webnovel

My Possesive Enemy (Musuh Tapi Menikah)

Author: Ayu_Andiyani
Urban
Ongoing · 26K Views
  • 19 Chs
    Content
  • 5.0
    10 ratings
  • NO.200+
    SUPPORT
Synopsis

Tara dan Bimo adalah sepasang musuh bebuyutan sedari kecil Mereka tak pernah akur, selalu bertengkar di setiap kesempatan. Sifat keduanya berbeda jauh dan juga mereka tak pernah merasa cocok satu sama lain. Bimo yang urakan dan jahil, sedangkan Tara yang rapi dan tertata. Jangankan untuk mengobrol sebentar, bertatapan saja keduanya tak rela. Akan tetapi, semua hubungan permusuhan itu malah diabadikan dalam ikatan pernikahan yang terjadi karena salah paham. Bisakah Bimo dan Tara bersatu dalam menjalani biduk rumah tangga di tengah permusuhan mereka, atau keduanya berencana kabur dan melakukan hal lain demi keluar dari ikatan sakral ini?

Chapter 1Kesialan Di Pagi Hari

Minggu pagi di Jalan Mangga. Orang-orang melakukan aktivias lari pagi, mengajak hewan peliharaan bermain di luar rumah, dan ada juga yang mencuci kendaraan.

Itulah yang dilakukan oleh Bimo, pria yang masih menggunakan singlet dan celana selutut itu, baru saja mengeluarkan motor kesayangannya ke luar pagar.

Setelah itu dia membawa ember berisi air sabun beserta selang air yang disambung agar sampai ke luar.

Matanya menyipit melihat sinar matahari yang mulai keluar di jam 8 pagi. dia bersiul dan memulai aktivitasnya. terkadang sambil menyapa para tetangga yang sedang lewat dari lari pagi, atau membeli sarapan di luar komplek.

Setelah beberapa menit, dia selesai mencuci motornya sampai kiclong dan bersih.

Bimo mengambil ember berisi air sabun yang masih tersisa dan hendak membuangnya ke saluran air yang ada di depan jalanan.

Akan tetapi, karena jalanan yang cukup licin dan basah setelah dia mencuci motor, Bimo terpeleset dan ember airnya terlempar sampai akhirnya terjatuh dan tumpah ke airnya membasahi seseorang yang sedang melintas.

Sesosok wanita yang baru saja pulang membeli bubur ayam di depan komplek. Dia memejamkan mata ketika sekujur tubuhnya terkena siraman air sabun bekas Bimo mencuci motor.

Bimo menggigit lidahnya. Dia tak menyangka kalau orang yang terkena tumpahan air itu adalah Tara.

Dengan ragu-ragu pria itu bangun, sama-sama basah dan dia memberi senyuman kecut ke Tara yang wajahnya sudah memerah. Bubur ayam yang dia bawa tadi terjatuh ke aspal.

Bimo berinisiatif untuk mengambil bungkusan plastik itu dan memberikannya ke Tara. Tangan pria itu sampai bergetar dia takut kena cakar.

Gadis itu mengangkat tangannya tapi bukan untuk mengambil bubur tersebut, melainkan meraih tali singlet Bimo dan meremasnya.

"Apa-apaan ini? Lo pasti sengaja, kan?" tanya wanita yang basah kuyup itu. Dia berteriak dan menatap wajah Bimo dengan sorot mata berapi-api.

"E--enggak! Gue masih waras untuk gak nyiram lo, Kok. Suer, deh!" BImo panik dia mengangkat jari telunjuk dan tebgahnya. Pria itu juga berusaha menghindar dari tatapan Tara.

Tara semakin marah. Mendengar kata-kata BImo yang seakan-akan memojokkannya. Tara menilai Bimo tidak mau mengakui kesengajaannya yang dia lakukan sekarang.

"Bisa, gak, sih, lo gak bikin masalah sehari aja. Gak bikin gue jadi tumbal perbuatan lo yang kurang kerjaan ini? Gak bisa?" Tara mendorong BImo dan dia berbalik arah ke rumahnya, tepat di seberang rumah Bimo.

Berkali-kali dia berharap kediamannya lebih jauh agar tak usah menatap wajah pria itu yang membuat dia kesal setengah mati.

Orang-orang yang terbiasa dengan pertengkaran mereka tak berani ikut campur dan hanya menatap keduanya sambil menyimak. Malah sebagaian dari mereka sudah tak tertarik lagi. Ini sudah terlalu biasa, kejadian yang tak perlu dibawa serius.

Setelah Tara masuk ke dalam rumahnya dan tak terlihat lagi. Bimo tak bisa menahan tawanya. Seorang pria yang sedang menatapnya juga ikut tertawa.

"Parah lo, Bim," ucapnya, lalu melepas tawa yang sejak tadi tertahan di tenggorokan.

"Lucu banget mukanya merah kayak tomat. Lumayan deh, dapat bubur satu porsi." Bimo menatap bungkusan bubur yang masih aman dan tidak rusak. Dia masuk ke rumahnya dengan senyum merekah lebar, dan bersiap makan pagi gratis.

***

Tara mengintip lewat jendela kamarnya. Dia memperhatikan bangunan yang ada di seberang rumahnya.

Tingkahnya mirip seperti mata-mata.

"Ngapain, sih, ngintip-ngintip gitu? Ngeliatin rumah Bimo, kamu mau main ke rumahnya?"

Tara menatap ke asal suara yang ada di belakangnya. Sang Ayah, Bram, tersenyum ke arahnya. Seakan-akan sedang bicara dengannya dalam versi anak taman kanak-kanak. Sekarang tidak sama lagi, dia tak akan bermain ke rumah Bimo untuk selama-lamanya.

"Aku lagi mastiin, dia ada di depan rumahnya atau gak, soalnya aku mau keluar dan pergi ke acara pernikahannya Hani."

"Kalau gak salah Bimo udah berangkat, kebetulan ayah dan Bunda tadi lihat dia sedang bersalaman dengan Hani. Kami berdua baru pulang, kamu masih ada di kamar ngurung diri, kan."

"Hah, udah berangkat?" tanya Tara. "Kalau udah pergi duluan, nanti aku ketemu dia, dong?" lanjutnya lagi dengan ekspresi kecewa.

Bram menepuk-nepuk punggung putri semata wayangnya. "Kalau ketemu dia memang kenapa?" Pria itu kemudian tersenyum lembut. Sudah tahu masalahnya, tetapi tetap rajin bertanya apa alasannya.

"Yah, tadi aja aku kena air sabun bekas dia cuci motor. Kalau aku ke pernikahan Hani, apa yang mau dia tumpahin ke aku? Kuah bakso?" Tara bersidekap dada dan duduk di sofa. Semangatnya langsung hilang karena sudah dipastikan dia bertemu Bimo di sana. Pertengkaran kembali terbayang.

Pernikahan Hani pasti dijadikan ajang reuni anak-anak SMA. Bimo pasti ogah pulang cepat-cepat. Teman dia banyak, sedangkan Tara, bisa dihitung pakai jari.

Tara beranjak ke sofa, dan duduk bersandar di sana.

Bram menyusul duduk di sofa. "Udah sana pergi. Kamu jangan berpikiran buruk terus sama Bimo. Dia gak mungkin sengaja buang air itu ke kamu, kan? Tadi orangnya juga udah minta maaf sama ayah."

"Iya ... iya, aku berangkat, deh."

"Tara segera bangkit dari duduknya dan dia memesan taksi sebelum berangkat.

Tak beberapa lama taksi datang dan membawanya menuju gedung tempat resepsi pernikahan Hani, teman dekat semasa SMA-nya.

Dalam hati, Tara terus merapalkan doa agar dia tak bertemu Bimo dan mengalami sial setiap bertemu pria itu. Rencananya, sampai di sana sepertinya dia akan segera naik dan menyalami Hani, lalu langsung pulang dengan seribu alasan yang mulai dia rancang mulai dari sekarang.

Beberapa menit berselang dia sampai di tempat resepsi, tak perlu dia memastikan kalau ada tidaknya Bimo di sana. Nyatanya matanya yang melihat ke parkiran, langsung tertuju menatap motor kesayangan Bimo.

Nampaknya ini hari sial Tara, jadi dia berusaha untuk berhati-hati dan menghindar dari mata jahil Bimo.

Hani langsung memeluknya ketika Tara naik ke pelaminan dan memberi selamat atas pernikahannya.

"Ya ampun My Bestie, gue pikir lo gak datang. Udah sedih dan bakal nyiapin diri buat maki-maki lo sebenernya." Hani memeluk Tara erat sekali.

"Mana mungkin gue gak dateng, sih, selamat menempuh hidup baru, ya, yang langgeng dan cepetan kasih keponakan buat gue."

"Jangan ditanya, deh. Kalo urusan cetak mencetak calon keponakan buat lo, gue sama Roy bakal usaha setiap hari!" ucap Hani yang mengundang tawa Tara.

"Parah, frontal banget jadi cewek. Yaudah gue langsung pulang, ya, soalnya ada urusan keluarga mendadak." Tara mulai berbohong.

Hani memutar bola matanya dan dia menahan pergerakkan wanita itu, lalu berkata, "Lo bisa bohong ke orang lain, tapi itu gak berlaku buat gue. Duduk di sana, makan kek, banyak makanan kesukaan lo."

You May Also Like

Terima Aku Apa Adanya (21+)

Charlos adalah CEO Golden Group yang tampan dan sukses di usia muda. Siapa sangka jika ia pernah mengalami masa lalu yang menyakitkan saat ia ditinggal menikah oleh kekasihnya. Hal itu membuatnya sakit hati. Di tengah kesedihannya, ia dekat dengan seorang pemain saxophone, bernama Reva. Charlos jatuh cinta pada Reva, tapi tidak ada seorang pun yang setuju dengan hubungan mereka. Hingga suatu hari, Charlos bertemu dengan Rissa dari perkenalan di sebuah acara latihan drama di gereja. Rissa adalah seorang wanita cantik dengan suara yang merdu. Rissa tanpa sengaja mengetahui hubungan Charlos dengan Reva. Hanya Rissa, satu-satunya yang mendukung hubungan di antara Charlos dan Reva, tanpa mengetahui siapa Reva yang sebenarnya. Seiring berjalannya waktu, Charlos dan Rissa jadi semakin dekat. Cinta perlahan tumbuh di antara mereka. Reva tidak terima jika Charlos akhirnya direbut oleh wanita lain sehingga ia melakukan hal keji untuk bisa mendapatkan cinta Charlos kembali. Siapakah sesungguhnya orang yang Charlos cintai? Dapatkah Rissa menerima Charlos apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan yang ia miliki? Sebuah kisah romantis, sebuah jebakan yang sanggup membuatmu menganga tak percaya, sebuah balas dendam, percobaan pembunuhan, dan hal-hal tak terduga lainnya. Temukan jawabannya di sini! *** Terima kasih untuk kalian yg sudah berbaik hati mau membaca. Untung mendukung author, kalian bisa menekan tombol power stone, komen sebanyak-banyaknya. Follow jg IG saya : santi_sunz9 Siapa tahu saya akan bagi2 koin gratis atau giveaway. Dengan senang hati saya ingin sekali bisa mengenal para readers yang setia. Happy reading! 21+ KHUSUS DEWASA!! HANYA DI WEBNOVEL! Di dalam cerita ini banyak mengandung unsur dewasa. Bagi pembaca di bawah usia 21 dimohon untuk tidak membacanya. Karya lainnya: -Milly's First Love (spin off Terima Aku Apa Adanya) -The Look Of Love (sekuel Milly's First Love) -Farmakologi Cinta -Baron, The Greatest Animagus -Menikahi Barista Ganteng (sekuel Terima Aku Apa Adanya)

Santi_Sunz · Urban
4.9
360 Chs

Satu Malam Liar

Lucinda Perry, seorang penyendiri sosial dan pekerja keras, berjanji pada dirinya sendiri untuk benar-benar menggila di ulang tahunnya yang ke-25 dan bahkan mencetak one night stand jika ia mendapatkan promosi yang sudah lama ditunggu di pekerjaannya. Beberapa hari sebelum ulang tahunnya yang ke-25, dia dipromosikan ke posisi yang lebih tinggi dan tidak hanya itu, tapi ke kantor pusat di kota yang berbeda. Harus menghabiskan malam ulang tahunnya di kota baru, dia pergi ke klub di mana dia bertemu dengan orang asing tampan, Thomas Hank, yang menawarkan diri untuk menjadi one night stand-nya setelah melihat daftar berani-melakukannya, yang termasuk memiliki satu malam berdiri. Thomas Hank, setelah digunakan oleh beberapa wanita di masa lalu, bertekad untuk mendapatkan wanita impiannya yang akan mencintainya untuk dirinya sendiri dan bukan karena kekayaannya. Jadi ketika dia bertemu Lucinda Perry yang imut dan polos di klub, dia memutuskan untuk menjaga identitas aslinya dari dia dan mencari tahu apakah dia layak untuk dia pertahankan. ***Excerpt*** Apa yang lebih menghibur daripada sisi karakter yang gila? Katakan halo pada Sonia dan Bryan. Jantung Sonia berhenti berdetak sebentar, lalu berbagai pemikiran mulai berterbangan di kepalanya pada saat yang sama. Bryan Hank? Idola selebriti yang dia naksir sedang berlutut tepat di depannya dan memintanya untuk menjadi istrinya? Apakah dia salah mengira dia dengan orang lain? Apakah mungkin ini adalah lelucon, atau mungkin ini seperti salah satu lelucon selebriti dan ada kamera-kamera di sekitar, menunggu untuk merekam dia membuat dirinya tampak bodoh? Atau mungkin dia sedang bermimpi? Sonia bertanya-tanya sambil melihat-lihat sekitar mereka, tetapi yang dia lihat hanyalah penonton yang penasaran. "Tolong! Jadilah istriku dan buat aku menjadi pria paling bahagia di Bumi," katanya dengan suara keras yang menarik perhatian semua orang. Editornya yang telah ditunggunya selama lebih dari satu jam karena dia mencoba menandatangani kesepakatan dengan produser film yang tertarik dengan salah satu ceritanya, muncul saat itu juga, "Sonia, kamu kenal Bryan Hank?" Tanyanya dengan heran saat melihat adegan di depannya. Sepertinya sudah berjam-jam sejak Bryan berlutut, tapi ternyata baru satu menit. Bryan tahu tidak ada wanita yang cukup gila untuk menerima proposal gila seperti itu, dan bahkan jika ada yang mau menerima, membayarnya dan membatalkan keseluruhan hal tersebut akan mudah karena yang dia inginkan hanyalah skandal yang bisa terjadi dari situ. Judul beritanya mendatang akan tentang proposal pernikahan yang ditolak atau pertunangannya yang dikatakan, yang cukup membuat Sophia lepas dari kaitannya. "Ya!" Jawab Sonia dengan semangat sambil menganggukkan kepalanya dan mengulurkan jarinya agar dia memakaikan cincin pertunangan. "Ya?" Tanya Bryan dengan bingung saat mendengar jawabannya. "Ya! Aku akan menjadi istrimu dan membuatmu menjadi pria paling bahagia di dunia!" Sonia berkata dengan tertawa dan menggerakkan jarinya hingga Bryan memasukkan cincin itu ke jarinya. Secara mengejutkan cincin itu adalah ukuran yang tepat untuknya, dan duduk di jarinya seolah-olah dibuat khusus untuknya. Suara tepuk tangan meledak di sekitar mereka saat Sonia berdiri dengan senyum lebar di wajahnya dan memeluk Bryan sebelum menciumnya tepat di bibir. Bryan sedikit terkejut dengan keberaniannya tapi cepat pulih karena ini adalah permainannya, dan dia harus ikut serta. Dia lah yang mendekatinya terlebih dahulu, bagaimanapun juga. Jadi ketika dia mencoba memutuskan ciuman, dia memegang dagunya dan perlahan menggigit bibir bawahnya sebelum membuka bibirnya dengan lidahnya dan mengisapnya dengan cara yang menggoda, mengeluarkan desahan dari Sonia. Sonia merasa pusing. Ini terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. Itu haruslah mimpi. Bagaimana lagi dia bisa menjelaskan bahwa pada suatu saat dia duduk di lobi hotel menunggu editornya, dan pada saat berikutnya dia bertunangan dengan idola selebriti yang dia naksir dan menciumnya di sini di depan umum?

Miss_Behaviour · Urban
Not enough ratings
1005 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest

SUPPORT