webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Marie Bebas(?)

Pak Awan masih memperjuangkan agar Marie bisa pergi dari kediamannya. Pak Awan tak bisa membuang atau membunuh Marie. Pria itu tahu jika Ia melakukan itu, kematian Marie bisa membuat ternaknya meradang, bahkan depresi. Pun tempat menyekap Marie yang berada di ruang bawah tanah sebenarnya juga berasal dari desakan para ternak (kecuali Tari dan Ratu). Untuk itu Pak Awan semakin sering melakukan perjalanan ke Gresik, ke tempat Sunandar. Hanya dengan cara ini, dia bisa menghilangkan Marie tanpa membuat ternaknya depresi, lantaran Marie akan dianggap sedang pindah asuhan saja.

Beragam cara Ia lakukan untuk membuat hal itu terwujud. Tapi, jawaban Sunandar tetap sama. Ia ingin Marie menjadi 'Lolita Slave toy', baru kemudian Sunandar mau mengambil Marie. 'Lolita Slave toy', sebuah kalimat dari sebuah 'crepypasta' populer yang merujuk pada sebuah boneka seks hidup.

"Hei Aku masih tak tahu apa itu 'Lolita Slave toy'." Kata Pak Awan yang sedang berada di'bawah'.

"Mungkin lebih gampangnya Seorang anak kecil yang telah dipotong tangan dan kakinya. Setelah itu baru berikan padaku." Kata Sunandar yang sedang berada di'atas.'

"Jadi benar, Kau memintaku untuk memotong tangan dan kakinya dulu? Ouch! Hei hati-hati jangan banyak bergerak!" Kata Pak Awan.

"Kalau aku tak bergerak lalu bagaimana caranya. Tahan lah... sebentar lagi... ya.... ya!!" Kata Sunandar.

Mereka sedang membersihkan toko, membantu para pekerja yang lain yang juga melakukan hal yang sama. Pak Awan sedang memegangi tangga dari bawah sedangkan Nanda (panggilannya Pak Awan kepada Sunandar) berada di atas, Dia membersihkan debunya.

Pak Awan tak habis pikir, orang seperti Nanda mau bekerja seperti ini. Tapi yang sebenarnya terjadi, Nanda yang Pak Awan kenal dulu memang tidak akan sudi bekerja seperti ini, Nanda bertingkah seperti ini karena kepribadiannya yang baru, yang baru Nanda buat.

Dua jam kemudian mereka telah selesai dengan bersih-bersihnya. Namun Pak Awan masih dibuat penasaran dengan perilaku Nanda. Nanda menyadari hal itu. Meski sudah ada satu tahun (sebenarnya ini hampir di tahun ke-2) berlalu sejak hari itu, tapi Pak Awan masih tak habis pikir tentang permintaan aneh Nanda.

"Kau masih tidak percaya tentang permintaanku? kalau begitu malam ini kembali lagi kesini." Kata Nanda yang sedang berada di depan komputer jinjingnya di dalam ruangannya.

"Hei, hei, apa Kau mau menunjukkan ku bilik para pelacur itu lagi?" Balas Pak Awan.

Pak Awan sedang duduk di sofa tamu didalam ruangan Nanda

"Bukan, Pokoknya datang saja, lagi pula tempat itu baru selesai aku bangun, dan sudah berisi pula. Aku memang ingin menunjukkannya kepadamu." Kata Sunandar.

"Apa maksudmu?" Tanya Pak Awan.

"Kau akan tahu sendiri nanti." Nanda tersenyum polos.

Bahkan sampai gerakan otot mukanya berubah karena perubahan kepribadian yang dialami Sunandar.

Malam berselang, Pak Awan kembali lagi ke tempat ini, setelah sebelumnya memborong perlengkapan untuk bersalin dan susu untuk ibu hamil. Untuk kesekian kali Pak Awan telah hafal bagaimana urutannya. Dia seperti biasa (dan tidak berganti setelah hampir 2 tahun berselang) disambut oleh wanita yang diam-diam menjadi favoritnya. Dia adalah wanita yang sama yang selalu menyambut Pak Awan ketika dia berkunjung ke toko pakaian itu. Memang telah menjadi pekerjaannya untuk menyambut tamu, tapi bagi Pak Awan pertemuan singkatnya itu lebih dari sekedar formalitas untuk rutinitas dia sebagai penyambut tamu biasa.

"Anda lagi datang kesini, Pak Awan." Kata perempuan itu.

"Ahahaha ya itu aku, seorang yang sering datang kesini tanpa membeli suatu barang apa pun, meskipun jika itu hanya sehelai benang." Balas Pak Awan.

"Ya, anda cukup terkenal disini loh, apalagi Anda mengenal Pak Sunandar." Kata perempuan itu.

Pak Awan tertawa kecil mendengarnya.

"Pokoknya sekarang-" Kata Pak Awan terhenti.

"Aku mengerti, anda ingin langsung menemui Pak Sunandar kan?" Kata perempuan itu.

"Nah itu maksudku." Kata Pak Awan.

"Baiklah sama seperti biasanya, akan ku antarkan, Pak Awan." Kata perempuan itu

Pegawai wanita itu sudah hafal dengan Pak Awan, begitu pula dengan seluruh pegawai/pelacur yang lain.

"Nah ini ruangannya." Kata perempuan itu ketika mereka sampai ke depan ruangan Sunandar.

"Terima kasih ya." Kata Pak Awan.

"Hei, begitu saja? apakah kau memang benar-benar tidak ingin 'mencoba'ku sekali saja?" Kata Wanita itu menjajakan dirinya sendiri.

"Ho? ada apa ini, apakah Mino, seorang yang sanggup melayani 50 pria dalam satu malam, seorang yang memunyai tenaga layaknya banteng kreta putih namun jelita ini memintaku untuk bercinta dengannya?" Goda Pak Awan.

Lalu wanita itu mendekat ke Pak Awan, lebih tepatnya ke telinga Pak Awan.

"Jika Kamu mau." Kata Mino.

"Ahahaha, gurauan yang bagus, tapi aku gay. Lagipula tapi aku tidak bawa uang sepeserpun," Kata Pak Awan berlalu, dan masuk ke dalam.

Baru sampai membuka pintu Lalu Mino berkata dengan suara pelan,

"~Tanpa dibayar juga tak apa..."

"Hm? kau berkata sesuatu?" Kata Pak Awan yang masih di depan pintu.

"Ahaha, tidak." Kata Mino.

"MINOO SUDAH ADA TAMU." tiba-tiba sahutan pelacur yang lain menggema.

Lalu Mino cepat-cepat meninggalkan Pak Awan.

....

Dua tahun berselang Marie masih berada di dalam ruangan gelap itu. Bagi Pak Awan saat ini adalah saat-saat genting bagi usahanya. Pak Awan mengalami peningkatan risiko keguguran. Para ternak banyak yang keguguran. Tak ada cara lain lagi bagi Pak Awan selain menggantungkan hidupnya melalui menjual susu ASI di yayasan atau secara online. Hal itu terjadi karena moral ternak yang turun.

Mereka mengkhawatirkan Marie.

Meskipun Pak Awan selalu memerhatikan kebersihan tempat dan nutrisi makanan yang dimakan para ternaknya, tapi wanita-wanita itu entah kenapa selalu saja keguguran. Padahal Pak Awan sudah menahan diri untuk tidak membunuh Marie, tapi tetap saja, mereka seakan-akan ingin melihat anak itu di sekitar mereka.

Terbesit dalam pikiran Pak Awan untuk melepaskan Marie dan membiarkannya menjadi ternak yang ke-8. Tapi Pak Awan tidak mau hal itu. Hal ini karena Marie itu sendiri. Anak itu sakit. Anak itu tidak memenuhi spesifikasi minimal untuk menjadi ternak. Terlebih, perlakukan yang buruk yang diterima Marie, menjadikan anak itu memiliki cacat di sekujur tubuhnya. Jika inangnya merupakan sosok yang penyakitan, maka jangan harap dia bisa menghasilkan bayi yang bagus yang berharga mahal di pasaran.

Pak Awan tahu bahwa Nanda tidak sembarangan menjual bayi yang Ia terima darinya. Pemikiran ini timbul dari banyaknya uang yang biasa Pak Awan peroleh ketika sekali menjual bayi. Pak Awan merupakan Orang yang cerdas, begitu pun ternaknya merupakan wanita-wanita pilihan Nanda dan Pak Awan, tak elak bayi yang dihasilkan pun berkualitas.

Saat Pak Awan baru 3 tahun memulai bisnis ini yang bertepatan dengan Marie baru berumur 1 tahun, satu tahun Pak Awan biasa memanen 2 sampai 3 bayi dalam satu tahun. Setiap bayi yang dihasilkan, Pak Awan mendapat bayaran 100 juta dari Nanda. belum lagi ditambah dengan penjualan secara mandiri untuk ASI yang biasanya mendapat 3 juta per-bulan.

Namun sekarang, saat Marie dikurung dalam ruangan gelap, tahun pertama Pak Awan hanya mendapat 1 bayi. Lalu pada penghujung tahun kedua, Pak Awan tak kunjung mendapatkan bayi. Karena Hal ini, Pak Awan mulai takut. Dia memutuskan untuk mempercepat rencananya untuk memindahkan Marie ke Nanda. Untuk itu sekarang, November 2027 Pak Awan kembali menggelar rapat bersama para ternak.

"Semuanya. Aku sangat kecewa dengan kalian karena tidak menurutiku untuk menjaga kesehatan kalian." Kata Pak Awan.

"Tapi, master, Kami tidak pernah tidak olahraga, makan juga selalu kami habiskan." Tutur Santi.

"Kesehatan mental kalian kacau! itu yang kumaksudkan. Kenapa kalian begitu tertekan melihat Marie berada di ruangan itu? meskipun Aku sudah memberi makan anak itu setiap hari." Kata Pak Awan.

Mereka terdiam.

Pak Awan tidak tahu alasan yang sebenarnya. Alasan mental mereka sekarang rusak. Hal itu dipicu dari satu hal. itu adalah rasa bersalah.

Santi, setiap hari secara diam-diam berkunjung ke ruangan Marie. 8 bulan setelahnya dia ketahuan melakukan hal itu. Ara memergokinya. Para ternak lain menjadi tahu. Setelah mengalami perdebatan yang panjang. akhirnya 4 ternak itu terpecah menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama yang mendukung aksi Santi, yaitu Warni. kelompok kedua adalah kelompok yang masih kukuh dengan pendiriannya untuk tidak melanggar perintah Masternya, Pak Awan.

Meski begitu, Santi dan Warni masih tidak berani untuk melangkah lebih lanjut, Apakah itu membebaskan Marie atau memberi makan Marie makanan yang biasa mereka makan. 'Itu terlalu melewati batas' apa yang batin mereka bisa tawar.

Akhirnya Marie saat itu mempunyai 2 orang yang menjaga asupan makanannya berupa ASI, yaitu Santi dan Warni. Namun hal ini memberi tekanan bagi keempat ternak secara keseluruhan. Santi dan Warni memeroleh tekanan mental akibat perlakuan menyimpang mereka yang melanggar perintah Pak Awan. Lalu kedua ternak yang lain yang menerima tekanan mental juga karena melihat mereka melanggar.

Ara dan Timan bingung, apakah mereka harus melaporkan hal ini kepada Tari atau Ratu. Namun, jika mereka melakukan itu akan ada dua kerugian. Yaitu, pasokan bayi akan berkurang (Semuanya (ternak) memikirkan kelangsungan peternakan bayi ini)Karena Santi dan Warni pasti akan dibunuh dan bagi Marie, Anak itu akan mengalami masa yang sulit karena kurang makan.

Akhirnya Mereka memilih untuk diam.

"Jika memang Marie menjadi alasan Kalian semua merajuk, baiklah Aku akan mengalah." Kata Pak Awan kepada para ternak.

Santi, Timan, Warni, Ara. Mereka kebingungan mendengar hal itu. Tapi, Tari dan Ratu kaget mendengarnya.

"Aku akan membebaskan Marie. Tapi, Aku tahu kita tidak bisa terus menjaganya." Kata Pak Awan.

"Maaf master, bukan bermaksud lancang tapi, apa kita tidak bisa menjadikan Marie-" Kata Santi terpotong.

"Menjadi ternak ke-8? Tidak. Dia cacat. Kalian tahu sendiri." Kata Pak Awan.

"Oleh karena itu, Aku telah menelepon kolega ku, dia telah lama tidak mempunyai momongan. Aku memintanya untuk menjaga Marie." Kata Pak Awan.

Ratu tak kuasa menahannya lagi. Dia berkata,

"Tapi Master, anda bilang tadi-" katanya terpotong. Tari menahannya untuk bicara lebih jauh.

"Bukannya itu yang Aku bilang tadi. Dia itu kenalanku, Dia juga tidak mempunyai anak. Untuk sekarang Aku yakin jika Marie akan aman disana." Kata Pak Awan.

"Master, Aku ingin mengetahui siapa orang itu. Dimana orang itu tinggal, apakah penghasilan dia cukup untuk merawat Marie?" kata Santi yang begitu khawatir dengan anak itu.

"Namanya Nanda. Dia ada di Gresik sekarang. Dia punya toko baju yang terkenal." Kata Pak Awan sembari menunjukkan foto.

Keempat ternak itu mulai menunjukkan wajah yang semringah.

Keempat ternak itu tidak tahu mengenai Sunandar. Mereka tak sekalipun pernah menemuinya. Meskipun itu saat pertama kali mereka dibawa Pak Awan ke rumahnya. Karena pada saat itu Pak Awan bersama Tari. Hanya Tari dan Ratu yang tahu kebenarannya.

Tari dan Ratu tahu di tempat seperti apa Marie akan diserahkan, dan apa yang akan mereka lakukan terlebih dahulu terhadap Marie sebelum diserahkan disana.

"Untuk itu Aku sekarang membawa ini." Kata Pak Awan lalu menunjukkan kunci pintu Ruangan Marie.

Tampak hati yang senang dari keempat ternak yang lain. Namun tidak dengan Ratu dan Tari yang berwajah biasa saja.

....

Marie di dalam Ruang yang Gelap

Tanpa setitik kesalahan Dia mendapat hukuman yang keji.

Hukuman yang sanggup membuat anak bahkan orang dewasa berharap untuk mati.

Tapi Marie tidak seperti Orang lain.

Dia tetap bertahan karena dia tiada melupakan janjinya.

Janji dengan satu-satunya orang yang sangat Ia sayangi.

Meski kenyataannya kini orang itu telah melupakannya.