webnovel

Pencarian Bukti?

Redwood Pack

Sesuai perjanjian kerja sama yang telah disepakati. Raja Carlen, Noura dan Aaron datang ke Redwood Pack.

Berbekal ingatan jenderal Nehan yang berhasil dilihat oleh Noura. Kali ini, Noura pun akan melakukan hal yang sama pada salah satu werewolf yang kasusnya sama-sama lupa ingatan, setelah ditemukan di pinggiran Hutan Redwood.

Orlan dan Dafa membawa ketiga vampir tersebut ke sebuah kamar yang terdapat di rumah sakit pack. Kamar itu dijaga ketat oleh beberapa warior. Merujuk dari pernyataan Noura yang mengatakan hewolf itu bisa jadi aset berharga untuk menemukan keberadaan dia.

Mereka melangkah masuk. Seorang laki-laki sedang duduk termenung di tepi ranjang. Aura werewolf dalam dirinya terlihat melemah.

"Jimmy." Dafa menyapa. Hewolf itu menoleh, senyumnya merekah melihat kehadiran Alpha dan Beta yang akhir-akhir ini sering mengunjunginya. Iya, aneh memang. Di ingatannya hanya ada wajah dan nama, Alpha dan Beta-nya itu. Membuat semua yang mengetahui hal ini, pastinya bingung dan heran.

Jimmy bangkit, dia terkejut melihat vampir yang berdiri di belakang Alpha dan Beta-nya.

"Seperti yang saya bilang kemarin." Dafa mendekati Jimmy, menenangkan hewolf itu yang terlihat ketakutan. "Mereka Raja Carlen, Putri Noura dan Pengawal Aaron dari Kerajaan Appalachia." Jimmy mengangguk samar.

Noura berdiri di depan Jimmy. "Saya akan membantumu, Jimmy. Saya akan berusaha agar kau ingat kembali." Noura tersenyum lembut. Jimmy terpana melihat senyuman itu. "Tetapi ingatan ini hanya akan bertahan selama dua hari. Kau harus mempergunakannya dengan sangat baik. Mungkin kau bisa mencatat nama berserta kenangan indah dengan orang tersebut, supaya setelahnya, kau bisa mengingatnya sendiri."

Jimmy mengangguk paham. Noura menyuruh hewolf itu duduk di kursi dan menutup mata. Noura memberi tahu Jimmy untuk berusaha menahan rasa sakit dan jangan membuka mata sampai dia mengatakan 'selesai'. Noura duduk di sampingnya, menggenggam kedua tangan Jimmy dan merapalkan mantra yang begitu panjang dengan bahasa yang hanya dimengerti oleh kalangan vampir.

Tubuh Jimmy bergetar, hewolf itu menggigit bibir bawahnya menahan sakit yang luar biasa, kepalanya seperti akan pecah berkeping-keping.

Noura juga menahan sakit, kegiatan seperti ini menguras seperempat tenaganya.

Carlen dan Aaron melihat Noura yang terlihat akan ambruk sebentar lagi. Sepertinya membangkitkan ingatan makhluk selain vampir, sangat menguras tenaga. Keduanya hanya berharap, semoga ini berhasil. Ini pertama kali bagi Noura membangkitkan ingatan makhluk immortal lain.

Orlan dan Dafa mengernyitkan kening. Mereka juga merasakan aura Noura yang semakin melemah. Jimmy banjir keringat dan sempat kejang.

Hanya perlu waktu selama lima menit, tetapi bagi Jimmy seperti berjam-jam. Noura melepaskan tangannya dari tangan Jimmy, dia menarik napas panjang. Melelahkan. Batinnya. "Selesai. Sekarang coba buka matamu secara perlahan." Jimmy mengikuti saran Noura, matanya mengerjap pelan.

"Aku merasakan serigalaku kembali."

Noura tersenyum lega. Keempat pria yang ada di belakangnya kompak mengembuskan napas lega secara berlebihan. Saat lupa ingatan, Jimmy juga kehilangan serigala dalam dirinya. Sama halnya dengan jenderal Nehan yang kehilangan kekuatan vampir.

"Sudah merasa baikkan?" Jimmy mengangguk. "Baiklah, saya akan melihat ingatanmu melalui mata. Sekarang coba kau ingat, bagaimana kau bisa berada di pinggiran Hutan Redwood." Noura menatap lekat mata Jimmy, iris mata cokelatnya berubah menjadi merah darah. Awalnya Jimmy sempat terkejut dan ketakutan, tetapi dia merasa tenang dengan melihat senyuman lembut dan tulus yang sangat menyejukkan, milik tuan putri vampir yang ada di hadapannya itu.

Orlan mengembuskan napas kasar. Noura itu suka sekali tebar senyuman. Dia harus sabar dan tenang. Bila tidak ada raja Carlen dan Aaron, dia pasti sudah memelototi Jimmy dan memberinya peringatan keras, jangan terpesona dan jangan memandangi mate-nya seenaknya seperti itu! Tunggu sebentar, Orlan tidak bisa memarahi Jimmy. Karena belum waktunya dia memberi tahu kalau Noura merupakan mate-nya.

**

Tongass Pack

Ini merupakan hari tersibuk bagi Vander. Berangkat pagi buta dari Kerajaan Hamakua lalu langsung menuju Kerajaan Appalachia, karena Carlen sudah tidak sabar ingin melihat isi kertas ramalan dari ayahnya. Setelah itu, siang harinya dia pergi ke Tongass Pack dan sampai di Tongass Pack malam hari. Andai saja dia bisa menggunakan kekuatan berlari kencang, Vander akan mempergunakannya dengan senang hati. Daripada harus naik pesawat apalagi mobil.

Leon yang berniat tidur karena mengira Vander tidak akan datang hari ini, dia pun menyempatkan minum kopi dua gelas supaya matanya dapat terjaga selama menemani pangeran vampir itu di hutan.

Vander, Leon dan Winko berjalan menyelusuri hutan. Leon menunjukkan salah satu pohon yang pada batangnya ditemukan darah berwarna hitam. Pada area batang itu ditutupi plastik agar tidak menghilang saat terkena air hujan.

Vander dipersilakan untuk membuka plastik itu. Dia mengamati darah yang menempel di pohon. Seharusnya dia mengajak Darren. Darren mempunyai mata yang sangat tajam, salah satunya dapat membedakan darah vampir murni dan bukan, tetapi adiknya itu tidak mau ikut campur dalam masalah ini. Vander berusaha mencium darah tersebut yang bercampur dengan aroma pohon.

Leon dan Winko saling memandang. Mereka sama sekali tidak mengerti apa yang sedang pangeran vampir itu lakukan dan apa yang akan pangeran itu lakukan selanjutnya.

Vander berjongkok, membuat Leon terkejut. Dia tidak mau mengganggu, dia berusaha tidak bertanya apa pun atau menawarkan bantuan, takut mengganggu konsentrasi Vander.

Vander mengambil sejumput rumput dan menciumnya, lalu menaruhnya kembali ke atas tanah. Sekarang dia mengambil tanah dan menggenggamnya erat, selanjutnya dia mencium dan kali ini tanahnya tidak dia taruh kembali ke tempat asal.

Vander berdiri, menoleh pada Leon dan Winko. Kedua hewolf itu membelalak terkejut, melihat mata Vander yang merah menyala. Hampir saja jantung mereka copot.

Vander terkekeh. "Maaf, membuat kalian terkejut." Vander merasa bersalah. Leon dan Winko terlihat sangat syok.

"Kami sudah lama tidak melihat vampir. Maksudnya mata vampir yang merah." Leon menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Vander tersenyum memaklumi.

Vander kembali memandangi darah hitam yang ada di pohon. "Aneh. Half werewolf dan half penyihir."

"Apa?" Leon menganga. Apa dia salah dengar?

"Di Hutan Appalachia yang menyerang jenderal Nehan, merupakan half vampir dan half penyihir." Vander melepaskan tanah yang ada di genggamannya. Leon mengangguk, dia sudah mendengar kabar ini dari Dafa. "Di sini ...." Vander tidak melanjutkan ucapannya. Dia menjadi penasaran dengan apa yang Noura temukan. Apa half vampir dan half penyihir atau half werewolf dan half penyihir? Tetapi sayangnya, Noura hanya bisa melihat ingatan masa lalu, tetapi tidak dapat mengidentifikasi jenis makhluk apa yang dilihatnya.

"Pangeran, jadi half werewolf dan half penyihir? Apa saya tidak salah dengar?" Leon kembali bertanya. Vander bukannya menjawab ucapannya, malah bergumam sendiri.

Vander menoleh. "Darah dan jejak kaki ini, baunya sama. Ini bukan darah vampir. Mungkin ini yang terjadi, bila werewolf dan penyihir menikah, maksudnya darah anak mereka akan berwarna hitam."

Leon dan Winko melongo. Jelas ini sangat aneh. Setelah perang kedua terjadi, bangsa penyihir hilang seperti ditelan bumi. Selama ini juga tidak pernah terdengar, ada werewolf yang memiliki mate penyihir atau unmate

—mate-nya telah mati. Semua werewolf memiliki mate atau ada yang menyembunyikan bangsa penyihir?

Sama halnya dengan vampir. Bagaimana bisa ada yang memiliki darah vampir dan penyihir? Jelas-jelas pemilik half blood hanya dari keluarga Spencer dan Ventura.

Raja Alison menikahi ratu Cassie yang berasal dari keluarga Spencer dan Raja Aldwin menikahi ratu Janneva dari keluarga Ventura. Sampai sekarang tidak ada yang tahu, siapa anak dari kedua pasangan itu yang merupakan half blood.

**

Kerajaan Appalachia

"Putri Nancy, kenapa kau selalu mengikutiku?" Darren mendesis. Dia sedang berdiri di depan pintu kamar mendiang Lucia.

Nancy terkekeh kecil." Jadi selama ini kau pura-pura tidak tahu, ya?" Dia berjalan mendekat lalu bersender pada pintu, menatap Darren yang tidak berniat menoleh padanya. "Aku tahu alasan sebenarnya kau ke Hutan Chugach. Segala alasan yang kau katakan pada putra mahkota Vander hanya untuk menutupi kebodohanmu. 'Aku hanya ingin jalan-jalan mengelilingi negeri ini.' Alasan yang justru membuat kau semakin dicurigai. Terlalu ambigu." Nancy mengingat ucapan Vander yang mengatakan alasan Darren pada raja Carlen, tempo hari.

"Untuk apa juga kau ke Alaska? Kau tidak seperti aku, Noura dan Vander yang terbiasa bergaul dengan manusia. Tidak ada satu pun vampir yang hidup di Kota Alaska."

Darren tertawa. "Ya, ya. Memang sengaja agar kalian semakin curiga, kalau aku bersekutu dengan dia."

"Bodoh. Tapi sayangnya, kami justru diam. Tidak terlalu penasaran dengan apa yang selama ini kau lakukan bersamanya. Sampai kapan kau bersandiwara?"

Darren tertawa hambar. Dia menatap Nancy lurus. "Apa kau masih bersikeras mengajakku bergabung dengan kalian?"

"Satu-satunya cara agar kau selamat. Lagi pula, kau tidak tahu apa pun yang dia lakukan."

"Dia itu ayahmu, Nancy. Aku hanya sekadar mengingatkan."

Nancy tersenyum sinis. "Sudah lama aku tidak menganggapnya ayah. Dia itu monster, yang haus akan balas dendam."

"Aku terkadang mengira kau sama seperti dia, akh-" Darren meringis lengannya dipukul Nancy.

"Bergabunglah dengan kami. Selama ini kau hanya dimanfaatkan oleh dia. Lihat, kau bahkan tidak bisa mempergunakan kekuatan itu." Nancy berbisik tepat di telinga Darren. "Sebelum semuanya sadar. Mungkin saja kekuatan itu berasal darimu." Nancy menepuk pundak Darren, dia melenggang pergi meninggalkan Darren yang bergeming di tempat seraya memikirkan ucapannya. Darren memukul pintu yang ada di depannya. Niatnya untuk memasuki kamar mendiang Lucia menguap sudah. Darren mengusap wajah kasar.

**

Di sebuah ruangan yang dipenuhi oleh lukisan. Dengan cahaya terang dari lampu yang menyilaukan mata.

Ferin tersenyum miring seraya melihat lukisan sebuah pohon besar yang sangat rindang, "Raja Carlen dan putri Lucia datang ke Redwood Pack. Putra Mahkota Vander ke Tongass Pack. Pangeran Darren mulai goyah pada pendiriannya."

"Apa?" Wanita berambut pirang itu terkejut. "Hei, kenapa kau memanggilnya putri Lucia? Kau bahkan belum mempunyai bukti yang kuat."

Ferin duduk di atas kursi kebesarannya. Tidak berniat membalas pertanyaan wanita itu. Dia mengelus dagunya. Ini sesuai dengan perkiraannya, satu minggu yang lalu, dia mendapatkan kabar bahwasanya Alpha dan Beta dari Redwood Pack datang ke Kerajaan Appalachia. Berarti kesimpulannya hanya satu, yaitu, "Mereka bekerja sama." Dia tersenyum sinis.

Wanita itu menarik napas panjang. "Ini diluar dugaan. Kau harus membuat rencana baru."

Ferin mengerutkan kening. Tengah berpikir keras. "Tentunya, aku mempunyai rencana lain."

"Apa rencana Anda, Tuan?"

"Aku belum mendapatkan bukti baru," gumam lelaki itu gusar.

Wanita itu memutar bola mata. "Kau bahkan berhasil membuat perang kedua terjadi. Lalu menyegel bangsa penyihir. Aku pikir ini tidak sesulit waktu itu."

Ferin menatap wanita di depannya datar. "Dengar. Sudah ratusan kali aku bilang. Aku sama sekali tidak menyegel bangsa penyihir. Itu diluar rencanaku! Aku tidak tahu siapa yang melakukannya!"

Wanita itu mengedikkan bahu. "Kenapa pangeran Darren sampai sekarang tidak bereaksi? Dia membaca kertas ramalan yang kau kasih, bukan?"

Ferin menggeleng. "Tidak. Dia tidak membacanya. Dia terlalu senang mendengar putri Lucia yang kemungkinan masih hidup."

"Pangeran bodoh."