webnovel

Ch. 157

Jesper tengah menatap layar ponselnya dengan serius, si roti tawar berjalan tengah ujian masuk Universitas.

Bosan sebenarnya, hanya saja Jesper terlalu malas untuk menyusul dua manusia macam kotoran yang berada tepat di satu gedung dengannya.

Ting...

Ting...

Jesper Idiot Hingga Kelubang Pantat (3).

Mata Jesper membola tak percaya saat melihat nama grup yang entah sejak kapan menjadi lahan untuk menistakan dirinya.

"Manusia-manusia tak berguna kalian semua." Sungut Jesper dengan tangan yang mulai menari-nari di atas keyboard ponselnya.

Jes (No Limit (less)) : BABI kalian semua!

Kun (Anta) : BABi babi lonely... lonely... lonely...

Lu (Han Deer) : fakultas di goyaaaaang...

Kun (Anta) : my BABI girl... my BABI girl... if you want me, i will i come so fast...

Lu (Han Deer) : lanjuuuuuuut... Gangnam di goncaaaang...

Jes (No Limit (less)) : enyah kalian dari my life.

Lu (Han Deer) : my life is around to you, Baby.

Kun (Anta) : dasar sampah. Anti tikungan tajam, teman!

Lu (Han Deer) : e... e... e... e... e... Xukun... kenawhy you tak comeback-comback, katanya going look for money. Ternyata kau malah menghilaang...

Lu (Han Deer) : bangsat kau!

Tak.

Jesper membanting ponselnya keatas meja, jengah sudah ia mendapat teman macam dua makhluk tak jelas ini. Lelah bathin Jesper.

Berhubung di pemilik perusahaan sedang di luar negeri jadinya ya seperti ini. Yang kerja, kerja juga. Yang tidak, ya... main ponsel atau apalah namanya. Tapi, tenang... Jesper main ponsel karena pekerjaannya yang memang sudah selesai. Hanya beberapa pekerjaan kecil saja yang tertinggal.

Jesper Idiot Hingga Kelubang Pantat (3).

Lu (Han Deer) : ingin pergi ke Cafetaria? Perutku butuh asupan.

Kun (Anta) : sekarang? Masih jam kerja, Idiot.

Lu (Han Deer) : nanti, dasar otak sebesar butiran ketombe!

Jes (No Limit (less)) : aku malas.

Lu (Han Deer) : kenapa? Kau ingin menyendiri? Mual? Pusing?

Kun (Anta) : kau hamil anak siapa, Ya Tuhan?

Jes (No Limit (less)) : nah, ini dia contohnya jika bodoh hingga ke jantung, terpompa hingga keseluruh tubuh.

Lu (Han Deer) : kau berhasil mengocok perutku, teman. HAHAHAHAHAHA.

Kun (Anta) : aku memiliki hasrat yang besar untuk menjilat paru-parumu, sayaang.

Jesper tersenyum tipis, walau di kata temannya itu idiot hingga ke sari-sari tubuh. Tetap saja Jesper bersyukur mempunyai mereka berdua. Pelipur lara begitu.

Ting.

From : 2nd Devil.

Aku sudah selesai ujian. Cepat pulang, kita akan membuat video yang iya-iya nanti.

Alis Jesper berkerut, lagi. Video yang iya-iya apa maksudnya? Jesper itu masih polos, belum mengerti dengan hal-hal yang berbau dewasa. Maklum, Jesper itu sudah suci dari dalam rahim.

"Jesper... sayangkuuuu."

"Pujaan hatikuuuu."

"Yuhuuuu... baby? Do you hear me?"

Wajah Jesper sudah memerah malu, sumpah. Ada apa dengan dua manusia tak tau diri itu? Tolong, siapapun bawa Jesper dari bumi terkutuk ini, please?

Jesper lelah teman-teman.

"Eh... eh... itu yang BERBAJU BIRU BISA LIHAT OPPA TIDAK YAA?"

Jesper berjanji dari lubuk hatinya yang paling dalam jika ia akan mencekik Lucas hingga mati setelah ini. Mau di taruh dimana wajah Jesper? Tong sampah?!

"Eh... eh... itu yang menUNDUK MALU LIHAT OPPA, PLEASE. SIAPA TAU KAU JODOHKU YANG DI GARISKAN TUHAN?"

Ini lagi si Xukun. Terlalu sering menempel dengan Lucas ya seperti ini jadinya. Terbawa-bawa idiot hingga sumsum tulang belakang.

"Eh... eh... kau PAK TUA! MENYINGKIR DARI KESAYANGAN KAMI!" Lucas berteriak heboh, berjalan cepat hingga ia sudah sampai di depan Jesper dan melindungi tembok berjalan milik mereka.

Ini sudah jam istirahat dan lihat? Masih saja ada yang memberikan berkas pada Jesper. Kapan manusia kurus mau istirahat? Jadi makin kurus dia nanti, kasihan.

"Jangan mendekat. Aku tidak mengenal kalian, enyah!" Jesper memutari meja agar ia tidak bersentuhan dengan Lucas dan Xukun. Takutnya kebodohan mereka berdua malah berpindah pada Jesper.

Jesper ngeri teman-teman. Otak cerdas dan masa depannya bisa melayang sia-sia nanti.

"Eeaaak, Jesper Oh malu-malu anjing saudaraku sekalian."

**

Jinyoung tengah bersandar nyaman pada sofa kesayangannya yang mengarah langsung pada layar televisi.

Ini waktunya menonton film dewasa.

"Hmmm... film panas apa yang cocoknya di sore hari yang mendung ini ya?" Monolog Jinyoung seraya memilih-milih kaset yang tersimpan rapi di rak bawah televisi.

"Aah... ini cocok."

Duduk manis dengan kaki yang bersila dan tangan kanan yang memegang keripik kentang serta tangan kiri yang memegang remot.

"Okkkeeeeey... kita mulaai!" Mata Jinyoung menatap serius pada layar televisi dan jangan lupakan tangannya yang tak berhenti-henti memasukan bahan bakar kedalam mulut kelaparan miliknya.

"Katakan, Swiper jangan mencuri... Swiper jangan mencuri..."

"Apa kau melihat Peta? Dimana? Itu dia."

"Aku Peta... aku Peta... aku Peta... aku Peta... aku Peta!"

Damai sudah hidup Jinyoung jika seperti ini. Cukup dengan film dewasanya dan juga sebungkus besar cemilan maka, Surga dunia sudah berada dalam genggaman tangan Jinyoung.

"Indahnya hidup inii~."

Kebahagiaan Jinyoung itu sesederhana itu teman-temanku yang berbahagia.

**

D

rrt... drrt... drrt...

Sehun terbangun dari tidurnya saat ia rasa ponselnya bergetar-getar heboh di atas nakas sana. Untung saja Haowen itu jika sudah tidur, ia akan tidur mati. Jika tidak? Meloncat sudah si kecil dari atas tempat tidur menuju dada bidang Sehun yang... rrrhh.

2 message from 2nd Devil.

Alis Sehun bertaut heran, memilih untuk bersandar pada head bed dengan beralaskan bantal empuk miliknya.

"Yo! The master of Devil." Hampir saja Sehun mengutuk anak keduanya ini jika ia tidak mengingat bagaimana susahnya perjuangannya dulu hanya untuk sekedar menarik perhatian Jinyoung.

"Happy father' day, eh... Setan juga punya ayah bukan?" Jinyoung menoleh sebentar pada Jesper yang Sehun yakini tengah sibuk memegang kamera sekarang.

"Setan mana yang kau maksud?" Suara Jesper terdengar lelah, entah karena lelah masalah magangnya entah karena pertanyaan Jinyoung yang tak ada faedahnya sama sekali.

"Kita? Aku, hyung, dan si kecil Haowen." Sehun tersenyum kecil, baru kali ini ia melihat ada manusia yang bangga dengan julukan setan miliknya.

"Terserah apa katamu. Cepatlah tanganku pegal."

"Sabar!" Jinyoung mendengus dan mendecak sebal karena aura-aura pinkeu kebahagiaannya sudah lenyap di lalap oleh omelan Jesper barusan.

"Dad, selamat hari ayah. Terima kasih sudah menjadi ayahku dan juga menjadi temanku. Maaf karena sudah banyak merepotkanmu. Semoga kau sehat selalu dan jangan lupa untuk bahagia. Aku mencintaimu, sangat. Ah... dan juga aku sudah selesai ujian masuk Universitas tadi, semoga kau suka dengan hasilnya. I love you."

Sehun tersenyum hingga matanya hilang tertelan pipi yang beringsut naik keatas wajah. Entahlah, ia merasa senang saja saat ini.

Beralih ke video yang kedua, Sehun kembali membukanya dengan tenang. Ia yakin itu akan menampilkan raut datar si sulung Oh yang sudah macam tembok berjalan.

"Hm... yeah. Happy father's day."

Nah, Sehun kata juga apa? Sudah jelas saja raut datar anak pertamanya yang akan membuat perut Sehun terkocok hingga batas maksimal.

"Sudah." Suara Jesper menginterupsi Jinyoung yang masih sibuk dengan kameranya.

"Sudah?" Jinyoung berseru tak percaya. "Baru tiga detik ini! Tambah lagi!" Omel Jinyoung. Basa-basi atau apa begitu? Tak tau diri sekali jadi anak. Heran Jinyoung.

"Hanya itu, cepat matikan." Dengus Jesper dengan wajahnya yang sudah tak ada ubahnya macam kanebo kering, tegang.

"Aku tadi lima menit. Kau hanya tiga detik! Tambah lagi, doakan apa begitu. Macam tai sekali tingkah kau, Hyung."

"Durasimu lima menit juga karena bergabung dengan percakapan tak bermutu kita."

"Masa bodoh! Sudah jalan dua menit ini! TAMBAH!" Mengamuk sudah Jinyoung, kesal dia itu kesal. Punya saudara macam ini sekali.

"Setan!"

"Kau juga."

"Hh... baiklah. Terima kasih sudah menjadi ayahku dan juga menjadi temanku. Maaf karena sudah banyak merepotkanmu. Semoga kau sehat selalu dan jangan lupa untuk bahagia. Aku mencintaimu, sangat. Ah... dan juga aku sudah kembali magang tadi. I love you."

"Kau menYALIN HABIS KATA-KATAKU!" Naik sudah darah Jinyoung. Uji kesabaran sekali punya kakak macam Jesper ini, sungguh.

"Sudah, cepat matikan! Banyak bicara kau!"

Sehun tau walau tadi Jesper memangkas habis kata-kata Jinyoung, ia yakin jika anak pertamanya itu tulus. Walau wajahnya masih datar-datar juga.

"I love you too."

TBC.

THANK U.

SEE U NEXT CHAP.

DAP.