webnovel

Ch. 129

"Aunty, Haowen sedang tertidur. Kau membangunkannya." Kesal Jinyoung. Adik kecilnya bahkan terlonjak kaget karena bantingan pintu yang di lakukan Jiyeon barusan.

"Maaf. Aku tidak tau. Nah, sekarang cepat bergerak ke ruang makan. Kami sudah membuatkan banyak makanan untuk kalian." Ujar Jiyeon. Mengangkat kedua tangannya yang menenteng masing-masing satu plastik besar berisi makanan.

"Sudah di masak? Aku pikir memasak di sini." Heran Jesper. Melihat pada tiga manusia yang sudah membantunya beradaptasi di rumah besar ini.

"Hanya cemilan yang sudah selesai. Selebihkan bahan-bahan makanan. Sekarang ayo ke dapur." Seperti rumah milik sendiri, Jiyeon melangkah masuk dengan senyum cerahnya. Entah makhluk aneh macam apa yang merasuki satu-satunya perempuan di keluar besar itu. Intinya Jiyeon aneh hari ini.

"Apa yang terjadi padanya?" Heran Jesper penasaran. Biasanya Jiyeon itu hanya stay dengan wajah tanpa ekspresinya, sesekali tersenyum jika itu diperlukan.

"Mendapat jackpot dari Kris mungkin." Acuh Chanyeol. Menyusul Jiyeon dan Baekhyun yang sudah mulai membongkar plastik-plastik besar yang mereka bawa.

"Aunty, kau sudah bisa memasak?" Tanya Jesper memastikan. Terakhir kali wanita itu memasak rasa makanannya sungguh mengerikan. Bahkan Jesper masih ingat jelas bagaimana ekspresi Kris saat menelan racun buatan istri tercintanya.

"Kau ingin mulutmu di sumpal menggunakan apa?" Tanya Jiyeon dengan pisau yang mengacung tepat pada wajah Jesper.

"Terakhir kali masakanmu memang berantakan. Sangat berantakan aunty." Lirih Jinyoung membela saudaranya. Bahkan mereka juga menjadi korban saat itu. Menggelikan.

Jiyeon berdecih kesal. Menatap para anak Sehun itu dengan tatapan yang sangat menusuk. "Lihat saja kalian nanti." Bisik Jiyeon.

Tak.

"Eungh." Haowen kembali terlonjak kaget saat mendengar suara bantingan yang disebabkan oleh Jiyeon.

"Nyonya Wu Yi Fan!" Desis Jesper. Mengusap lagi kepala Haowen yang berada dalam pangkuannya dengan tatapan yang menajam saat melihat Jiyeon lagi.

Jinyoung menghela nafas lelah, memutar bola matanya jengah saat ia melihat adu tatapan maut yang terjadi antara kakak dan juga kakak ipar ayahnya.

"Oh? Kau bisa memasak Baek hyung?" Tanya Jinyoung dengan telunjuk yang mengarah pada Baekhyun. Yang benar saja! Baekhyun? Memasak? Apa rasanya akan aman-aman saja?

"Hanya duduk diam dan tutup mulutmu Baejin!" Desis Baekhyun. Ia sungguh tak terima. Penghinaan secara tidak langsung. Ingin rasanya Baekhyun mencincang pria dengan wajah kecil itu, hanya saja Baekhyun masih sayang nyawa. Bisa-bisa Sehun menggantung kepalanya di istana kepresidenan nanti. Tidak lucu bukan?

"Aku harap rasanya tidak terlalu buruk. Sejauh ini hanya Chan hyung yang bisa memasak dengan benar." Dengus Jinyoung tak peduli. Yang terpenting, Baekhyun tidak akan sanggup mencincang tubuhnya. Jadi tak masalah.

"Oh Jinyoouuuung!"

Tak.

"Eeuungh daddy."

"Baekhyun hyung!"

**

"Apa lagi jadwalku?" Suara bariton Sehun terdengar dengan tangan yang masih sibuk menari-nari di atas berkas.

"Pukul empat lewat tiga puluh menit akan ada pertemuan Presdir Oh."

"Batalkan. Aku akan pulang jam empat hari ini."

Suho menahan nafas lelah. Pulang? Batalkan? Ingin mengajak perang? Kalau begitu ayo! Keluar dulu dari gedung terkutuk ini.

"Kau juga harus ikut pulang denganku." Lagi. Suara Sehun membuat Suho tersentak kaget. Apa lagi rencana si duda satu ini?

"Tapi ini pertemuan pen-"

"Batalkan! Kau dan aku," tunjuk Sehun mengarah tepat pada wajah Suho dan setelah itu beralih pada dadanya sendiri. "Pulang jam empat sore. Tak ada protes." Ujar Sehun tegas.

"Tap-"

"Silahkan keluar."

"Aish yang benar saja! Ibuuuuuu." Suho merengek dengan kaki yang menghentak kesal. Apa itu tadi? Pengusiran? Sialan itu memang benar-benar. Tak tau apa jika Suho sudah berjuang mati-matian mengatur jadwal tak penting itu.

"Jam empat jajangmyeon!"

"Mati saja kau!"

Sehun terkekeh pelan saat mendengar umpatan Suho padanya. Itu sudah menjadi hal biasa bagi Sehun. Sehun juga cukup tau diri bahwa kelakuannya selama ini sungguh sangat membuat Suho naik darah. Jadi Sehun memaklumi saja.

"Apa Jiyeon mencari masalah lagi pada anakku?" Gumam Sehun. Mengecek notifikasi pada layar ponselnya yang bahkan tidak berkedip barang sekali pun.

"Semoga mereka baik-baik saja." Doa Sehun.

**

"Nah selamat makan tiga putra Oh." Ujar Jiyeon. Tersenyum lebar dengan hasil yang dia letakan di atas meja makan.

"Semoga penampilan tidak membohongi rasa." Gumam Jinyoung. Si pemilik mulut pedas memang terkadang kurang otak.

"Ini sudah lulus sensor." Dengus Baekhyun. Dia sudah susah-susah membuat makanan dan apa yang baru saja ia dapatkan? Celaan? Mencari mati? Boleh juga!

"Mmmm tidak buruk." Suara Haowen memecah ketegangan yang tercipta antara Jiyeon, Jinyoung, dan Baekhyun.

Jesper mengangkat bahunya acuh tak acuh, makan saja dulu. Komentar urusan nanti. Setidaknya perut kotak enam yang ia punya harus memiliki asupan.

"Bagaimana hyung?" Tanya Jinyoung penasaran. Si paling kecil dan paling tua sudah menyuap, tinggal dirinya.

"Coba saja." Suruh Jesper. Tersenyum tipis saat melihat Haowen yang tidak mempedulikan apapun kecuali sosis berbentuk cumi-cumi di hadapannya.

"Uwooaaah Jesper tersenyum?" Heboh Jiyeon. Jarang sekali melihat si Oh sulung itu tersenyum. Langka.

"Tampan bukan?" Tanya Haowen tenang. Menusuk lagi sosis di depannya dan membawa masuk kedalam mulutnya.

"Sangat tampan." Ujar Jinyoung mengoreksi. Jesper itu tampan. Jika Jinyoung tidak tau bahwa Jesper juga di adopsi mungkin Jinyoung akan berpikiran bahwa Jesper itu anak kandung Sehun. Mereka mirip sekali.

"Kalian tidak akan kenyang jika hanya menatapku." Ini dia, si menyebalkan narsis tak tau situasi. Haowen memutar bola matanya malas dan Jinyoung menusuk daging di piringnya dengan hentakan keras. Menyebalkan.

"Woah." Gumam Jinyoung. Meletakan sendoknya dan bertepuk tangan bangga. "Akhirnya, masakan hancur kalian sudah bisa di terima dengan baik oleh perutku."

"Sekalinya menyebalkan ya tetap saja." Dengus Baekhyun.

**

"Dad." Kris muncul dari balik pintu ruangan Siwon. Menyembulkan kepala emasnya dan menaikan sebelah alisnya.

"Apa?"

"Kau ingin si kecil Haowen atau si tengah Jinyoung yang membuat keributan untuk menjemputmu kesini?" Tanya Kris dengan bola mata yang memutar malas.

"Tidak satu pun. Mereka sama-sama gila." Gumam Siwon santai. Melanjutkan acara mari memantau laporan penuh angka ini.

"Maka dari itu cepat bersiap! Kita akan foto keluarga pria tua!"

Tak.

"Benar. Kita foto keluarga! Cepat!" Melempar asal berkas laporan dari bawahannya dan menyambar asal jas hitam mahalnya.

"Dasar Tua. Sudah tua pikun lagi." Dengus Kris pelan.

Tak.

"Kau menjadi tampan karena pria tua ini sialan!"

"Eeyyy kau baru saja mengakui jika aku tampan daddyyyyh." Bisik Kris dengan alis yang naik-turun entah kenapa.

"Najis!"

"Savage."

**

Haowen sudah melipat kesal tangannya di atas dada. Duduk bersandar pada kursi dengan bahan jati milik ayahnya. Tatapannya super datar dan sekarang ia terlihat sangat kesal.

"Kenapa mereka lama thekali?" Haowen mendesis. Menatap satu persatu semua orang yang ada di sana. Mulai dari Jesper, Jinyoung, Baekhyun, Chanyeol, Jiyeon, dan Kai.

Jesper? Tatapan datarnya sudah sangat sama persis dengan Haowen. Sekali berbicara maka hanya akan ada umpatan yang keluar dari mulutnya. Jesper sudah sangat malas memakai stelan pakaian seperti ini. Kemeja, dasi, jas, dan setelah itu ia akan mengganti kostum lagi. Kostum ini saja sudah sangat membuatnya gerah. Dia sudah menunggu sangat lama. Sangat lama. Lima belas menit.

LIMA BELAS MENIT!

Dan kemana para pria-pria itu? Kenapa lama sekali?!

"Jika lima menit mereka belum datang, maka jangan harap pakaian ini masih melekat rapi pada tubuhku." Desis Jesper. Menghidupkan lagi minifan merah muda yang masih berada dalam genggaman tangannya.

Glup.

Semua yang ada di sana menelan kasar ludah mereka. Ancaman Jesper itu ancaman Sehun sekali. Badai, petir, kilat, tsunami, gempa, semuanya tidak akan bisa menghentikannya. Mari berdoa saja kalau begitu.

"Aunty tak bisa apa kau menelfon para setan itu?" Bisik Jiyeon.

"Tidak ada yang mengangkat satu pun." Jawab Jiyeon balas berbisik. Bisa mati mereka jika Jesper mendengarnya.

Tak.

"Dua menit!"

"Matilah kita." Bisik Baekhyun.

Jesper sudah semakin meradang. Apa itu tadi? Tidak ada yang mengangkat satu pun?

Tak.

"Tiga menit."

Apa mereka rapat? Lagi? Melupakan janji?

"Empat menit."

Keterlaluan! Mati saja mereka! Tak bisa dibiarkan.

Tak.

"Aku tidur!" Jesper berdiri dari duduknya. Ingin melangkah menuju kamar sebelum...

"Aaaaa stop! Tidak bisa! Hentikan!"

"Noooo! Kau harus menunggu sebentar lagi."

"Eeey! Kau tak bisa seperti ini! Tunggu dulu!"

Ceklek.

"Apa yang sedang kalian lakukan?"

Tbc

Thank u

Dndyp