webnovel

CINTA YANG TERPENDAM

"Nayla." panggil Ardian dengan tiba-tiba masih dengan mata yang terpejam.

Nayla mengedipkan matanya, dengan hati terkejut, apa pendengarannya tidak salah kalau Ardian barusan memanggil namanya??

Nayla mengamati bibir Ardian yang pucat, apa ada gerakan dan mengeluarkan suara atau tidak.

"Emm apa dia mengucapkan sesuatu? aku rasa tidak, aku semakin tak mengerti dengan Ardian ini, kenapa dia begitu banyak menyimpan foto-fotoku masa sekolah di rumahnya ya? apa dia ada sesuatu padaku? ahhh tidak mungkin, sikap Ardian dulu biasa-biasa saja kepadanya, malah lebih dekat sama Zanna, atau Ardian suka sama Zanna, di foto-foto itu kan ada foto Zanna juga? tapi kenapa kode ponselnya tanggal lahirku? bukan tanggal lahir Zanna? bingung aku dengan Ardian ini." ucap Nayla dalam hati masih menatap wajah Ardian.

"Nayla." panggilan itu terdengar lagi dan kali ini Nayla tahu siapa yang telah memanggilnya, Ardian!

"Ehh, bapak...bapak sudah sadar?" tanya Nayla melihat mata Ardian yang terbuka berlahan, tangan Ardian pun bergerak pelan.

Ardian menatap Nayla dengan tatapan yang membuat hati Nayla risih.

"Kenapa Ardian menatap ku seperti itu? perasaanku jadi tidak enak." ucap Nayla dalam hati mengalihkan pandangannya ke tempat lain.

"Apa yang terjadi?" tanya Ardian mencoba untuk duduk namun tubuhnya sangat lemas sekali.

"Bapak berbaring saja dulu, tubuh bapak masih lemas." ucap Nayla menahan pundak Ardian saat Ardian masih memaksakan diri untuk bangun.

"Aku mau mengambil air minum." ucap Ardian masih berusaha bangun.

"Bapak berbaring saja, biar aku yang mengambilkan minum." ucap Nayla yang sedikit tidak tega kalau melihat orang yang sedang sakit.

Nayla mengambil segelas air putih di atas meja, kemudian dengan mengangkat sedikit kepala Ardian, Nayla membantu Ardian minum airnya seteguk demi seteguk.

"Sudah pak?." tanya Nayla masih memegang gelas di tangannya.

Ardian mengangguk lemah.

"Trimakasih Nayla, kamu belum menjawab pertanyaanku, kenapa aku di sini?" tanya Ardian menatap wajah Nayla lekat-lekat.

Nayla meletakkan kembali gelasnya di atas meja, kemudian membalas tatapan Ardian yang begitu sayu.

"Bapak pingsan di kamar mandi, kami bertiga yang membawa bapak ke sini, Mang Maman harus pulang, Mak Jum sebentar lagi datang menggantikan saya." jelas Nayla yang jadi ingat Mak Jum yang seharusnya sudah datang.

"Kamu belum pulang ke rumah?" tanya Ardian melihat baju Nayla yang masih tetap sama dengan pagi tadi.

Nayla menggelengkan kepalanya.

"Belum pak." jawab Nayla singkat.

"Pulanglah sekarang, sebelum malam." ucap Ardian dengan suaranya yang berat tapi lembut.

"Mak Jum belum datang pak, kalau saya pulang siapa yang jaga bapak?" ucap Nayla sambil melihat jam tangannya.

"Tidak apa-apa, jangan kuatirkan aku, nanti aku bisa panggil perawat yang biasanya menjagaku di sini jika aku sakit." ucap Ardian yang tak ingin menahan Nayla jika Nayla merasa tak nyaman.

"Benar pak? bapak tidak apa-apa?" tanya Nayla memastikan lagi jika Ardian sudah membaik.

"Benar, aku tidak apa-apa, pulanglah Nay." ucap Ardian dengan tersenyum lemah.

"Hmm, baiklah pak.. sebentar lagi Mak Jum juga datang kok Pak." ucap Nayla merasa tidak enak juga kalau meninggalkan Ardian begitu saja.

Ardian mengangguk kecil dan tersenyum.

"Baiklah pak, saya pulang dulu ya pak?" ucap Nayla dengan sedikit ragu untuk meninggalkan Ardian.

Nayla mengambil ranselnya, kemudian berjalan hendak keluar kamar.

"Hati-hati di jalan Nay." ucap Ardian yang tak lepas menatap Nayla dengan perasaan sedih karena kembali dalam kesepiannya.

Entah kenapa mendengar ucapan Ardian yang mengingatkan dirinya untuk hati-hati, membuat hati Nayla tidak tega.

Sambil menghela nafas panjang, Nayla kembali berjalan menghampiri Ardian dan meletakkan tas ranselnya di samping meja.

Hati Ardian yang barusan merasakan kesepian yang mendalam, tiba-tiba kembali menghangat saat Nayla kembali menghampirinya.

"Ada apa Nay, apa ada yang tertinggal?" tanya Ardian menatap lembut wajah Nayla yang terlihat bingung.

"Tidak ada pak, tidak enak saja kalau saya meninggalkan bapak sendirian di sini, sudah kepalang basah menolong bapak, saya tunggu sampai Mak Jum datang ya pak?" ucap Nayla sedikit tidak enak kalau Ardian berpikir hal lain tentang dirinya.

"Hmm, trimakasih Nay." ucap Ardian dengan hati yang tenang, dan semangat hidup yang tiba-tiba dia rasakan.

"Oh ya pak, sambil menunggu Mak Jum datang, boleh saya menanyakan sesuatu pak?" tanya Nayla yang masih penasaran dengan foto-foto yang ada di rumah Ardian.

Ardian mengangguk pelan.

"Apa bapak dulu pernah mengajar di sekolah saya pak? karena saya lihat ada beberapa foto saya di rumah bapak?" tanya Nayla tanpa basa basi.

Ardian terdiam berpikir keras bagaimana menjawab pertanyaan Nayla, jujur atau harus menyimpan perasaannya sampai akhir hayatnya.

"Ya benar aku dulu pernah mengajar di sana sebagai guru penggantimu." ucap Ardian jujur.

"Hmm, saya juga berpikir begitu kemarin pak setelah melihat foto itu, beda banget penampilan bapak dulu sama sekarang hampir saya tidak mengenal bapak lagi." ucap Nayla tak berhenti.

"Apa penampilanku sekarang terlihat jelek Nay?" tanya Ardian menatap lembut Nayla.

"Ohh tidak Pak, bapak terlihat tampan sekarang walaupun usia bapak yang tidak muda lagi." ucap Nayla apa adanya.

Ardian termenung dengan jawaban Nayla, yang tak menampik jika usianya memang sudah matang hampir kepala empat.

"Kamu sendiri terlihat semakin cantik dan dewasa Nay, tidak seperti dulu yang cuek dengan penampilan." ucap Ardian kenapa dia dulu suka sama Nayla hingga sekarang.

"Bapak bisa saja, sekarang kan saya di tuntut harus berubah karena harus mencari pekerjaan, jadi penampilan sangat penting pak." jawab Nayla sedikit mulai nyaman setelah berbincang santai dengan Ardian.

"Oh ya pak, ada lagi sebenarnya yang ingin saya tanyakan, semoga ini pikiran saya yang salah, kode ponsel bapak kenapa sama dengan tanggal kelahiran saya ya Pak?" ucap Nayla menatap dalam wajah Ardian yang masih pucat.

Ardian menekan pelipisnya, seakan inilah pertanyaan yang sangat berat untuknya, mungkin sudah waktunya aku harus mengungkapkan perasaanku yang sekian lama terpendam.

"Ya itu tanggal kelahiranmu Nay." jawab Ardian jujur dengan perasaan yang selama ini di simpannya bertahun-tahun.

"Ohh,." ucap Nayla dengan sedikit kepala berputar entah pikirannya terasa blank seketika.

"Aku menyukaimu sejak aku menjadi guru penggantimu, di mataku kamu berbeda dengan teman-temanmu, kamu begitu apa adanya dengan penampilanmu dan kamu tidak perlu bermanis-manis pada semua orang yang di dekatmu, aku mencintaimu waktu itu, tapi aku tidak bisa mengatakannya, karena kamu sama sekali tak pernah mencoba untuk dekat denganku, kamu sudah ada Kenzo yang menjadi pacarmu waktu itu, jadi aku menyimpan perasaanku sampai sekarang, aku mencintaimu sampai saat ini yang selalu berharap tiap saat kamu segera kembali dari kota, dan akhirnya kini kamu kembali." ucap Ardian menatap Nayla yang terpaku di tempat duduknya.

"Webnovel kontrak"

Next chapter