webnovel

MY ROSE

Mature content 21+ Roseaz Angelinedave,seorang gadis cantik yang sederhana ditengah kekayaan orang tua dan kedua sahabatnya,Alaric Cashel dan Darren Gale. Dirinya diperebutkan semenjak usia 5 tahun,yang artinya dia terjebak dalam cinta segitiga selama 15 tahun. Hal ini membuat Rosea merasa bimbang karena mereka terlibat sebuah perjanjian. Rosea harus memilih antara Darren dan Alaric. Dia tidak boleh menikah dengan pria selain keduanya. Kira-kira siapa yang harus gadis itu pilih? Alaric Si Playboy yang suka menebar sperma kesana kemari atau Darren Si Kutub yang selalu dingin dan memiliki sifat emosional? ———————— Cerita Arland, Dylan, Arasha : Destroyed By A Billionaire

Depaaac_ · Urban
Not enough ratings
269 Chs

24. Kiss?

"Sudahlah, My Rose... kau tidak perlu memikirkannya terlalu keras. Biarkan semua mengalir sebagaimana mestinya. Ikuti saja kata hatimu, My Rose. Keputusan itu seluruhnya milikmu." Kata Darren, mengusap pipi Rosea.

Gadis bermata biru safir tersebut menghela napasnya sejenak. Benar kata Darren, dia tidak seharusnya memikirkan masalah ini terlalu keras. Biar waktu yang menjawab nantinya.

"Terima kasih Darren..." balas Rosea, tersenyum hangat.

Kini, Darren mulai menjauh dan berenang sesuka hati. Sesaat pria tampan itu sedang berenang, seseorang berdiri di depannya dan menghentikan pergerakannya saat ini. Kepalanya menabrak perut rata milik Rosea, membuatnya segera berdiri.

"Kau berenang sendirian dan mengabaikan ku!" Kesal Rosea, melipat bibirnya ke dalam. Dia menatap Darren tajam, seolah sangat marah kepada pria tersebut. Padahal, gadis itu hanya berpura-pura saja.

"Maafkan aku." Darren menyugar rambutnya, mengusap wajahnya dengan kasar. Pergerakan itu terlihat seperti slow motion untuk Rosea. Pria tampan yang sangat tenang ini berhasil membuat Rosea mengaguminya.

"Ehm... Darren..." Rosea mendekat sembari menggumamkan nama Darren dengan suara yang manja. Di dekatinya Darren, membuat suasana yang ada terasa semakin panas di tengah dinginnya cuaca malam.

"Jangan bertingkah, My Rose." Darren menggeram saat tubuh molek Rosea kini nyaris menempel di tubuhnya.

Tubuh keduanya menempel semakin dekat, membuat suasana di sekitar semakin bergairah. Tanpa alasan, Darren melarikan tangannya ke pinggul ramping Rosea, menariknya hingga tubuh mereka menempel sempurna.

"My Rose..." Darren menggeram pelan dengan suara serak akibat gairah yang tertahan. Bagaimana tidak? Rosea sedang menyentuh dada telanjangnya, mengusapkan telapak tangan hangat yang gadis itu miliki ke dada Darren.

Tak hanya itu, Rosea semakin menjadi-jadi. Dia mulai menggambar abstrak di sana, menatap Darren dengan mata satunya. "Berhenti sebelum aku benar-benar menyerangmu, My Rose." Desis Darren, merasa sangat tersiksa.

Rosea mendekatkan wajahnya dengan Darren. Hidung keduanya kini mulai menempel sempurna. Dia bahkan sampai berjinjit hanya untuk hal ini. Darren menatap gadis itu dengan seksama, memperhatikan wajah cantik yang selalu membuatnya tersiksa.

"Berhenti, My Rose. Ini peringatan terakhir dariku." Desis Darren dengan suaranya yang sudah sangat rendah dan serak. Benar-benar menyeramkan untuk siapapun.

Gadis itu terlihat tidak peduli. Dia memejamkan matanya. Bibir mereka hanya tinggal sejengkal lagi. Namun, suara dering ponsel Darren membuat keduanya terkejut. Rosea terkekeh pelan, menatap Darren yang terlihat marah.

"Apa kau akan benar-benar menciumku?" Tanya Darren, membutuhkan kepastian. Rosea mengendikkan bahunya, kemudian tertawa terbahak-bahak. Dia hanya ingin mengerjai Darren, tidak lebih. Dia tahu bagaimana kuatnya Darren jika di hadapkan dengan hal seperti ini. Dan itu adalah nilai plus Darren di mata Rosea.

Melihat Rosea yang tertawa membuat Darren yakin bahwa gadis itu hanya bermain-main. Dia menatap Rosea sejenak, kemudian mengacak rambutnya, melampiaskan amarah yang tertahan.

Setelah itu, Darren berjalan menuju ponselnya yang kembali berbunyi. Diraihnya ponsel itu, kemudian membaca nama yang tertera di sana.

Siapa lagi jika bukan Alaric? Pria itu pasti tahu bahwa Darren sedang bersama Rosea sehingga mengganggunya seenak jidat.

Meski terlihat kesal, Darren tetap menjawab panggilan tersebut. Sesaat setelah panggilan terjawab, munculah wajah Alaric di sana. Terlihat jelas pria itu sedang menahan kesal.

"Pengganggu." Cibir Darren, merasa tidak terima.

"Dimana My Rose? Aku menghubunginya sejak tadi tetapi dia tak menjawabnya!" Teriak Alaric.

Matanya mencari-cari keberadaan Rosea yang tertutup oleh tubuh besar Darren. Hingga akhirnya, gadis yang di tunggu-tunggu menampakkan batang hidungnya.

"My Rose!" Teriakan Alaric kembali terdengar, membuat Darren merasa jengah.

"Ada apa Alaric?" Balas Rosea, sembari mendekati Darren.

Keduanya kini bersebelahan dengan ponsel yang masih menghubungkan panggilan video bersama Alaric.

"Tunggu... kalian tidak sedang di rumah 'kan? Sialan, kau menculik My Rose, Darren?!" Sentak Alaric dengan nada kesalnya yang sangat kentara.

"Kami sedang liburan... apa kau tidak mau menyusul?" Goda Rosea, mencoba membuat Alaric cemburu.

"Aku akan menyusul kalian besok, lihat saja!" Alaric terlihat marah. Matanya kini berapi-api.

"Ck! Terlalu lama jika kau ke sini besok pagi. Sedang di negara mana kau berada kali ini?" Tanya Rosea.

Sesaat Alaric ingin menjawab, tiba-tiba suara seorang perempuan dengan nada merayu manja terdengar sangat jelas. "Alaric, fu*k me please..." Racau suara perempuan tersebut.

"Alaric, siapa itu?!" Sentak Rosea, merasa sangat marah.