webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Marie Kecil dalam Naungan Awan

Pagi hari di rumah Pak Awan, tak beda dari pagi hari pada rumah pada umumnya. Hanya ternak nomor 1 dan nomor 2 bernama Tari dan Ratu yang diekspos ke luar. Kelima ternak yang lain, mereka tetap berada di tempat persembunyian. Apakah mereka merasa ada perlakuan yang berbeda? Tidak. Oleh Pak Awan, mereka semua disulap batinnya dan menghilangkan semua perasaan manusia pada umumnya.

Pak Awan menghilangkan rasa empati. Pernah sekali waktu, Pak awan memukul ternak nomor 3 tanpa alasan yang jelas didepan semua ternak yang lain, tapi mereka tetap bertingkah seperti biasa. Setelah itu selalu diakhiri dengan klarifikasi yang dilakukan Pak Awan. (Seperti yang dilakukannya tempo hari dengan Tari)

Pak Awan menghilangkan rasa memiliki. Dalam hal ini, tidak ada barang yang menjadi kepunyaan mereka, tidak ada istilah pribadi dalam rumah ini. Semuanya milik bersama. Para ternak di rumah ini tidak mempunyai barang apapun, bahkan jika itu telepon genggam. Hanya Pak Awan yang mempunyai barang itu. Namun, fasilitas di ruang bawah tanah Pak Awan bisa dibilang lengkap. Kulkas, TV, empat komputer beserta konsol permainannya, alat-alat kebugaran, dan sebuah kotak tertutup yang hanya dibuka satu minggu sekali. Kotak itu berisi beragam alat pemuas seks.

Pak Awan juga menghilangkan identitas dari kelima ternak yang lain. Kecuali Tari dan Ratu. Oleh Awan, Mereka dibuatkan identitas baru. Bertiga, mereka (Pak Awan, Tari dan Ratu) tergabung dalam satu kartu keluarga.

Namun, meski kelihatannya sangat buruk, sanitasi di rumah ini sangat terjaga. Baik lingkungan rumah, maupun ruangan dibawah meja makan (tempat persembunyian) sangat bersih dan wangi. Pak Awan sangat memperhatikan kesehatan dan kebersihan tempat ternaknya. Juga psikisnya, agar secara fisik, bayi yang dihasilkan berkualitas baik.

Seperti yang kita ketahui bahwa orang di abad ke 21 seperti sekarang akan mendatangi rumah sakit untuk bersalin, tapi hal ini tidak mungkin dilakukan oleh Pak Awan untuk membantu 5 ternaknya bersalin. Pak Awan memiliki caranya sendiri untuk membantu proses persalinan ternak-ternaknya, yaitu dengan membekali semua 'ibu' disini dengan keterampilan seorang bidan dalam proses persalinan.

Sama seperti sekarang. Beberapa hari setelah Marie datang ke rumah Pak Awan, Santi (ternak nomor 3, 22 tahun) merasakan ada sesuatu yang mengalir dari perutnya menuju ke bawah saat dia sedang berolahraga ringan untuk bayinya. Ternyata itu adalah air ketuban yang pecah. Wanita itu berteriak kesakitan. Lalu ternak nomor 4 datang membantunya bersalin. Dibawanya ternak nomor 3 itu di atas ranjang dan dia pun melahirkan dengan selamat.

Itu adalah suatu aturan yang ada di tempat itu. Jika 'X' adalah nomor ternak yang akan melahirkan, maka ternak nomor 'X+1' lah yang akan membantunya bersalin. Tidak ada pengecualian dalam hal ini. kecuali jika ternak 'X+1' tidak ada maka Pak Awan atau Tari yang akan mengurus persalinannya.

Jabang bayi itu menangis dengan keras, kemudian Mbak Timan (ternak nomor 4, 24 tahun) segera memotong tali pusat (1) yang menyambungkan bayi dengan Santi, ibu bayi. Adapun luka tali pusat jabang bayi oleh Mbak timan langsung dibersihkan dengan larutan alkohol 70% dan dibalut kasa steril. Karena di tempat Pak Awan mereka tidak punya inkubator, maka mereka hanya membungkus bayi itu menggunakan kain hangat. Tak lupa oleh Timan bayi itu diberi vitamin K peroral (dimasukkan ke dalam mulut) 1 mg.

Setelah bayi itu lahir, kemudian bayi itu diberikan kepada Tari (ternak nomor 1, 30 tahun). Tari jarang keluar rumah dia bertugas sebagai supervisor untuk semua ternak yang ada di rumah itu. Oleh Tari bayi itu di taruh diatas ranjang bersama Marie. Kemudian air susu Santi, ibu bayi itu dibawa oleh Mbak Timan dan diserahkan kepada Tari. Oleh Tari air susu itu diberikan kepada kedua anak itu. Semua ibu di rumah ini tidak pernah menyusui anaknya secara langsung. Semuanya memompa payudara mereka untuk kemudian diberikan ke anak mereka.

Setelah bayi itu kenyang dan siap antar, malam harinya Pak Awan beraksi. Ia bermaksud membawa bayi itu ke panti asuhan yayasan "Adnan".

"Bu, tolong jaga rumah sebentar, saya akan mengantar barang (bayi)." Kata Pak Awan.

"Iya pak, tapi apa kamu akan mengantar bayi itu ke adnan?" Tanya Tari.

"iya, memangnya kenapa?" Tanya Pak Awan.

"Bukankah Tuan besar berpesan untuk mengantarkannya ke panti asuhan Radan?" Kata Tari.

"Oh iya, terima kasih sudah mengingatkanku, Tari." Kata Pak Awan.

"Ehehe, setelah itu langsung pulang ya." Kata Tari.

"lah bukannya biasanya begitu?" Tanya Pak Awan.

"lalu kita bisa langsung…" Kata Tari.

"Iya-iya, kita akan melakukannya langsung." Kata Pak Awan.

Lalu bagaimana dengan ibu yang melahirkan anaknya? Dia hanya terbaring lemas memulihkan kondisinya. Seperti biasa makanan disiapkan oleh Ratu. Seperti malam ini, Ratu menuruni tangga dan bersiap menyiapkan makan malam seperti biasa, piring demi piring diturunkan menuruni tangga. Lalu semua ternak makan bersama kecuali Santi. Santi memiliki menu makan sendiri karena dirinya baru melahirkan.

Kedatangan Marie di tempat ini membuat ada perubahan. Minimal perubahan itu adalah anggota di kartu keluarga milik Pak Awan bertambah satu lagi. Terdapat perubahan lain yang ditimbulkan Marie ketika anak itu disana. Perubahan yang tidak diduga oleh Pak Awan, itu adalah gaya hidup. Jika biasanya Tari dan Ratu tidak pernah merawat anak kecil, kini mereka merawatnya.

Marie dirawat dengan baik (secara fisik tidak psikisnya) di rumah ini. Untung baginya, Santi baru saja melahirkan, artinya, Marie bisa minum air susu manusia untuk beberapa waktu. Yang bertanggung jawab atas Marie adalah Ratu.

Pak Awan tidak ceroboh, bukannya menyuruh Santi menyusui Marie secara langsung, Dia menyuruh Ratu memeras susu Santi setiap hari dan memberikannya kepada Marie. Selain itu jika Marie sudah kenyang dan tidak mau menerima ASI lagi, maka sisa ASI itu tidak akan dibuang, melainkan seperti biasa akan didonorkan ke lembaga donor bersifat door to door (2). Tentu Pak Awan menyembunyikan identitas dengan memakai identitas palsu.

Terlebih jika Marie mati, akan muncul kecurigaan warga sekitar. Ini adalah hal yang ingin dihindari Pak Awan. Oleh karena itu, saat umur Marie genap 2 tahun, Pak Awan hampir setiap sore membawa Marie keluar rumah, diajaknya jalan-jalan dengan kereta bayi untuk dipertontonkan anak itu ke khalayak umum. Pria itu ingin menunjukkan keluarga bahagianya.

Marie dimanja saat berada di luar. Namun, tidak saat di dalam rumah. Azan magrib berkumandang, Pak Awan sudah sampai di rumah. Oleh Pak Awan, bayi 2 tahun itu diangkat dari kereta lalu dilempar ke Ratu.

"Tolong urus benda itu (Marie), Tari, siapkan air panasnya, Aku mau mandi." Kata Pak Awan.

"Baik pak." Kata mereka berdua.

"Ah, Aku hampir lupa, siapkan alat penyimpan (sperma)nya, Aku mau masturbasi." Kata Pak Awan, dia hendak mengeluarkan spermanya dan disimpan untuk inseminasi (3) ke ternak-ternaknya.

Kemudian oleh Ratu, Marie dimandikan. Karena Ratu tidak mempunyai pengalaman memandikan Bayi berusia 2 tahun, Dia mencari cara memandikannya di Youtube. Selama 5 tahun Marie tidur bersama Ratu satu ranjang.

Selama beberapa tahun, Marie tidak pernah diberi makan apapun selain ASI dari pada ternak yang selama 5 tahun terakhir terus-menerus melahirkan bayi. Meski Marie sedang sakit, anak itu tidak pernah diberi obat.

Pernah ketika Marie kecil badannya panas, Ratu bingung dengan anak ini. Tangisan Marie kencang, Ratu takut anak itu akan mengganggu Pak Awan. Lalu Ratu berinisiatif merendam anak berusia 3 tahun itu ke dalam air dingin. Sontak Marie menangis keras. Suara tangisannya itu membuat Pak Awan terganggu. Akhirnya Ia membawa anak itu ke puskesmas desa.

Sejak saat itu, ketika malam waktu Marie akan tidur, Ratu membisikan kata-kata yang sama berulang-ulang di setiap malam,

"Jangan Menangis, Jangan Sakit, Jangan Lapar, Jangan Mati. Tetaplah Tersenyum dan jadi Anak Baik."

Marie tumbuh menjadi anak yang cantik. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Tapi anggota seisi rumah di rumah Pak Awan tak ada yang menyadari hal itu, karena mereka seperti biomekani(4) dalam sebuah drama, hanya bedanya mereka punya akal. Mereka tak mengenal rasa cinta. Cinta para ternak dipusatkan hanya untuk Pak Awan.

Satu hal yang tidak bisa dipahami oleh Pak Awan adalah perasaan Ratu terhadap Marie. Ratu menghabiskan seluruh waktu tidur malamnya dengan Marie. Ini adalah akal bulus dari Tari yang ingin tidur bersama Pak Awan di setiap malam.

Pada tahun ke-4 nya tidur bersama Marie, Ratu mulai merasakan hal yang aneh. Dia merasa ada yang berbeda dengan perasaannya. Marie waktu itu adalah anak yang aktif. Dia selalu berbincang dengan Ratu. Anak kecil itu menganggapnya sebagai ibu. Pada suatu malam Marie asyik berbincang dengan Ratu.

"Bu, tadi Aku lihat ada hewan kecil-kecil." Kata Marie.

Ratu diam. Dia memejamkan matanya.

"Bu, tadi aku juga lihat ada hewan yang 'tuing' 'tuing'." Kata Marie.

Hewan yang dimaksud Marie adalah Katak.

Ratu masih bergeming tanpa mengindahkannya.

Percakapan mereka selama ini tidak lain hanya pembicaraan satu arah oleh Marie. Ratu merasa tidak punya tanggung jawab untuk menjawab pertanyaan bodoh anak kecil. Meski begitu Marie tidak pernah sedih karena di setiap ujung malam setelah Marie diam, Ratu selalu berbicara hal yang sama,

"jangan Menangis, jangan sakit, jangan lapar, jangan mati. Tetaplah tersenyum dan jadi anak baik."

Kata-kata itu dianggap Marie sebagai doa ibunya kepadanya, bukti jika ibunya itu peduli padanya. Tapi sebenarnya tidak. Ratu hanya memikirkan dirinya sendiri dan keluarganya. Dia tidak mau semuanya terganggu karena Marie.

Hingga pada suatu malam di tahun yang sama, Ratu mendengar sayup-sayup ada suara air. Ratu pikir itu adalah hujan, hingga Marie berkata,

"Bu, aku tadi memutar keran, tapi Aku tidak tahu agar airnya mati."

Ratu langsung berdiri, dan berlari menuju ke kamar mandi. Marie mengikutinya dari belakang. Air meluber membuat lantai licin namun Ratu tidak menyadari hal itu. Alhasil Ratu terpeleset dan jatuh ketika Ia baru saja masuk ke kamar mandi. Ratu terbentur di bagian kepala, tapi Dia baik-baik saja dan segera menutup keran air yang terbuka. Lalu Ia mendapati Marie sesenggukan menahan isak tangis.

Ratu kaget. Jika anak itu menangis lagi, apalagi di waktu malam saat Awan sedang tidur, Ratu akan selamanya di cap buruk oleh Awan dan dibuang dari sini.

*Awan membuat semua ternak berpikir jika berada di luar tanpa ada bantuannya adalah hal yang terburuk.

Refleks seorang ibu (yang sudah melahirkan 11 bayi di usianya yang beranjak 31 tahun) membuatnya mengangkat Marie, menggendongnya dan mendekapnya erat. Dia berkata "jangan menangis, jangan menangis".

Bagi keduanya, hal ini menjadi momentum terjadinya perubahan pada diri mereka. Marie menjadi lebih dekat dengan Ratu. Sedangkan Ratu, ia merasa ada yang terbangun di dalam dirinya karena hal ini. Itu adalah Perasaannya. Sejak saat itu semuanya tidak selalu sama diantara mereka berdua.

Kemudian mereka berdua kembali ke kamar. Marie memeluk Ratu. Marie tersenyum. Ini adalah kali pertama bagi Ratu. Ratu membalas pelukan Marie dengan satu elusan kepala. Ratu tersenyum kecil. Perilaku anak kecil itu telah membuka hatinya.

Keluarga ini tak pernah menyembunyikan apapun dari siapa pun. Begitu pula Ratu. Dia tidak tahu jika perasaan ini yang nantinya akan menghancurkan keluarganya. Sejak saat itu, Marie sekarang menjadi lebih bebas. Ratu mengajarkan beberapa pengetahuan dasar kepada Marie. Walau begitu, bagi Marie, sekolah adalah mimpi. Lambat laun di usianya yang semakin dewasa Marie tidak lagi diajak jalan-jalan keluar bersama Pak Awan. Tapi Marie tetap bersenang-senang di rumah bersama Ratu, sebagai orang yang dianggap ibunya.

...

(1) tali pusat: Ada yang menyebutnya tali pusar.

(2) lembaga donor door to door adalah sebuah lembaga swasta di Kota Malang yang kegiatannya adalah mencari dan menemukan para pendonor dan terdonor ASI.

(3) Inseminasi: Pemasukan sperma ke dalam saluran genitalia betina

(4) Biomekani: metode pementasan yang aktornya berperan hanya seperti boneka, tidak memiliki kepribadian dan kehilangan daya pikir (KBBI)

Cloud_Rain_0396creators' thoughts