webnovel

My Psycho Husband (Indo)

Bagaimana jika suatu pagi anda terbangun ditempat yang asing ,ditambah lagi pengakuan seorang lelaki kejam yang mengklaim bahwa kau adalah istrinya? Farsya, wanita itu dikekang dibawah kuasa lelaki arogan yang sangat jahat. Memperlakukan dirinya dengan kasar, bukan lagi menjadi hal asing dihidup Farsya.

laisastory · Teen
Not enough ratings
14 Chs

Kesempatan Emas

Drrt....drrt...

Farsya mengerjapkan matanya saat deringan telpon memasuki telinganya. Menolehkan pandangan pada sumber suara. Itu handphone milik David!

Farsya tersadar akan berat yang menimpa perutnya. Kemudian menolehkan kepala pada sosok di sampingnya. Itu David, dengan sebelah tangan yang memeluk perut Farsya dan menghadap ke arahnya.

David pun membuka mata saat merasakan tubuhnya di goyang-goyangkan oleh Farsya.

"Ada apa?" Tanya David sambil mengerjapkan mata tanpa mengubah posisi.

Farsya mengarahkan pandangannya pada ponsel David, sebagai isyarat.

David mengangkat telpon saat sudah menjauhi Farsya.

Itu orang terpecaya yang di perintahnya untuk menangkap William. "William sudah tertangkap." Ucap orang itu.

David tersenyum jahat. "Bagus."

...

"Dimana William?" David berucap dengan sangat kaku, tanpa ekspresi.

Itu Sandi! Sahabat David. "Santai bro, aman. Penjara bawah tanah."

David menuju ruang bawah tanah dengan lift. Ruang bawah tanah yang amat sangat luas. Pintu ruangan itu terbuka saat David menempelkan jarinya ke pintu.

Pintu terbuka, banyak sekali orang-orang yang merintih sakit, namun bukan itu yang membuat ekspresinya berubah. Disana, William tengah menatap nya dengan kesombongan. Memang, David tidak membiarkan anak buahnya untuk menyiksa William. Biarkan tangannya sendiri yang menghukum William.

David mendesis benci. "Tak lama lagi kau yang paling menderita diantara mereka."

"Aku berharap kau juga merasakan hal yang sama." William membuka suara.

William menarik napas dalam. "Aku berharap putri ku akan melakukan hal yang sama seperti ibunya. Dengan demikian kau juga akan merasakan apa yang ku rasakan."

"Tidak akan." David berkata dengan tangan yang sudah menggenggam pisau.

"Aku tak pernah menyangka jika kau akan mencintai putri ku." Ucap William sambil merintih sakit atas pisau yang menusuk kulitnya.

David menghentikan aksinya sesaat untuk memandang tajam William.

"Jangan berkilah atas perbuatan jahat mu kepada istriku."

Dengan keadaan yang semakin lemah, William berkata. "Dia bukan anak ku, dia merupakan anak dari hubungan gelap istriku."

David murka! Dia tak akan membiarkan William menghancurkan Farsya.

...

"Nona, makanan untuk anda sudah siap."

Farsya tersenyum ramah. "Baiklah."

Ya, bagaikan ratu. Segala kebutuhan telah disiapkan, para pelayan juga sangat ramah kepadanya. Bahkan terkadang jika bosan sudah melanda, Farsya sering berbicara bersama mereka.

"Em, David tidak ada?" Farsya bertanya dengan sedikit ragu.

"Saya kurang tau, nona."

Farsya mengangguk-anggukan kepala.

"Ehm." Dehaman yang keras sangat terdengar, siapa lagi jika bukan David.

Oh God, laki-laki ini suka sekali datang secara tiba-tiba membuat Farsya terjingkit kaget.

David tersenyum, bukan seperti senyum jahat. "Kangen?" Ucap laki-laki itu.

Farsya memasang ekspresi jijik, juga ingin tertawa melihat ekspresi David yang sangat kaku.

"Mengapa? Ada yang salah." Ucap David kebingungan.

"Bisakah kau menunjukan ekspresi lain. Muka mu selalu datar."

"Aku anggap itu pujian."

Farsya tak ambil pusing, dia mengambil beberapa makanan yang tersedia dengan tenang.

"Kenapa?" Tanya Farsya melihat David memandangnya tajam saat dirinya makan dengan lahap.

David geram. "Benar-benar."

Bukan, itu bukanlah sebuah kebencian David pada Farsya.

"Bicara dengan logis, kau pikir aku mengerti bahasa hati mu." Ucap Farsya tanpa memperdulikan pada David.

Farsya memang tak begitu kaku lagi bersama David. Dia mengatakan apa yang ingin dikatakan tanpa disembunyikan.

David tak bicara, dia hanya menyodongkan piring miliknya kepada Farsya.

Farsya terdiam seperkian detik, kemudian mulai memahami maksud gerak tubuh David. Farsya mengambil nasi dan beberapa lauk yang tersedia untuk David. Entahlah, Farsya juga bingung mengapa laki-laki itu bersikap demikian.

"Bagus." Ucap David tersenyum puas.

Farsya menanggapi hanya dengan memutar bola  mata miliknya.

David memperhatikan gerak-gerik wanitanya ini. Cara makan, memandang, dan hal kecil lainnya yang tidak lupa dari pandangan David.

...

David mulai menganggap Farsya menerimanya. Sebuah keberuntungan untuk Farsya, dia berusaha bersikap seakan-akan dirinya mulai menyukai tempat ini. Tapi tidak, itu hanyalah sebuah misi untuk mengeluarkannya dari tempat ini.

'Tak sepintar seperti yang ku pikirkan.' Batin Farsya.

Farsya terdiam sesaat hanya memperhatikan David yang sedang berkutak dengan komputer. Yap, mereka sedang berada di ruang kerja milik David. Setelah makan David mengajak Farsya untuk ke ruang kerjanya. Tak melakukan apapun, David hanya ingin Farsya menemaninya.

Farsya mengetuk-ngetukan tangannya pada meja yang ada di depan, kebiasaan dirinya saat sedang di landa bosan.

"Diam!" Ucap David dengan tajam.

Farsya tak peduli, dia berjalan mendekati pintu. Untuk menjauhi ruangan ini. David pun tak memperdulikannya.

Farsya berbinar, tak ada satupun bodyguard yang di lihatnya. Ini kesempatan emas baginya, Farsya mulai mengarahkan seluruh pandangan pada ruangan ini. Mencoba fokus, kemudian berjalan dengan was-was layaknya maling.

Berhasil! Farsya sudah melewati pintu rumah ini. Tinggal gerbang rumah ini yang perlu di lewatinya untuk benar-benar pergi dari rumah ini.

Farsya berjalan menuju gerbang. Dan lagi, tak ada satu pun bodyguard yang menjaga.

Oh God, ini seperti mimpi.

Farsya tersenyum lebar saat benar-benar sudah keluar dari rumah ini. Ini memang benar-benar keajaiban.

Tanpa mengulur waktu, Farysa terus berjalan menelusuri tempat ini. Ini hutan! Dikelilingi dengan banyak pohon. Memang, matahari masih terlihat namun sebentar lagi akan hilang. Ini senang, pergantian hari menuju malam.

Farsya menundukan badannya dengan kedua tangan yang bertumpu pada lutut. Dia merasa lelah, setahun tiga jam berjalan tanpa arah dengan gelandang hari yang sudah gelap.

Farsya berdiam dan memperhatikan cahaya lampu yang mulai memasuki indra penglihatannya. Itu sebuah mobil! Farsya tersenyum, berharap orang itu bisa menolongnya.

Melambai-lambai kan tangannya saat mobil itu kian mendekat. Mobil itu berhenti, dan Farsya menghembuskan napas lega. Penderitaan ini benar-benar berakhir.

"Bisakah saya menumpang di mobil anda, tuan?" Ucap Farsya tanpa menghilangkan sopan santunnya.

Ada seorang laki-laki dan perempuan yang menaiki mobil ini.

"Oh kasian sekali, silahkan naik." Ucap perempuan yang ada di mobil itu.

Farsya langsung memasuki mobil tompangan itu tanpa basa-basi.

"Apakah kau tersesat di hutan ini?" Lagi,  hanya seorang perempuan itu yang berbicara.

Farsya hanya mengiyakan, dia tak ingin ada banyak pertanyaan.

"Tapi kami tidak ke kota hari ini. Jika  berkenan kau bisa menginap dulu dirumah kami." Itu ucapan dari sang pria.

"Tidak mengapa jika saya menginap?" Ucap Farsya dengan ragu.

"Tentu saja tidak apa."

"Baiklah."

Farsya sangat bersyukur bertemu dengan orang-orang yang sangat baik ini.

"Terimakasih, kalian sangat baik." Ucap Farsya dengan tulus.

"Ah, tidak perlu seperti itu. Kami senang membantu mu." Ucap seorang laki-laki yang sedang menyetir.

"Betul. Tak perlu sungkan seperti itu." Tambah seorang perempuan dibalik senyuman jahatnya.

Ah, Farsya terlalu baik dan polos untuk berada dilingkungan jahat seperti ini.