ada rumahh.." kata Ice kemudian ia langsung menarik tangan Aldrich dan pergi ke sana.

"Kita ga boleh masuk ke dalem sana ya?" Tanya Ice.

"Itu bukan rumah beneran, cuma hiasan aja" jawab Aldrich.

"Ohh, gue kira rumah beneran" Ice terkekeh dan tersenyum lebar melihat pemandangan didepannya, siapa sangka, ada seseorang tengah menatap Ice dari samping, iya, itu Aldrich. Aldrich tak tersenyum, ia malah terlihat sedih dengan menatap wajah Ice.

"Ice" panggil Aldrich pelan.

Ice langsung menoleh ke Aldrich "Apa?" Jarak wajah mereka kini hanya beberapa senti.

"Lo anggep gue sebagai Aldrich atau Sea?" Tanya Aldrich serius.

"Hh? Pertanyaan lo gak masuk akal banget, ya jelas Aldrich lah, lo kan Aldrich bukan Sea" kata Ice.

"Y-ya siapa tau, lo sukanya sama Sea, bukan sama gue, lo bisa aja mikir gue tuh Sea, makanya lo mau jalanin hari hari lo sedeket ini sama gue" kata Aldrich belum tersenyum.

"Lo masih ragu sama hati gue?" Tanya Ice, Aldrich tak menjawab.

"Muka lo sama Sea memang sama, sampe gue ga bisa bedain, tapi jujur aja, sifat kalian beda banget. Mungkin dulu gue memang sama kayak yang lo omongin, nganggep lo sebagai Sea. Tapi semakin gue deket sama lo, gue semakin yakin, kalau lo adalah Aldrich, bukan Sea. Dan waktu kita deket, gue ga pernah nganggep lo sebagai Sea, lo adalah Aldrich bagi gue" jelas Ice menatap dalam mata Aldrich.

Kini terulas senyuman diwajah Aldrich, Aldrich langsung memeluk Ice sambil tersenyum, begitu pula Ice yang sedang tersenyum lebar dibalik pelukan itu.

Aldrich kemudian melepaskan pelukannya, "Kita ke pantai yok? Gue pengen jalanin hari ini sama lo sampe malem" kata Aldrich.

Ice tersenyum dan mengangguk.

Mereka pun lanjut ke tempat berikutnya, pantai.

Mereka berdua berjalan berdampingan, seolah mereka adalah sepasang kekasih dipinggir pantai, tidak hanya itu, terkadang mereka juga bermain air dengan menyemburkannya.

Hari sudah mulai sore, mereka berdua menikmati sunset di pantai.

"Gue ga pernah liat sunset dari pantai, ini pertama kali" kata Ice.

"Lah, masa?"

"Iyaa, dan ini indah banget" Ice masih tersenyum. Aldrich perlahan mengambil tangan Ice. Ive langsung menoleh. Aldrich tersenyum.

"Ngapain?" Tanya Ice sedikit tersenyum.

"Cuma mastiin aja tangan lo ga mati rasa"

Ice sampai tak bisa berkata apapun lagi, ia pikir ini akan seperti film film romantis, tapi kenyataannya tidak sama sekali.

Aldrich terkekeh melihat wajah Ice, sangat lucu.

~~~

Aldrich masuk ke dalam rumah bersama Ice,

"Gue ke kamar dulu ya" kata Ice.

"Hm"

Ice pun balik ke kamarnya.

"Aldrich" panggil Diana. Aldrich mengalihkan pandangannya dari Ice ke ibunya.

"Iya ma?"

"Mama mau ngomong sama kamu" Diana langsung duduk di sofa, Aldrich pun pergi ke sofa.

"Kenapa ma?"

"Kamu pacaran sama dia?" Tanya Diana serius.

"Ice? Engga ma"

"Kalo engga, kenapa kalian deket banget? Kayak lebih deket dari temen?"

"Mungkin lagi proses ma" Aldrich tersenyum

"Kamu serius sama dia?" Tanya Diana.

"Serius ma"

"Terus dia? Yakin serius sama kamu?" Tanya ibunya.

"Mama ga suka sama Ice? Kenapa mama nanya kayak gitu?" Aldrich tak menjawab, ia malah bertanya balik.

"Bukannya ga suka, mama cuma gamau kamu harus sakit aja, nanti ceritanya lagi kayak yang dulu"

"Ga bakal kayak dulu lagi ma, Ice beda sama Ana, Ald yakin.."

"Ya kalo kamu yakin mama juga ga ada masalah. Jangan aja dia ninggalin kamu lagi. Kalau itu terjadi lagi, mama yang akan nyari pasangan untuk kamu." Kata Diana serius, ia langsung bangkit dari sofa dan berjalan pergi.

Aldrich hanya menghela nafasnya.

~~~

Ice kelelahan berjalan jalan ke berbagai tempat bersama Aldrich. Bahkan ia menghabiskan waktu hampir sehari. Ia membaringkan tubuhnya di kasur yang bersih dan empuk itu.

Ice menutup matanya sejenak dan menghirup dalam dalam nafasnya. Hari ini ia merasa sangat bahagia, bahkan mungkin lebih bahagia daripada saat bersama Sea dulu.

"Whoaaammm, ngantuk banget" Ice menguap sambil menutup mulutnya. Ia kenudian mengecek hpnya. Ada sebuah notifikasi disana.

Apa tunggu? Dari Sea? Sejak kapan Sea suka chat dengan Ice?

Ice membuka chat itu.

Sea Aidyn:

"Good night"

"Jangan tidur malem malem"

"Nanti sakit"

"Kenapa sih dia?" Gumam Ice.

Icepreechaya:

"Iya"

Ice tidak tau harus menjawab apa, ia jadi hanya menjawab itu saja.