"Dier daeri, sekarang aku berada dalam mobil. Di dalam atau luar ya? Hm yang kutahu sekarang hanya gelap, karena mataku tertutup kain ini."
"Banyak guncangan di sini. Ouch! Kepalaku terbentur benda keras. Aku meraba-raba, benda itu dingin, silinder panjang yang berdiri."
5 menit berselang, Marie baru menyadari jika Ia sedang berada di dalam kerangkeng.
"Ah ini kurungan besi. Oke jadi Aku akan mulai mencatat catatan harianku sekarang. Mungkin sekitar 10 hari yang lalu. Ah tidak, tepat 10 hari yang lalu pintu yang biasanya ditutup, 10 hari yang lalu terbuka. Benar, ruanganku jadi terang."
Suara anak itu tak bisa didengar siapa pun. Tangan anak itu sedang digantung pada seutas tali yang terikat pada bagian atas kerangkeng. Tangan yang tergantung adalah tangan yang putus sampai ke siku.
Hal itu untuk membantu mengurangi guncangan, karena perban di sekitar siku akan terbentur oleh besi dan membuatnya terlepas. Sekali Dia terlepas, darah segar akan mengucur keluar dan akan membuat Marie kekurangan darah. Pengikatan tangan pada kerangkeng ini adalah ide Ratu. Dia berbisik di dalam kurungan besi yang dibawa oleh mobil yang sedang melaju dari Sekar ke Gresik. Hari ini Marie akan diantar (dibuang) ke Sunandar.
Hari ini sudah genap dua tahun dari awal Marie dikurung di tempat yang sangat gelap.
"Mataku tidak siap dengan semua cahaya yang masuk begitu saja melalui pintu yang terbuka. Aku menutup mataku rapat-rapat pada hari itu. Aku menutupnya dengan kedua mataku dan memalingkan wajahku ke arah berlawanan."
"Ah, saat itu Aku sudah tidak bisa lagi berjalan. Hm, mungkin ini terjadi saat satu tahun lalu. Aku mulai merasa tubuhku sangat keras. Juga, karena bau busuk yang semakin busuk setiap harinya, indra penciumanku tumpul."
"Sebelum hari ini, setiap pintu anjing membuka dirinya, dia akan mengeluarkan benda lembut kenyal yang bisa mengeluarkan susu ketika aku isap. Lalu aku menghampirinya dengan 'mengesot'."
"Aku gampang lelah sekarang, huf, sebelum ini, baru dua putaran Aku mengelilingi ruangan itu, ah tentu saja aku ingat dimana aku mengeluarkan tai, aku tak menginjaknya."
"Eh? Kenapa Aku 'mencatat' hal ini lagi? Bukankah hal ini sudah Aku 'catat' sebelumnya? Oke sekarang Aku akan mulai 'mencatat' hal yang terjadi sampai e... ah sampai 10 hari yang lalu."
Marie masih mengoceh di atas mobil. Sebelumnya, Marie dimasukkan ke dalam kerangkeng dan ditutup dengan selembar kain, agar masyarakat sekitar tak tahu jika itu Marie yang ada di dalam kurungan. Untung baginya hari ini cerah, Marie tak harus kedinginan karena hujan. Jika anak itu kena hujan, mungkin saja ia benar-benar akan menemui ajalnya.
.....
Kata tetangga saat Awan sedang mengangkat kurungan ke atas mobil,
"Wah mau jual apa itu pak? Kucing ya?" Tanya salah satu tetangga.
Lalu orang itu mendekat ke Pak Awan.
"Ah bukan bu, ini anjing, ahahaha." Kata Pak Awan.
"Ha?" kata orang itu lalu Dia menjauh.
"Hati-hati loh pak, najis!" Kata tetangga yang lain.
"Bu, kan saya Kristen haha, tapi ya demi ibu dan tetangga sekitar saya akan membawanya ke tempat teman saya saja." Kata Pak Awan.
"Oh begitu pak, eh ngomong-ngomong bagaimana itu si Marie?" Tanya tetangga itu.
"Loh ibu tidak tahu? Marie sudah diadopsi sejak setahun yang lalu." Jawab Pak Awan.
"Oh, ya… iya juga ya, tapi apa bapak tak punya foto atau apa begitu." Kata tetangga itu, Sarwatun.
Dia merindukan Marie.
"Foto? Ada." Kata Pak Awan.
Awan menunjukkan sebuah foto yang ada di galeri telepon pintarnya. Itu adalah foto Marie 10 hari yang lalu. Di dalam foto itu Marie memakai pakaian yang lengkap dari atas sampai bawah. Pakaiannya cenderung tertutup, hingga menutupi lengan dan kakinya. itu untuk menutupi bekas luka lebam yang terlihat jelas. Pun, sebenarnya pakaian itu berangkap -rangkap untuk terlihat lebih gemuk, Marie sudah terlalu kurus, Anorexia parah Dia derita.
Sarwatun itu senang dan lega melihat foto Marie itu. Lalu Dia berkata pada Pak Awan agar menjaganya.
"Tentu saya akan menjaganya bu, terima kasih telah mengkhawatirkan anak saya." Kata Pak Awan berbohong sealami seperti Dia bernafas.
Lalu Pak Awan Pergi.
.....
"Dak!" dentuman suara keras sebuah logam yang berbenturan dengan tulang.
"Aduh!" Marie kesakitan.
"Jadi singkatnya waktu itu Aku tiba-tiba dikeluarkan dari sana. Pintu itu terbuka, dan ibu-ibu itu langsung memelukku dengan erat. Mereka menangis. Tapi tangisannya aneh, aku tak merasakan kesedihan malah aku merasa mereka senang. Kemudian Aku diajak keluar oleh mereka."
"Lalu Aku melihatnya. 'ibu!' begitu kataku. Aku berusaha turun dari gendongan wanita yang membawaku itu. Dia menurunkanku, tapi Aku malah jatuh tersungkur. Aku duduk menopang badan dengan tangan. Aku lupa kalau kakiku tidak lagi bisa bergerak seperti kemauanku. Lalu ibu (Ratu) menghampiriku."
"Aku tersenyum dan terus memekikkan kata ibu. Dia hanya mengelus kepalaku. Dia juga tersenyum, tapi, Aku tak merasakan kesenangan di wajahnya. Aku bingung, harusnya ibu senang kan, Aku boleh keluar."
"Lalu- aduh!" Kata Marie karena dia terbentur besi keras di depannya. Anak itu tak tahu jika mobil akan berhenti karena lampu merah.
"Adududuh... sampai mana tadi, ah iya. Lalu pria itu berkata 'mari kita foto Marie untuk kenang-kenangan. Semua ibu-ibu itu tampak senang. kecuali Ibuku dan temannya em, Bi Tari, yang berlalu begitu saja ke atas."
"Ah, mobilnya jalan lagi. Lalu Aku memakai pakaian yang banyak. Pria itu yang menyuruhku, Dan iya aku memakai semuanya. Lalu dengan pakaian yang lain, kemudian yang lain lagi. Setiap pakaian yang aku pakai pasti berlapis-lapis. Setelah difoto, perutku bunyi. Pria itu tertawa. Aku tak pernah melihat pria itu tertawa, kupikir dia orangnya sangat serius."
"Jadi, singkatnya kemudian Aku diberi dua botol. Setelah kenyang aku digendong oleh pria itu ke atas, ke dapur."
"Dan disitulah aku kehilangan tangan kananku ini."
"Setelah sampai di dapur Aku dibawa ke gudang belakang."
"Aku sudah ditunggu oleh Ibu dan Bi Tari."
"Lalu Pria itu melemparku ke tanah."
"Gaun putih yang Aku pakai (bekas ambil gambar) menjadi cokelat terkena tanah yang basah. Jatuh dari atas situ rasanya sakit sekali."
"Setelah ku terjatuh, tangan dan kaki ku dipegangi dengan erat. Aku merasa sakit karena mereka berdua memegangku terlalu kencang."
"Ibuku mengikat kedua kakiku dan tangan kiriku."
"Aku yang masih kesakitan akibat benturan dengan tanah, melihat pisau daging yang Ibuku pegang."
"Lalu ibuku mengarahkan ujung pisau yang lancip ke siku tangan kananku."
"Ibu? Ibu? Begitu kataku. Aku terus memanggilnya, tanpa kusadari, air mataku keluar."
"Ibu benar-benar sudah tidak menyukaiku, begitu pikirku."
"Aku berteriak kesakitan saat benda itu menggores kulitku."
"Sakit."
"Sakit sekali."
"Aku memejamkan mataku menahan sakit dan tangis."
"Sedikit Aku mengintip melihat ibuku. Dia menyerahkan pisaunya ke Bi Tari. Lalu Ibu memalingkan muka sambil tetap memegangiku. Kemudian pisau itu memotong tanganku. Awalnya Aku tidak tahu apa yang terjadi, aku tidak merasakan apa-apa saat ayunan pisau Bi Tari mengenai tanganku. Tapi secara cepat Aku merasakannya. Rasa sakit yang tak pernah aku rasa sebelumnya."
"Aku langsung tak bisa merasakan jemari tangan kananku."
"Aku berteriak dan menangis secara bersamaan."
"Mulutku diganjal dengan gumpalan kain, agar suaraku tak keluar."
"Aku melihat cairan merah itu, dan pandanganku mulai kabur."
Marie terus berbicara. Air matanya menetes, lalu dengan cepat anak itu mengusapnya. Saat itu Marie pingsan karena syok hipovolemik (1). Dia terlalu kehilangan banyak darah. Sensasi melihat darah yang mengucur keluar dari dalam tubuh dan rasa sakit yang tiba-tiba datang membuat Marie pingsan.
"Saat itu Aku masih menangis. Lupa sudah alasanku untuk tak menangis."
"Lalu Aku bangun."
"Aku bangun di dalam kurungan ini. Sampai sekarang. Tangan kananku benar-benar hilang. Dia terbalut perban. Tak kudapati lagi darah yang menetes dari tanganku ini, seperti yang kau lihat sekarang."
Setelah Marie pingsan karena melihat darah yang keluar, Luka itu langsung dirawat oleh kedua wanita itu. Tanpa anestesi sama sekali, luka itu langsung dirawat dan mereka menghentikan pendarahan Marie.
3 jam perjalanan kemudian, sampailah mobil itu ke depan tempat tujuan. Lampu depan mobil dimatikan dan Awan turun dari mobilnya sembari menenteng kerangkeng bertutup kain hitam itu. Sampai toko, Awan langsung masuk tanpa menemui Mino terlebih dahulu. Mino memang sempat menegurnya dari jauh, karena saat itu memang toko masih belum buka tapi Awan langsung membuka pintu dan langsung menuju ke tempat Sunandar.
Awan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Lalu mereka berdiskusi. Sunandar menyeringai, dia berpikir akan bertambah lagi koleksinya. Bagi Marie, ini adalah awal dari neraka dunia yang akan dialaminya. Alangkah senangnya hati dua orang yang bertabiat busuk itu.
(1)Syok Hipovolemik: kondisi gawat darurat yang disebabkan oleh hilangnya darah dan cairan tubuh dalam jumlah yang besar, sehingga jantung tidak dapat memompa cukup darah ke seluruh tubuh.