webnovel

Penuh Luka

Mungkin, jika harus dipaksakan dua orang yang memiliki banyak perbedaan bisa bersatu setelah melawan Ras dan status sosial. Tapi ... bagaimana dengan Agama? Itu tembok paling besar.

-My Possessive Husband Mr. Bimo-

***

Bimo melihat ponsel Rena, tapi titik yang ia dapat hanya di kamar hotel mereka. "Sialan, dia gak bawa ponselnya!" kesal pria itu seraya mengetuk setir mobil dan berdiam di dalamnya. Tak lama setelahnya ponsel Bimo berdering dan nomor tak dikenal muncul.

 

"Iya? Hallo."

 

"Selamat malam Pak, kami dari pihak rumah sakit Permata Harapan ingin memberitahukan bahwa pasien bernama Rena saat ini berada di rumah sakit kami." Mendengar hal itu, Bimo bergegas menutup teleponnya lalu menyalakan mesin mobil dan mengebut menuju Rumah Sakit.

 

Di sisi lain, setelah Devan memberitahukan kepada resepsionis untuk menghubungi Bimo, pria itu membayar tagihan sekalian mengambil obat. Tak lama setelahnya, ia berjalan kembali ke dalam ruangan Rena yang telah dipindahkan ke kamar Anggrek. Terlihat jelas, kedua orang tuanya menunggu di dalam kamar. Melihat Devan datang, tak segan-segan kedua orang tuanya mendekat.

 

          Brughh!

 

Sebuah pukulan keras diberikan pada ayah Rena untuk Devan. "Kamu apakan anak saya! Saya sudah berkali-kali memperingatkan kamu ya! Jangan lagi dekati anak saya! Dia sudah menikah dan sudah bahagia jadi tolong jauhi dia!" berulang kali sang ayah Menunjuk wajah Devan lalu membelalakkan matanya. Pria itu tersungkur akibat pukulan keras yang telah diterima. Sang ayah masih saja meluapkan emosinya karena Devan, sedari dulu keluarga Rena sudah tak menyukai Devan. Dengan tegas, ia berdiri dan berkata, "Anak bapak, disiksa waktu nikah! Apa bapak tau itu!" ucapnya.

 

"Saya gak percaya sama kamu, paham! Anak saya sangat bahagia sama suaminya jadi tolong jangan ganggu lagi mulai sekarang!" peringatan keras itu diberikan pada Devan. Ia mulai mengarahkan tangannya ke arah luar ruangan. "Keluar dari sini sekarang!" Lanjutnya. Tak lama setelahnya, Devan memilih untuk keluar dari ruangan Rena dan menunggu di ruang tunggu Rumah Sakit. Perasaan yang mulai campur aduk antara khawatir dan takut mulai menghantuinya. Tak lama setelah Devan keluar, Bimo datang ke rumah sakit. "Lo jahat banget sama Rena!" amuk Devan pada Bimo seraya menunjuk ke arah dia. Tapi tanggapan yang diberikan pada Bimo hanya senyum sinis dan senang. Bahkan tanpa rasa bersalah sekalipun, ia menyingkirkan tangan Devan dan pergi ke kamar Rena.

 

"Gimana kondisi Rena, yah?" tanya Bimo.

 

"Baik, udah bangun dan siuman juga. Tadi Devan dateng kan, dia bilang ngaco katanya kamu nyiksa Rena, enggak kan?" tanya sang ayah.

 

"Enggak kok, itu lebam dan luka juga karena benturan iya kan sayang," ucap Bimo yang berusaha mengkode Rena dengan kedua matanya.

 

"Iya sayang, aku gapapa kok yah jadi jangan khawatir lagian saat ini udah bahagia sama Bimo hehe." Wanita itu memberikan senyum cerahnya hingga membuat sang ayah percaya. Tak lama setelah Devan melihat senyum Rena dari balik celah kecil pada luar pintu, pria itu cukup lega karena wanita yang ia cintai bisa tersenyum hingga akhirnya pergi dari sana dan pulang ke rumah. 'Devan, maaf merepotkanmu. Maaf juga karena masih kurangajar mencintaimu, dan membuatmu gak bisa melupakanku. Jahat yah aku,' pikir Rena yang melihat Devan mengintip dia meski sebentar.

 

"Aaarrrrggghhh!" teriak Devan di rumahnya seraya membanting semua Barang-barang yang ada di rumah. Rasa sedih dan juga kecewa ia rasakan. Tangisannya yang menjadi-jadi disertai dengan kekesalan betul-betul ia rasakan. Pria itu tak dapat melupakan saat di mana Rena tersenyum palsu pada Bimo. "Rena! Kalo kamu sakit kenapa gak bilang! Kenapa harus senyum di depannya yang udah nyakitin kamu!" teriak Devan disertai tangis tersedu-sedu. Pria itu duduk di lantai seraya mengacak-acak rambutnya.

 

      Kegagalan

 

Mungkin itu yang terlintas dalam benaknya, gagal dalam menjaga wanita ia cintai dan merasa dirinya tak berguna. 'Satu hal yang membuatku kesal dan aku tak bisa ubah itu adalah lahir dari keluarga ini' pikir Devan.

 

Di satu sisi, Rena yang harus mengalami rawat inap hingga kondisinya membaik dan pulih masih dipantau oleh semua keluarga serta suaminya, Bimo. Pria itu berulang kali menyuapi istrinya saat ada kedua orang tua Rena. Malam telah tiba, bulan mulai bersinar di atas langit. Bimo yang menjaga Rena tiba-tiba terbangun dari tidurnya dan pergi meninggalkan rumah sakit.

 

"Capek banget urus orang tuh, huh sesekali pengen lah hibur diri," ucap Bimo yang menyalakan mobilnya lalu pergi ke diskotik seperti biasanya. Seperti biasa, Bimo melakukan kebiasaanya yaitu mencari seorang wanita yang dapat ia jadikan pelampiasan hawa nafsunya karena sudah tiga hari dia menjaga Rena. "Asli, gue butuh yang polos."

 

"Hallo, Bro! Lo di sini?" tanya Rendy, teman SMA Bimo yang tak sengaja bertemu. Rendy adalah pemilik Diskotik, dia sangat jarang di tempat kerja karena sering ke luar kota.

 

"Eh, hallo. Lo udah nikah belum sih?" tanya Bimo secara frontal.

 

"Udah, punya anak satu juga udahan. Lo juga kan sama Rena setau gue."

 

"Bro, gue ke sini tuh mau cari cewek polos dan masih perawan, lo ada gak sih?" tanya Bimo.

 

"Tiba-tiba aja, istri lo ke mana?" tanya Rendy.

 

"Udah, jangan banyak cincong deh."

 

"Kek Vampir aja si lo minta cewek perawan, berani bayar berapa emang?"

 

"Biasa, nanti gue lebihin gimana?"

 

"Oke, setuju. Gue cariin yang polos dan perawan."

 

Rendy pergi mencarikan gadis untuk Bimo. Suami Rena itu, mulai memesan alkohol dan menikmati tarian di dalam diskotik. Ia sungguh tak sabar dengan apa yang dibawa Rendy padanya dan betul saja tak lama setelahnya, pemilik Diskotik ini membawakan satu wanita dengan wajah cantik dan polos. Kulitnya yang sangat putih, rambutnya wangi serta bau parfum yang membuat Bimo sudah tak tahan lagi. "Nih, buat lo. Inget, balikin kalo udah dan bayaran kasih ke dia aja."

 

"Baik banget si lo, nah gini ini yang gue suka. Good." Bimo menggenggam tangan gadis itu seraya menariknya untuk masuk ke mobil Bimo dan mereka pergi memesan hotel. Di sisi lain, Devan yang tak ingin tidur di rumah memilih untuk memesan hotel dan saat itulah di mana mereka saling berpapasan. Bimo masuk ke dalam hotel, setelah itu Devan datang. Mereka masih tak menyadari bahwa berada di hotel yang sama. Devan berada di belakang Bimo tanpa sadar. Bimo mulai masuk ke dalam hotel dan melumat bibir gadis di hadapannya dengan kasar. Ia menikmati setiap gerakan hingga nafsunya tak tertahankan kembali. Berbeda dengan Devan yang hanya duduk dan melihat televisi di kamar hotelnya seraya membuka ponsel lalu mencoba untuk menghubungi Rena. Wallpaper ponselnya tak pernah ia ganti, di mana foto dia dengan Rena saat mereka bersama merupakan hal paling indah dalam hidupnya.

 

Devan

 

[Kamu Gapapa kan?]

 

Sebuah pesan ia kirim untuk Rena seraya menunggu balasan darinya. Ia tertidur pulas di dalam kamar hotel dengan memeluk ponsel di tangannya.

 

***

Bersambung ...