webnovel

My Psycho Husband (Indo)

Bagaimana jika suatu pagi anda terbangun ditempat yang asing ,ditambah lagi pengakuan seorang lelaki kejam yang mengklaim bahwa kau adalah istrinya? Farsya, wanita itu dikekang dibawah kuasa lelaki arogan yang sangat jahat. Memperlakukan dirinya dengan kasar, bukan lagi menjadi hal asing dihidup Farsya.

laisastory · Teen
Not enough ratings
14 Chs

bodoh

Farsya mengerjapkan matanya saat cahaya memasuki retina matanya.

"Baru bangun, hm." David membelai rambut Farsya dengan tersenyum hangat.

Farsya tersenyum, "Selamat pagi."

David mengecup dahi Farsya dalam, "Pagi sayang."

Farsya menjauhkan dirinya dari pelukan David.

"Mengapa?"

Farsya memincingkan matanya, "Kau terlihat aneh."

"Jadi kau lebih menyukai saat ku siksa, begitu?" David kenaikan alisnya.

Farsya menggeleng, "Tentu saja tidak."

David kembali meraih tubuh Farsya, membawanya kedalam pelukan.

"Aku hari ini akan pergi," Ucap David.

"Ooh."

"Bagus sekali reaksimu."

Farsya tersenyum, "Lalu aku harus berkata apa?"

"Terserah," Balas David.

"Kau juga bisa ngambek rupanya," Ledek Farsya.

"Baiklah, kau pergi kemana?" Tanya Farsya.

"Kantor."

"Kau punya kantor?" Tanya Farsya.

"Tentu saja. Aku ini orang kaya," Ucap David dengan santai.

"Ah baiklah, orang kaya mah bebas."

...

David telah pergi, kini Farsya duduk ditemani dengan para maid.

Farsya tak pernah sedikitpun memperlakukan mereka dengan buruk.

"Untuk hari ini, bisakah aku saja yang memasak?" Tanya Farsya.

"Maaf tapi anda tidak diperbolehkan tuan."

"Tak mengapa, David tidak akan tahu," Ucap Farsya meyakinkan para maid.

"Mohon maaf tapi tidak bisa."

"Ayolah, tidak masalah. Aku yang akan tanggung jawab!" Ucap Farsya.

Para maid mengangguk lemas, "Baiklah."

Farsya dengan cekatan memasak. Perempuan itu memang pintar memasak, ibunya selalu mengajari nya hidup mandiri dan ayahnya selalu mendidiknya dengan keras.

...

"Sialan." Umpat David.

Tangannya mengepal, bagaimana bisa William sangat licik.

William memang tak memperlakukan Farsya dengan buruk. Layaknya anak dan ayah, tak ada yang salah. Namun, si licik William menyuruh orang-orangnya untuk menyiksa Farsya.

Bukan, bukan siksaan fisik. Siksaan mental yang selama ini dialami wanita itu.

Farsya menganggap William ayah yang baik, tanpa mengetahui jika dalang dari masalahnya adalah ayahnya sendiri.

Dituduh sebagai pembunuh, padahal Farsya sama sekali tidak melakukannya.

Membunuh manusia dengan sadis didepan Farsya yang waktu itu baru berusia lima tahun.

Pantas saja, wanita itu pingsan saat tak sengaja melihat David membunuh. Trauma dirinya tak bisa hilang dengan mudah.

"Jangan biarkan William mati dengan cepat!" Titah David.

"Hancurkan dia perlaham-lahan," David tersenyum jahat.

"Tuan, William memang sudah tertangkap tetapi orang suruhannya masih saja berkeliaran," Ucap salah satu orang suruhan David.

"Incar mereka! Perketat keamaan, jangan sampai mereka berhasil melukai istriku."

Farsya! Ya tentu saja Farsya menjadi sasaran utama para musuhnya.

...

"Selasai!"

Farsya menatap bangga pada makanan yang telah dibuatnya.

"Woaw, anda pandai sekali memasak," Puji salah satu maid yang dari tadi memperhatikannya memasak.

Farsya mengangguk dengan senyumnya.

"Bisakah aku mengirimnya untuk David?"

"Tentu saja nyonya, kami akan meminta supir pribadi anda untuk mengantarkan makanan ini pada tuan," Ucap salah satu main dengan sopan.

"Ah tidak, aku ingin mengantarnya langsung," Farsya berucap dengan sumringah.

"Anda diperintahkan untuk dirumah saja nyonya, tidak boleh keluar," Ucap salah satu maid menjelaskan pada Farsya.

"Ayolah aku tidak melanggar protokol kesehatan, jadi tenang saja," Farsya memelas.

Beberapa maid terlihat menahan tawa mereka.

"Bukan begitu nyonya. Terlepas dari virus, tuan memang tak mengizinkan anda keluar."

"Begitukah?"

Mereka mengangguk.

Farsya memutar otaknya, dia tersenyum membayangkan ekspresi apa yang akan ditunjukkan David.

Ah, dia harus membujuk sang supir.

...

"Ayolah, saya mohon," Ini untuk keberapa kalinya Fasya memohon untuk kekantor David.

"Baiklah," Ucap orang itu.

Farsya tersenyum sumringah, "Terimakasih."

"Bisakah kita berangkat sekarang?" Tanya Farsya dengan senyum yang tak luntur.

"Tentu saja, nyonya."

...

Sedang David, lelaki itu naik pitam dengan ulah musuh-musuhnya.

Jika musuhnya hanya menyerang dirinya, tentu saja David tidak khawatir. Tapi ini menyangkut tentang Farsya.

Tak akan David membiarkan musuh-musuhnya menghancurkan dirinya untuk kedua kalinya. Luka yang pertama saja masih belum sembuh.

David menarik napas panjang, kemudian menghubungi salah seorang kepercayaannya.

"Bagaimana dengan Calina?" Ucap David saat telponnya tersambung.

"Masih sama tuan, menghilangkan."

David menghembuskan napasnya, kemudian mematikan telpon sepihak.

Bagaimana pun juga David tidak bisa menghapus bekas bekas kenangannya bersama perempuan itu.

"Cali, aku rindu," Lihir David.

...

Farsya memandang takjub pada kantor milik David. Disisi lain, dirinya juga menyesal. Bagaimana bisa orang biasa yang cacat seperti dirinya datang kekantor untung menemui sang pemilik. Orang-orang tentu saja akan menghinaku, pikir Farsya.

Salah satu maid membantu Farsya mendorong kursi rodanya. Sedang segerombol bodyguard berada disekeliling Farsya.

Diluar dari dugaan Farsya. Mengapa orang-orangterluhat tidak peduli.

Ah baguslah, Batin Farsya.

Orang-orang disini menunjukan wajah datar mereka, aneh sekali.

Farsya tidak tahu menahu tentang perusahaan apa yang dipegang oleh David.

"Sudah sampai, nyonya."

Farsya mengangguk.

"Mengapa tak ada David?" Farsya beranalog.

Kini hanya Farsya seorang diri yang berada diruangan ini. Bodyguard dan maid? Tentu saja mereka sudah keluar.

Farsya mendorong pelan kursi roda miliknya.

Woaw, pemandangan yang memanjakan mata langsung terlihat jelas kala Fasya memasuki lebih dalam ruangan milik David.

"Cal?"

Farsya menatap David yang tiba tiba ada dibelakangnya dengan pandangan berbinar.

Sambil menaikkan alisnya, Farsya kembali mengulang apa yang diucapkan David, "Cal?"

David mengerjapkan matanya.

'Ah Farsya memang mirip sekali dengan Cali," batin David.

"Mengapa kau kesini, hm." David berbicara dengan lembut.

"Memangnya tidak boleh?" Ucap Farsya.

"Bukan begitu sayang, tumben saja."

"Mengapa tadi kau menatap ku seperti itu?"

David menggeleng, "Ah, tidak."

Farsya mengangguk anggukan kepala.

"Aku memasak ini untuk mu," Farsya tersenyum lebar.

David menatap Farsya tajam, "Siapa yang mengijinkan mu memasak."

"Ayolah, pemarah sekali kau ini."

"Bagaimana jika cirpatan minyak yang panas itu mengenai kulit mu hah?!"

Farsya memajukan bibirnya, cemberut.

"Cipratan minyak tak seberapa dibandingkan dengan pisau mu."

"Ah begitukah?"

Farsya memutar bola matanya, "Tentu saja, kau ini bodo sekali. Itu saja tidak tahu."

What the hell, ini kali pertama ada orang yang berani mencaci nya seperti itu.

Ah sial, istri nya itu sangat lucu. Bagaimana David bisa memarahinya.

"Baiklah nyonya. Kau memang yang paling cerdas."

Farsya menatap David dengan sombong, "Memang."

hiiii maaf banget baru up yaaaaaa. Diusahakan nulisnya lancarr biar bisa up tiap hari yaaaa.

laisastorycreators' thoughts