webnovel

My Psycho Husband (Indo)

Bagaimana jika suatu pagi anda terbangun ditempat yang asing ,ditambah lagi pengakuan seorang lelaki kejam yang mengklaim bahwa kau adalah istrinya? Farsya, wanita itu dikekang dibawah kuasa lelaki arogan yang sangat jahat. Memperlakukan dirinya dengan kasar, bukan lagi menjadi hal asing dihidup Farsya.

laisastory · Teen
Not enough ratings
14 Chs

Bersyukur?

Kemarin David benar-benar menyiksa Farsya. Lelaki itu meninggalkan bekas luka pada seluruh tubuh Farsya tanpa terkecuali.

"Nyonya, ini makanan anda," ucap salah satu maid dengan menatap iba pada Farsya yang memiliki luka diseluruh wajahnya.

Farsya mengangguk-anggukan kepala sebagai respon. Rasanya mulutnya tak dapat digerakkan akibat luka yang dibuat oleh psycho gila itu.

"Apakah anda ingin kekamar mandi? Mari saya bantu," kembali sang maid berucap.

"Tidak," ucap Farysa dengan pelan.

Luka terbuka ditubuhnya membuat Farysa tak berselera untuk mandi.

"Nyonya, tuan menyuruh anda untuk segera makan."

Farysa memutar bola matanya, malas membahas segala yang berhubungan dengan David.

"Keluar!"

God, Farsya sangat terkejut mendengar suara arogan milik David.

"B-baik tuan," ucap maid itu dengan bergetar.

"Tidak ingin makan?" Tanya David.

Farsya memalingkan wajahnya, enggan bertatapan dengan David.

"Makan atau kubuat tubuhmu lebih parah!" Tegas David.

Farsya dengan cepat mengambil dan memakan-makanan yang telah disiapkan.

Ini benar-benar sebuah pemaksaan.

"Bagus," ucap David tersenyum puas.

Sedang Farsya, menekuk wajahnya.

"Oh ayolah sayang, jangan marah seperti itu," David berucap dengan nada rendah membuat Farsya tercengang.

Benar-benar aneh, batin Farsya.

"Tidakkah kau merasa bersalah padaku?" Tanya Farsya.

"Bersalah atas apa?" David kembali bertanya.

Damn, psycho ini memang tidak ada rasa bersalah sedikitpun.

"Tentang kemarin," David menggantungkan ucapannya.

Farsya mengangkat alisnya.

Akhirnya merasa bersalah juga, batin Farsya.

"Kemarin harusnya kau bersyukur aku tidak membuatmu lebih parah dari ini," sambung David.

Farsya membuatkan mulutnya.

'Hei apa-apaan itu' batin Farsya.

"Mengapa?" Tanya David heran melihat wajah Farsya yang shock.

"Tidak," jawab Farsya singkat.

"Mengapa kau makan sangat lambat?" Tanya David yang sedari tadi menunggu Farsya makan.

"Itu karena ulah mu," Jawab Farsya.

"Ulah ku? Apa makanannya tidak enak?" Tanya David.

Farsya menggelengkan kepala, "Tidak nyambung."

"Siapa?" Tanya David.

Farsya menggidikan bahunya, "Iblis."

"Kamu istrinya iblis dong."

Farsya mendelik.

"Makan saja kau sangat lemot," kembali David berucap.

"Memang," jawab Farsya.

"Cepatlah kau makan, dasar lelet." Ucap David kemudian beranjak dari duduknya dan meninggalkan Farsya.

"Untuk apa juga kau menungguku makan, seperti orang gabut saja," Balas Farsya.

"Gabut?" Ucap David dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Iya, kau tidak tau?"

David menggeleng.

Farsya terbahak, "Dasar kudet."

"Aku tidak kudet, kau saja yang alay."

Alay katanya, baiklah.

...

Farsya mengelilingi rumah David dengan seorang maid yang membantunya menggunakan kursi roda.

"Pernah kah bibi berenang dikolam renang milik David?" Tanya Farsya sambil tersenyum saat mereka berada di kolam renang.

"Tidak, nyonya."

"Bi, tidak usah panggil aku nyonya. Tenang saja, aku tidak seperti David," ucap Farsya dengan sopan.

"Baiklah."

Farsya tersenyum, "Nah gitu dong, panggil Farsya saja bi."

"Iya."

"Kenapa bibi tidak pernah berenang disini, apa bibi tidak bisa berenang?"

"Saya tidak berani berenang disini," Ucap sang maid.

"Kenapa? Tidak ada yang menyeramkan dari air."

"Saya akan dimarahi oleh tuan jika saya lancang."

Farsya mengangguk.

David ternyata benar-benar sosok yang kejam.

"Sayang?"

God, tidak bisakah David tidak ada sebentar saja.

"Saya permisi dulu," Ucap sang maid.

"Mengapa tak dikamar saja?" Tanya David dengan posisi berjongkok, menatap wajah sang istri.

"Memangnya kau pikir aku boneka hah?!" Ucap Farsya dengan galak.

"Tentu saja tidak, disini dingin istriku."

Farsya menaikkan alisnya.

"Apa kau baru saja kejedot pintu?"

"Mengapa bertanya seperti itu?" Balas David.

"Aneh sekali," Cibir Farsya.

"Siapa?"

Farsya memutar bola matanya, membosankan berbicara dengan David, pikirnya.

"Ais, kau ini tidak sopan sekali memutar bola mata seperti itu didepan suami mu." David menggeleng.

"Seperti orang tua yang memberitahu anaknya," Gumam Farsya.

Rahang David mengeras, "Aku ini suami mu."

Farsya diam, apa yang terjadi dengan lelaki ini. Bagaimana bisa dia marah atas hal yang tidak masuk akal, pikir Farsya.

...

Malam ini Farsya merasakan perubahan sifat David.

Meski emosinya sangat mudah terpancing, tetapi lelaki itu tak banyak marah dihari ini.

10.27 PM

David memaksanya untuk tidur, mengesalkan sekali.

"Mengapa kau menyuruhku tidur, aku belum ngantuk," Ucap Farsya dengan kesal.

"Kau ini. Jangan tidur terlalu larut, ini waktumu tidur istri kecilku," Ucap David dengan menyelimutkan badan Farsya.

"Huh mengesalkan."

"Ayolah jangan marah seperti itu, sayangku."

Farsya diam, membaku.

Apa-apaan ini! Mengapa jantungnya berdetak tiga kali lebih cepat.

"Mengapa terdiam seperti itu?"

Farsya menggeleng, "Tidak."

David merebahkan dirinya disamping Farsya.

Memeluk tubuh wanita itu dan mencium aroma tubuh Farsya.

"Bisakah kau tidak memeluk ku."

"Tidak."

Farsya menatap langit-langit kamar, "Apakah kau membenciku?"

"Mengapa bertanya seperti itu?" Tanya David heran dengan ucapan sang istri.

"Jawab saja."

David mendekatkan wajahnya pada pipi Farsya, "Aku mencintaimu."

"Lalu mengapa kau membuatku seperti ini?"

Dengan posisi menyamping dan wajah David yang mengendus pipi Farsya serta tangan milik David yang mengusap lembut rambut Farsya membuat jantung Farsya bekerja dengan tidak normal.

"Kau hanya tidak mengerti, sayang."

"Kalau begitu jelaskan saja, apa susahnya?"

"Farsya! Jangan memancingku," Tegas David.

"Maaf," Lihir Farsya.

"Tidurlah, tak perlu memikirkan apapun."

Farsya menggeleng, "Aku tidak bisa tidur tanpa guling."

"Aku ini guling mu," Ucap David terkekeh.

David menarik tangan Farsya untuk memeluknya membuat tubuh wanita itu menyamping.

Farsya tersenyum dalam dekapan hangat milik David.

Kini posisi mereka sama-sama berhadapan dengan saling memeluk.

Entahlah, meski sebagian dirinya membenci David, tetapi matanya juga melihat ketulusan didalam nya.

"Mengapa belum tidur?" Tanya David tanpa merubah posisi mereka.

What, bagaimana bisa lelaki itu mengetahuinya.

"Memikirkan apa, sayang?" David membelai pipi Farsya.

"Tidak memikirkan apapun."

"Kalau begitu tidur."

Farsya menganggur.

Tak berapa lama, Farsya tertidur dalam pelukan hangat milik David.