4 RIWAYAT GAGAL GINJAL

"Pak Ardian, Pak Ardian...apa Bapak baik-baik saja di dalam?" tanya Mak Jum dengan suara gemetar.

Nayla dan Mak Jum saling berpandangan, tak ada jawaban sama sekali dari dalam.

"Bagaimana ini Mak Jum? aku jadi takut Mak." ucap Nayla ketakutan, takut jika Ardian tiba-tiba meninggal di dalam kamar mandi.

"Kamu tunggu di sini ya Non, biar Mak Jum panggil Mang Maman tetangga sebelah biar kamar mandi Pak Ardian di dobrak." ucap Mak Jum beranjak keluar kamar.

Nayla yang masih di depan pintu kamar mandi memasang telinganya lebih seksama lagi.

Beberapa menit kemudian, Mak Jum datang bersama Mang Maman.

"Di dalam kamar mandi Pak Ardiannya Mang, ayo cepat di dobrak kasihan sudah dari tadi di dalam." ucap Mak Jum dengan panik.

Nayla yang sedari tadi berdiri semakin berkeringat dingin menunggu Mang Maman mendobrak pintu.

Beberapa kali Mang Maman mendobraknya akhirnya pintu terbuka, terlihat tubuh Ardian tergeletak di dalam kamar mandi yang sudah tidak sadarkan diri.

"Ya Tuhan Pak Ardian, kenapa sampai begini?" ucap Mang Maman sambil memapah tubuh Ardian yang cukup kekar, sampai ke tempat tidur.

"Mak Jum, Pak Ardian harus di bawa ke rumah sakit, pasti ginjal Pak Ardian kambuh lagi kalau sampai pingsan seperti ini." jelas Mang Maman yang selalu dengar bagaimana saat Ardian kambuh ginjalnya.

"Sapa yang membawa Pak Ardian Mang, kita kan tidak bisa bawa mobil?" tanya Mak Jum pada Mang Maman.

"Non Nayla bisa tidak bawa mobil?" tanya Mak Jum pada Nayla yang masih terpaku dengan semua yang di lihatnya.

Nayla mengangguk ragu, sungguh sebenarnya Nayla tidak ingin terlibat dengan masalah seperti ini.

"Ya sudah Non, baiknya Non Nayla yang bawa mobil, biar Mang Maman yang jaga Pak Ardian." ucap Mak Jum pada Nayla yang belum menjawab mau tidaknya membawa Ardian ke rumah sakit.

"Ayo Non cepat keluarkan mobil Pak Ardian, biar Mang Maman yang mengangkat Pak Ardian ke mobil." ucap Mak Jum yang sedari tadi bicara.

"Kuncinya mana Mak?" tanya Nayla seperti orang linglung tidak tahu harus berbuat apa.

Mak Jum melihat ada kunci di atas meja, segara di ambilnya dan di berikannya pada Nayla.

"Ini mungkin kunci mobilnya ya Non?" ucap Mak Jum kemudian membantu Mang Maman memapah Ardian berjalan ke tempat mobil yang ada di halaman depan.

Dengan perasaan ragu dan berat hati, Nayla terpaksa mengikuti apa kata Mak Jum.

Nayla masuk ke dalam mobil dan mengeluarkannya dari halaman depan setelah Ardian masuk ke mobil bersama Mang Maman.

"Mang Maman, apa rumah sakit di sini masih tetap sama tempatnya, dekat sekolah SD Taruna?" tanya Nayla pada Mang Maman sebelum menjalankan mobilnya.

"Ya Non, masih tetap sama." ucap Mang Maman sambil melihat Ardian yang masih belum sadarkan diri.

Tiba di rumah sakit yang tidak terlalu besar seperti di kota, Nayla keluar dari mobilnya dan berjalan ke tempat UGD untuk memberitahu pada dokter jaga kalau ada pasien yang dalam keadaan pingsan.

Beberapa perawat segera membawa brangkar dorong ke mobil Ardian, mengangkat Ardian dan membaringkannya di atas brangkar.

Dengan cepat Ardian di tangani Dokter jaga dan beberapa perawat yang ada di UGD.

Nayla melihat jam di tangannya yang sudah menunjukan pukul empat sore.

Pikiran dan hati Nayla gelisah karena masih belum pulang ke rumahnya.

Dengan berat hati Nayla mengirim pesan pada orang tuanya kalau dia masih belum bisa pulang dengan alasan Nayla tidur di rumah Zanna yang sedang ada hajat.

"Mimpi apa aku semalam ya Tuhan?" ucap Nayla dalam hati yang tidak menyukai keterlibatannya ini.

"Permisi apa ada keluarga dari pasien Ardian Adhlino Gavin?" tanya Dokter jaga pada Nayla dan Mang Maman.

"Keluarga Pak Ardian tidak ada Dokter, tapi ini ada calon istri Pak Ardian Non Nayla." jawab Mang Maman dengan polosnya.

Nayla menelan air ludahnya, dengan perasaan gemas pada Mang Maman yang asal bicara.

"Ohh, ya sudah tidak apa-apa, begini pasien sekarang sudah di pindahkan ke kamar inap, saya hanya memberitahukan daftar riwayat pasien di rumah sakit ini sudah lama menjalani cuci darah di setiap bulannya, pasien mengalami gagal ginjal, jadi saya sarankan pasien tidak terlalu banyak aktifitas atau itu nanti semakin memperparah ginjalnya." jelas Dokter jaga itu sambil membawa berkas daftar riwayat Ardian.

Nayla yang mendengarkan penjelasan Dokter jaga tersebut hanya bisa diam tanpa bisa memberikan komentar apapun selain hanya menganggukkan kepalanya.

"Mang, memang sudah berapa lama Pak Ardiannya sakit gagal ginjal?" tanya Nayla sekedar ingin tahu, sambil berjalan beriringan dengan Mang Maman menuju kamar inap di mana Ardian di pindahkan.

"Hampir empat tahun lebih mungkin Non, sejak Pak Ardian mengajar kemudian resign saat sakit yang cukup lama." ucap Mang Maman dengan sedih jika mengingat bagaimana waktu Ardian sakit, hanya Ummah dan Istrinya yang merawat Ardian karena Ardian tak pernah bercerita pada saudara-saudaranya yang sudah tidak serumah lagi.

"Ini kamar Pak Ardian ya Non?" tanya Mang Maman yang lupa nomor kamar Ardian.

"Ya benar kamar ini Mang." jawab Nayla.

"Begini Non, maaf sebelumnya..saya mau pulang sebentar karena sudah ada janji mengantar istri yang mau pulkam menengok orang tua." jelas Mang Maman dengan kepala tertunduk.

"Terus kalau Mang Maman tidak di sini terus siapa yang jaga Pak Ardian?" tanya Nayla dengan gusar.

"Begini Non, biar nanti saya memberitahu Mak Jum untuk menemani Non Nayla di sini." ucap Mang Maman.

"Loh kok menemani saya Mang, saya mau pulang Mang, saya tidak menjaga Pak Ardian, dan lagi dari pagi saya sudah membantu Pak Ardian Mang." ucap Nayla sedikit kesal dengan apa yang terjadi.

"Tolong Non, hari ini saja, besok paling Bik Ummah sudah datang dari desanya." ucap Mang Maman dengan nada memohon.

"Aku tidak bisa Mang, panggil Mak Jum saja ke sini Mang, kalau Mak Jum datang aku bisa pulang." ucap Nayla sedikit uring-uringan.

"Ya Non, ya sudah saya pulang dulu, nanti saya akan bilang pada Mak Jum untuk bisa ke sini mengantikan Non Nayla." ucap Mang Maman sedikit takut melihat wajah Nayla yang terlihat marah.

"Ya sudah Mang, hati-hati..jangan lupa Mak Jum suruh ke sini ya Mang." ucap Nayla mengingatkan lagi Mang Maman.

Setelah Mang Maman pergi Nayla masuk ke dalam kamar Ardian.

Nayla duduk di kursi dekat ranjang Ardian yang masih belum sadar.

Wajah Ardian terlihat sangat pucat

Di amatinya lagi wajah Ardian yang ternyata adalah guru penggantinya saat masih di SMA.

"Perubahannya banyak sekali pantesan aku sama sekali tidak mengenalinya, dulu Pak Ardian sangat kurus dengan rambutnya yang sedikit panjang serta sedikit brewokan, dan sekarang terlihat bersih, dan tampan walau sudah sedikit tua, ehh kenapa aku malah memujinya." gumam Nayla dalam hati.

"Nayla." panggil Ardian dengan tiba-tiba masih dengan mata yang terpejam.

Nayla mengedipkan matanya, dengan hati terkejut, apa pendengarannya tidak salah kalau Ardian barusan memanggil namanya??

"Webnovel kontrak"

avataravatar
Next chapter