webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Insiden Pertama dan Rencana Mereka bertiga

Ratu sampai di rumah. Seperti biasa Tari menyambutnya. Kemudian mereka berdua masuk ke dalam ruang bawah tanah karena Pak Awan sudah menunggu disana.

Lalu mereka berdua sampai di ruangan itu. Disana telah menunggu keempat ternak yang lain, bukan lima. Karena...

"Akhirnya kalian datang. Apakah Marie sudah keluar dari sini?"

"Iya pa-Master." Kata Ratu.

Kemudian "rapat" dimulai. Ini adalah kali pertama semenjak 10 tahun yang lalu saat Pak Awan mengawali praktik ini. Rapat ini bertujuan untuk menentukan nasib ternak nomor 7, Loli. Semuanya dikumpulkan di sini bukan untuk memberi masukan atau mengusulkan saran, melainkan untuk melihat Pak Awan beraksi. Pak Awan merasa jika ia harus melakukan hal yang tegas sekarang. Selama beberapa tahun belakangan ini ia rasa ia terlalu lunak.

Setelah semuanya ada di posisinya masing-masing, Pak Awan menghampiri Loli. Wanita baru dewasa itu masih berada di ranjangnya, seluruh tubuhnya ditutup selimut. Kemudian selimut itu dibuka oleh Pak Awan. Terlihat jika Loli masih memeluk erat bayinya. Masalah utama yang dialami Pak Awan adalah ternaknya yang tidak mau menyerahkan bayinya.

"Sudahlah Loli, serahkan saja bayinya." Kata Ratu.

Loli menggelengkan kepala.

"Iya itu betul nomor 7, nanti kan bisa membuat lagi yang baru, apa masalahnya?" Kata Ara.

"Tidak!" Kata Loli.

"Loli, dengarkan aku, hei, apa kau sudah lupa?" kata Pak Awan.

Loli bergeming.

Bisa karena biasa. Mungkin kalimat tersebut cocok dipakai oleh ternak-ternak yang lain. Tapi Loli berbeda. Dia baru pertama kali melakukan hal ini. Meski dia telah menerima praktik cuci otak oleh Pak Awan yang berakibat berubahnya nilai-nilai kemanusiaan dalam hidupnya, Loli tersadarkan oleh pertemuannya dengan Marie. Saat dia merasakan Marie di pelukannya, dia ingin membesarkan anaknya agar seperti Marie.

"Aku juga merasakannya Nomor 7, waktu pertama kali aku di sini. Tapi relakan saja, 6 bulan dari sekarang kamu akan membuat lagi seperti bayi sehatmu itu." Kata Tari.

"Tapi..." Loli mulai gundah.

Tangan Pak Awan menjulur mau menggapai kepala bayi Loli.

"Tidak!" Kata Loli masih kukuh dengan pendiriannya.

Kemudian Pak Awan berbalik ke belakang. Kemudian dia mengisyaratkan sesuatu kepada Tari. Tari terkejut. Dia tak habis pikir Pak Awan akan menyuruhnya melakukan hal itu. Kemudian Tari mendekat ke Pak Awan.

"Apa Anda yakin? Menyuruhku untuk membunuh ternak 7?" Kata Tari berbisik ke Pak Awan.

"Ya, lakukan." Dia berkata seperti itu. Kemudian Pak Awan berkata dengan lantang "Orang yang tidak menurut pada aturan di rumah ini, kalian pasti tahu apa kelanjutannya."

Semuanya mengangguk, Loli juga.

"Iya, buang saja aku, bunuh aku, kalian boleh melakukan apa pun padaku, pada tubuhku, tapi tolong biarkan bayi ku hidup." Kata Loli.

Keenam ternak lainnya tercengang melihat Loli yang sebegitu menginginkannya anaknya hidup. Tak lama kemudian Awan menyuruh keluar kelima ternak yang lain, tinggal Tari dan Loli di dalam ruang bawah tanah.

Pak Awan melakukan penanaman kembali nilai-nilai keternakkan dan melakukan evaluasi terhadap kelima ternak lainnya. Dia menanyakan pertanyaan kepada mereka semua satu-satu dan melihat hasil yang didapat. Hasilnya diluar ekspektasinya. Semuanya mempunyai tanda-tanda akan kembali ke manusia normal. Terlebih lagi pada Ratu.

Pak Awan berpikir jika hal ini disebabkan Marie. Anak itu sudah terlalu lama di sini, dia tidak seharusnya di sini. Nyatanya hal ini juga dilontarkan oleh Tari setelah ia selesai dengan Loli. Dia mengatakan jika penyebab semua ini adalah Marie. Lalu Pak Awan menyusun rencana bagaimana caranya agar Marie bisa keluar dari rumah ini.

Sesuai permintaan Pak Awan, Tari membunuh Loli. Setelah selesai, mayat itu dikubur di pekarangan rumah belakang. Sebelum dikebumikan, Badan Loli dipotong-potong dan di campur dengan air dan nanas. Semua ternak lainnya ikut andil dalam proses ini. Mereka sama sekali tidak jijik atau iba melakukannya. Mereka melakukannya dengan biasa layaknya memotong daging sapi atau kambing.

Di lain sisi, untuk pertama kalinya Marie bersenang-senang. Dia berteman dengan semua anak yang menemuinya. Sampai orang dewasa. Marie juga membantu mereka memanen padi. Badan kecilnya cukup membuat kesusahan saat akan mencabut padi. Hal itu menjadi bahan gelak tawa bagi semua petani yang melihat. Kadang mereka merasa khawatir jika anak sekecil itu berkotor-kotoran menginjak lumpur, mana tahu ada serangga atau hewan lain yang berbahaya.

Mereka mencoba melarang Marie, tapi tingkah anak itu tak terkontrol. Marie ingin bergerak. Apalagi dengan teman-teman barunya yang ikut bersama Marie memanen padi. Jadi, sekarang sawah di desa itu sedang diinvasi oleh anak-anak kecil yang sedang memanen padi.

Ada 5 jam Marie merasakan kegembiraan. Setelah sore menjelang, satu persatu teman-temannya mulai pulang. Tinggallah Marie sendiri bersama Sarwatun di gubuk samping sawah, tempat yang sama dengan tempat pertama kali Ratu meninggalkan Marie sendirian. Tak lama berselang Ratu kembali dan membawa Marie. Tak lupa wanita itu juga mengucapkan terima kasih kepada Sarwatun karena telah menjaga anaknya.

Sampai di rumah tanpa alasan yang jelas, Marie dikurung dalam kamar yang ada di dalam ruang bawah tanah. Kamar kosong sebelah kamar mutilasi Loli. Marie terus terkurung disana sampai beberapa bulan sebelum direlokasi di ruangan tempat mutilasi Loli di dalam ruang bawah tanah. Satu minggu setelahnya banyak anak-anak yang sebelumnya bermain bersama bertanya pasal Marie. Oleh Ratu selalu dijawab dengan Marie sedang sekolah di Surabaya, jarang pulang.

Hari ini, Pak Awan melakukan 2 blunder besar. Dia membunuh Loli dan membuat Marie pergi keluar.

Yang pertama adalah membunuh Loli. Dengan insiden kematian Loli, memunculkan efek domino yang membuat mau tak mau mulai saat ini Pak Awan harus berlaku cukup keras terhadap ternaknya. Dari sisi Pak Awan, tindakan keras ini dilakukan untuk tak terulang lagi kejadian serupa.

Namun, hal ini lambat laun menimbulkan tekanan pada ternak. Kondisi mental ibu yang buruk, membuat kemungkinan risiko keguguran semakin besar.

Kemudian adalah Marie yang keluar rumah. Para warga sekitar selalu menanyakan dimana anak Pak Awan satu-satunya itu. Oleh sebab itu, Pak Awan setiap beberapa minggu sekali masuk ke dalam kamar Marie dan menyuruh Marie melakukan swafoto atau video untuk kemudian di kabarkan ke warga jika dirinya baik-baik saja. Mereka juga mengarang cerita jika Marie diterima di pelita harapan di Surabaya. Pelita harapan, sebuah tempat 'boarding school' yang mayoritas siswanya beragama kristen.

Pak Awan dari awal sudah menyadari hal ini saat dia memutuskan untuk menyekap Marie di dalam kamar. Dia mencari cara agar Marie bisa keluar dari rumah ini tanpa harus membunuhnya karena agar moral ternaknya tidak turun lebih jauh lagi.

Awalnya Pak Awan berpikir untuk memfoto dan video Marie yang banyak dengan berbagai busana dan latar tempat yang berbeda untuk kemudian dibagikan secara bertahap kepada warga. Setelah cukup banyak, baru dia membunuh Marie. Namun, rencana ini di gagalkan oleh Ratu. Ratu beralasan jika sandiwara ini terlalu mudah ditebak, mudah bagi para warga mengetahui yang sebenarnya karena wajah maupun badan Marie yang tidak menua.

Oleh sebab itu, Tari mengusulkan hal yang aneh. Dia mengusulkan bagaimana jika Marie dipindahkan di Sunandar. Lalu Sunandar yang setiap harinya mengurus Marie. Mereka bertiga mendiskusikan hal ini di ruang tamu.

"Ya itu termasuk foto dan videonya, jadi kita tak perlu repot mengurus anak itu." Kata Tari.

"Sunandar ya, Hm, tapi menurutku dia tak akan mau jika harus mengurus anak kecil."

"Dalam hal ini kita tidak punya banyak pilihan master, selain membawa anak itu ke.." Ratu menghentikan bicaranya.

"Maksudmu apa?"

"Ke suatu tempat yang Marie bisa hidup disana. Tapi bukan di sini, ataupun ke rumah tetangga. Lagi pula kita telah mengarang cerita jika Marie sekarang berada di sekolah asrama kan."

"Ya kau benar Ratu. Kita tidak bisa begitu saja membunuh anak itu sekarang."

"Pak, bukankah hal yang kita butuhkan sekarang itu meyakinkan Tuan besar (Sunandar) untuk mau menjaga Marie?" kata Ratu menyambung.

Oleh sebab itu Pak Awan sekarang menuju ke Sunandar yang berada di Gresik.