webnovel

My Twins Lovers

Ice Preechaya Waismay, si gadis pengarang cerita profesional, seorang secret admirer yang ga pernah dianggap oleh Sea Grissham Aidyn, pria berkharisma yang berprestasi di sekolahnya. Sampai suatu saat Ice menerima beasiswa ke Korea dan ia bertemu dengan Aldrich Liflous Moonglade, pria dengan wajah yang sama persis dengan Sea. Dan saat saat di Korea inilah sosok secret admirer yang dulu menghilang. Ice menjalankan hari harinya bersama Aldrich. Tapi, cerita belum berakhir sampai disini. Karena, Sea dan Aldrich, satupun tak ada yang tahu jika mereka memiliki saudara kembar, eh.. kembar? Yakin kembar? Muka sama bukan berarti kembar, kan? Penasaran? Baca dulu dong, kalian yang suka romance dengan baper bapernya wajib baca. Eh, tapi kalo kalian gamau baca, its okay

Leenymk · Teen
Not enough ratings
30 Chs

14. Tidur Berjalan

Selesai makan,

Ice pun naik ke kasur Aldrich, sedangkan Aldrich sudah menyiapkan bantal dan matras untuk dirinya, ia juga sudah menetap disana.

"A-Ald, lo yakin gamau tidur diatas, gue ga enak jadi tamu tidur dikasur, malah tuan rumahnya yang tidur di bawah." Kata Ice yang duduk di kasur melihat Aldrich dari atas.

"Santai aja sama gue, gue kan uda bilang, anggep ni kamar lo" balas Aldrich yang tengah menghadap membelakangi Ice.

Ice pun perlahan memosisikan tubuhnya tertidur, ia juga menghadap membalakangi Aldrich.

Ice masih memikirkan kejadian tadi dengan Aldrich, wajah mereka sangat dekat, sampai hampir bersentuhan. Entah kenapa ia tak bisa melupakannya. Ice sedikit menggeleng kemudian langsung memejamkan matanya.

***

Kringgggggggggggg

Alarm Ice berdering, Ice pun terbangun.

Ice kemudian mematikan Alarmnya dengan masih setengah sadar.

Ia kemudian mengubah posisi tidurnya dari menghadap kiri menjadi menghadap kanan.

Ice sedikit mengedip ngedipkan matanya tak yakin dengan apa yang dia lihat, dia melihat Aldrich di atas kasurnya, disampingnya sekarang dan juga sedang menghadap Ice dengan keadaan masih tertidur.

Ice perlahan melebarkan matanya. Aldrich juga terbangun sambil mengedip kedipkan matanya kemudian melebarkan matanya, wajah mereka sangat dekat.

"Argggggggggggggggggggggg" Ice berteriak sekencang mungkin, ia langsung menggulingkan badannya ke kiri hingga ia terjatuh dari kasur.

"Ahh" Ice meringis kesakitan sambil memegang punggungnya.

"Apaan sih lo Ald?? Katanya lo tidur dibawah tapi kok keatas sihhh??? Ihhh, semaleman lo ngapain guaaa???" Ice mulai menangis sekencang kencangnya berpikir ia telah dinodai oleh Aldrich. Sedangkan Aldrich kini terduduk diatas kasur sambil melihat Ice dari atas.

"Pikiran lo tuh memang.... jauh banget" Aldrich menggelengkan kepalanya sambil menatap datar Ice.

"Hiks, cowok jahat, hiks hiks, jahat banget lo. Hiks"

Aldrich menghembuskan nafasnya.

"Lo beneran ga inget semaleman apa ulah lo?" Akhirnya Aldrich angkat bicara.

"Maksud lo?" Tanya Ice.

Flashback on

"Hiks, hiks.. Lo jahat Sea, lo jahat!!" Kata Ice dengan mata yang masih tertutup sambil memukul pukul kasur tak henti.

Aldrich pun terbangun akibat suara Ice.

"Sea jahat, baru punya pacar lo jahat! Lo ga peduli sama gue!! Hiks.."

"Tidur berjalan?" Gumam Aldrich.

Ice kemudian bangun dari kasurnya.

"Sea!! Itu lo kan" Ice membuka sedikit matanya sambil menunjuk ke arah Aldrich dengan suara yang lumayan keras.

Aldrich sudah mulai menggeleng.

Ice terkekeh, ia langsung turun dari kasur kamudian mencari Aldrich dibawah.

"Lo itu Sea!!"

"Gue Aldrich"

"Lo bohong, lo Sea!!" Ice memulai aksinya memperkosa cowok. Tapi Aldrich menahan gerakannya, Ice berusaha membuka baju Aldrich.

"Ice lo ngapain, Ice" Adrich memegang kedua tangan Ice sekuat tenaga.

"Ice stop Ice!!"

Ice belum berhenti, ia masih bergerak tanpa sadar.

"Ice gue bukan Sea"

"Ice. Ice" Ice sekarang berasa diatas badan Aldrich.

"Gue ga percaya. Lo itu Sea, muka lo sama kayak sea, lo tuh Seaa" Ice melanjutkan aksinya.

"Iceeeee!!!!" Aldrich mulai jengkel. Ice berteriak sekencang mungkin.

"Apa?" Taanya Ice.

"Tidur diatas!" Kata Aldrich melebarkan matanya.

Ice tersenyum jahil "Oke, tapi lo harus tidur sama gue diatas"

"Gak! Tidur sendiri"

"Gamauuuuuu, gamaoooooo, hueeee gamauuuuu" Ice berteriak sekencang kencangnya. Aldrich langsung menutup mulut Ice takut kamar lain akan terganggu.

"Ice! Lo diem, lo berisik banget tau, ni tengah malem!!"

"Aaaaarrrggg, Seaaaaaaa" teriakan Ice teredam karena tangan Aldrich yang menutup mulut Ice.

"Ice berhenti teriak dan tidur! Ini perintah!"

"Kalo lo ga tidur sama gue diatas, gua ga bakal berhenti teriak"

"Argggggggg" Aldrich menutup mulut Ice lagi.

"Oke oke, gue tidur sama lo diatas."

Mereka pun naik ke atas kasur Ice tertidur pulas dengan wajah tersenyum sedangkan Aldrich hanya stress dengan tingkah Ice.

Flashback off

Ice yang sekarang malu setengah mati diceritakan begitu, ia memegang kepalanya dan melihat kearah lain sambil bersandar pada tembok.

Ice kemudian perlahan menoleh ke arah Aldrich yang masih menatapnya dari atas kasur dengan wajah datar.

"Maaf" kata Ice sambil tersenyum canggung.

Aldrich kemudian bangun dari kasurnya dan masuk ke kamar mandi dan mandi.

Ice kemudian menepuk nepuk kedua pipinya. "Sadar Ice, Sadar, itu Aldrich, bukan Sea, lo ga boleh show out sebanyak ituu"

"Huaa, apa yang gue lakuin semalemm??" Ice memejamkan matanya dengan telapak tangan pada dahi dan siku bertumpu pada lutut.

Tak lama

Krek

Pintu kamar mandi terbuka, Ice spontan menoleh ke pintu. Aldrich keluar dengan seragam yang rapi.

"Lo mau mandi?" Tanya Aldrich kepada Ice.

"Iya.." kata Ice. Ia langsung memasuki kamar mandi dan mengunci pintu.

Selesai mandi, Ice membuka tas sekolahnya dan mengeluarkan seragam sekolah barunya yang baru ia dapatkan kemarin, ia pun menggunakannya. Ice menggerai rambutnya kemudian ia keluar dari kamar mandi.

"Udah siap sekolah?" Tanya Aldrich.

"Hm" Ice menaik turunkan wajahnya.

Mereka berdua masih berjalan ke sekolah karena motor Aldrich masih di bengkel.

"Ice uda inget jalan ke sekolah?" Tanya Aldrich.

"Agak, baru hari ini sih gue agak inget.. hehe" kata Ice.

"Bagus, soalnya nanti pulang sekolah gue ga bisa ke asrama sama lo, gue mau ngambil motor di bengkel"

Ice hanya mengangguk.

Sampai sekolah,

"Aldrich, lo kok bisa dateng sama dia?" Tanya gadis itu, mantan Aldrich, Fista.

"Gue kebetulan ketemu dia tengah jalan, jadi samaan jalan" bohong Aldrich.

"Awas aja lo ga inget sama peringatan gue" kata Fista kepada Ice.

"Dia mau ga inget juga ga apa, soalnya gue yang bakal ngelindungin dia dari lo" jelas Aldrich.

"Yok Ice, mending kita ke kelas aja" kata Aldrich yang masih menatap tajam Fista. Kemudian Aldrich langsung menarik tangan Ice berjalan ke kelas.

"Perlakuan lo ke mantan ternyata sadis juga ya, haha" Ice terkekeh.

"Gak lucu" Aldrich dengan tatapan datar.

"Hehe" Ice tersenyum.

"Sampai kapan lo di Korea?" Tanya Aldrich.

"Setaon" Ice tersenyum polos seperti senyuman bocah yang baru membuka mata melihat dunia.

"Lama banget, kenapa harus lo yang kesini sih? Ngeselin" Selesai bicara, Aldrich langsung berjalan mendahului Ice masuk ke dalam kelas.

"Kenapa si lo Ald?" Gumam Ice yang ikut masuk ke dalam kelas.

"Oke anak anak, sekarang pelajaran bahasa Korea, keluarkan buku bahasa Korea kalian semuanya."

"Hari ini saya akan mengadakan tes ya"

"Kamu, murid baru, kalau kamu belum mampu bahasa korea, kamu boleh nanti saja menyusul tes nya ya." Guru itu melihat ke arah Ice.

"Saya mampu kok bu" Ice tersenyum.

"Oke, belajar lima menit langsung tes"

Lima menit kemudian, semua mengeluarkan kertas dan mulai mengerjakan tes.

Selesai tes.

"Oke, jadi ini hasil tesnya, saya akan bacakan nama kalian dan nilai, kalian yang saya panggil, maju ke depan"