webnovel

Malam yang Indah

Noura tersenyum melihat pesan dari Orlan, dia segera membalasnya. Tiba-tiba dia teringat kembali ucapan Darren kemarin malam, yang mengatakan akan menepati janji untuk menikahinya.

Noura menopang dagu, dia sedang duduk di depan meja rias. Melihat wajahnya melalui pantulan cermin itu. Matanya melirik jepit rambut yang ada di atas meja dan cincin hitam yang melingkar di jarinya. Dia tersenyum lebar mengingat Orlan.

Apa yang akan terjadi pada hubungannya dengan Orlan? Darren terlihat masih mencintai dirinya. Andai Noura bisa melihat masa depan seperti ibundanya, alih-alih melihat masa lalu. Dia tidak perlu risau karena sudah mengetahui nantinya dia akan menikah dengan siapa? Orlan atau Darren?

Noura dikejutkan dengan bunyi notifikasi pesan yang terus-menerus. Ada dua puluh pesan dari Orlan. Ternyata dari tadi dia melamun?

Noura segera mengetik, tapi berhenti. Dia menggigit bibir bawahnya, menimbang-nimbang. Sebelum akhirnya memutuskan melakukan panggilan video dengan Orlan, dia menutup wajahnya malu. Ini pertama kalinya, biasanya Orlan yang menghubungi lebih dulu.

Di sana, Orlan terkejut bukan main. Matanya mengerjap-ngerjap, tidak percaya apa yang dia lihat. Noura mengajaknya video call-an? Ini benaran? Apa Noura salah pencet? Selama ini, paling Noura hanya meneleponnya. Bahkan Jay di dalam sana, sudah berteriak-teriak mengomelinya agar cepat menerima, karena serigalanya itu juga rindu ingin melihat wajah mate mereka.

"Halo?" Orlan berdeham. Keningnya mengerut, melihat Noura yang sedang menutup wajah.

Noura tersentak, mendengar suara yang sangat familier di indra pendengarannya itu. Perlahan dia menarik tangan dari wajahnya, lalu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hai ...."

Orlan tersenyum, Noura sampai sekarang masih saja malu-malu padanya. "Apa kamu salah pencet? Biasanya kamu hanya meneleponku."

Mata Noura bergerak gelisah lalu menggeleng pelan. "Tidak salah pencet. Aku hanya ingin," lirih Noura. Jangan diingatkan, dia sudah membuat kamarnya kedap suara. Sekarang dia dalam posisi yang sangat berbahaya sebab kamar Darren bersebelahan dengannya.

Orlan tertawa pelan. Noura terkejut, matanya menyipit. Demi Dewa, ini pertama kalinya Noura mendengar Orlan tertawa.

"Kamu sangat menggemaskan." Orlan tersenyum sangat lebar dan itu menambah kadar ketampanannya. Noura kembali terkejut. Demi Para Dewa dan Dewi, ini juga pertama kalinya dia melihat Orlan tersenyum sangat lebar. Selama ini hanya tersenyum tipis, kadang malah sampai tidak terlihat sama sekali.

"Noura? Kamu kenapa?" Orlan heran. Noura menatapnya begitu intens. Apa ada sesuatu di wajahnya?

Noura tersadar dari keterkejutannya, dia tersenyum kikuk. Dia menyadari satu hal. "Orlan, ada sesuatu di tanganmu."

Orlan mengernyitkan dahi. "Apa?" Dia melihat tangannya yang bebas.

"Itu ... ada luka panjang." Noura menunjuk tangan Orlan, ada luka seperti cakaran yang lumayan panjang. Orlan memang suka melipat kemejanya sampai ke siku.

"Oh, ini."

Noura mengerutkan kening. Melihat respons Orlan yang terlihat tidak peduli ada luka pada badannya sendiri. "Itu kenapa? Kamu dicakar kucing?"

"Kucing?" Orlan membeo. Memangnya ada kucing di pack? "Bukan, tadi pack diserang rogue. Yah, mungkin tadi Jay dicakar." Orlan mengedikkan bahu.

"Oh, diserang rogue. Kenapa belum sembuh? Apa kamu baru saja selesai menangani mereka?" Noura heran. Dia tahu betul, werewolf punya kemampuan menyembuhkan diri dengan sangat cepat, apalagi seorang Alpha.

"Ya, begitulah." Orlan melirik ke arah pintu, Dafa memasuki ruangan dengan map yang ada di tangan. "Noura, nanti lagi, ya. Aku ada urusan. Istirahatlah, selama malam."

"Ah, iya. Selamat malam." Noura lupa akan satu hal, dia memanggil Orlan sebelum mengakhiri video call di antara mereka. "Orlan."

Orlan menaikkan alisnya. "Ya?"

"Aku besok akan ke kafe. Oke, sampai jumpa." Noura langsung memutuskan sambungan, dia kembali menutup wajahnya, malu.

"Ehem, ehem."

Badan Noura menegang. Dia melihat ke arah kaca, Nancy sedang berdiri di pintu dengan tangan terlipat di depan dada.

***

Orlan memegang jantungnya yang berdetak tak keruan. Moon Goddess. Apakah ini artinya Noura telah mencintainya? Dia tidak lagi mengalami cinta bertepuk sebelah tangan?

Mendengar Noura besok akan ke kafe. Berarti mereka tidak akan menjalani hubungan LDR lagi? Orlan sangat senang. Walau tidak dimungkiri, mungkin mereka akan kembali menjalin hubungan LDR. Jika Orlan tidak ingat, Noura itu merupakan vampir. Ditambah fakta ternyata Noura ialah tuan putri dari Kerajaan Vampir Appalachia. Dari awal pertemuan, dia pasti sudah memboyong mate-nya itu ke pack. Agar tidak perlu mengalami hubungan LDR seperti ini. Menyiksa.

Dafa yang duduk di depan Alpha-nya mengerutkan kening. Alpha-nya terlihat sangat senang. Senyum-senyum tidak jelas seraya terus melihat ponsel. Dia tahu, tadi Alpha-nya baru melakukan panggilan video dengan mate-nya.

"Alpha?" Dafa memanggil, dia takut Alpha-nya kesambet setan.

Orlan melirik Beta-nya. Dia tersadar, lalu berdeham. Dia segera memasukkan ponselnya ke saku kemeja.

"Jadi dari mana para rogue itu?" Orlan kembali dengan raut wajah dinginnya, mengingat sekumpulan rogue yang dengan kurang ajarnya memasuki wilayah pack-nya.

Dafa memberikan map yang dia dapatkan dari kepala warior. Para rogue yang berhasil ditangkap sudah berada di dalam penjara. "Mereka rata-rata berumur delapan belas sampai dua puluh tahun. Mereka ingin meminta bantuan pada kita untuk mencari tahu siapa pelaku yang telah menculik orang tua mereka." Orlan termanggut-manggut seraya membaca berkas yang ada di tangannya.

"Alpha, ini sangat aneh." Orlan mendongakkan kepala. "Selama dua tahun ini, kita tidak pernah diserang oleh rogue. Jika didengar dari penuturan mereka, yang mengatakan orang tua mereka menghilang dan meminta bantuan kita. Apakah itu yang menyebabkan kita tidak pernah diserang rogue?"

Orlan mengembuskan napas berat. Benar kata Dafa, selama dua tahun ini pack tidak pernah diserang rogue. Menjadikan pack sangat aman dan tenteram. Membuat dia dan bahkan seluruh werewolf dari Redwood Pack, jarang bertukar shif dengan serigala yang mereka miliki.

"Apa mereka dapat dipercaya? Apa para warior sudah mengeceknya?"

"Beberapa warior yang ditugaskan ke tempat tinggal para rogue sudah kembali. Mereka bilang, memang benar tidak ada rogue. Bahkan aroma rogue hanya tercium samar-samar."

Orlan memijit pangkal hidungnya. Masalah baru kembali datang. Bahkan masalah-masalah yang sebelumnya belum selesai. Ini ada lagi?

"Mereka bilang, pelakunya vampir. Apa kita perlu mengatakan hal ini pada raja Carlen?"

Orlan menatap Dafa lurus-lurus. Oh, dia lupa. Diberkas disebutkan, di antara rogue anak kecil itu, ada yang melihat orang tuanya diseret oleh vampir. Sepertinya tidak mungkin ini perbuatan vampir dari Kerajaan Appalachia. Untuk apa menculik rogue? Tidak ada untungnya.

"Ya. Bila beliau ke sini."

Dafa termangut-mangut. "Alpha, apa yang akan kau lakukan? Saran saya, lebih baik kau cerita pada raja Carlen tentang hubunganmu dengan putri Noura."

Orlan menaikkan alisnya. Ini maksud ucapan Dafa apaan? "Kenapa tiba-tiba kau membicarakan hal itu?"

Dafa ikut menaikkan alisnya. "Biar perjodohan itu gagal." Dafa menatap Alpha-nya lama sekali. "Oh, saya tahu. Anda pasti lagi-lagi tidak menjawab telepon dari Alpha Leon."

"Memangnya ada apa?"

Dafa menepuk jidatnya, pusing. "Makanya jangan hanya putri Noura saja yang teleponnya diangkat. Jadi ketinggalan berita, kan."

"Dafa, tolong, jangan berbelit."

Dafa terkekeh melihat wajah Alpha-nya yang sangat penasaran. "Memangnya putri Noura tidak cerita?" Melihat Alpha-nya yang terdiam, tandanya Noura tidak cerita. Dafa mendesah. "Penobatan putra mahkota Vander dimajukan, jadi bulan depan."

"Ya?" Orlan terkejut. Apa-apaan ini? Kenapa bisa begitu? Baru saja dia sangat senang, hubungannya dengan Noura mengalami perkembangan. Eeh, ada hambatan lagi? Moon Goddess. Rasanya Orlan semakin ingin membawa Noura ke pack. Masa bodo dengan para vampir yang mungkin akan mengudak-udaknya atau warga pack yang akan melemparinya dengan batu. Oke, ini terlalu berlebihan, tapi itu mungkin bisa menjadi kenyataan.

Dengan mencintaimu, aku tahu betapa sulitnya menggenggam asa. Batin Orlan yang tiba-tiba puitis. Jay menanggapi dengan memutar bola matanya.

Dafa tersenyum miris. Melihat wajah Alpha-nya berubah pias, terlihat sangat syok dan frustrasi.

**

"Hei, kamu tadi menelepon siapa? Sampai menggunakan kekuatanmu itu." Nancy tertawa melihat wajah Noura yang merah merona.

"Diamlah, Nancy." Noura menyembunyikan wajahnya di balik bantal seraya duduk di tepi ranjang. Di sebelahnya ada Nancy yang terus saja menggodanya.

"Ayolah, kamu berjanji padaku akan bercerita. Aku sudah menepati janji untuk menjaga rahasiamu."

Noura mengembuskan napas berat. Bila dia tidak segera bercerita, sampai dia punya cicit sepuluh atau dia telah menjadi tulang belulang, bahkan mungkin sampai di akhirat nanti, Nancy akan tetap memaksanya untuk bercerita.

Noura pun bercerita. Kamarnya tetap dalam pengaruh kekuatannya. Dia menceritakan dari awal pertemuannya dengan Orlan. Bukan Nancy namanya, bila tidak bertanya dia dan Orlan sudah pergi berkencan ke mana saja. Sumpah Demi Dewa, Nancy itu sangat penasaran. Noura semakin terpaksa menceritakan semuanya, sampai tak bersisa. Terkecuali satu, karena dia sangat malu untuk menceritakan hal seperti itu.

"Ah, aku jadi iri. Kapan aku memiliki kekasih. Hidupku terlalu monoton. Aku selama ini terlalu sibuk mempelajari semua ilmu yang berkaitan dengan kesehatan." Nancy menyenderkan punggungnya pada sandaran ranjang.

"Kamu pasti akan bertemu dengan takdirmu, Nancy. Semua makhluk sudah ditakdirkan berpasangan-pasangan."

Nancy mengangguk, lalu menegakkan punggungnya. Dia tersenyum sangat lebar serta menatap Noura dengan tatapan menggoda. Noura menatap Nancy horor. Pasti Nancy akan bertanya hal-hal yang aneh.

"Apa kamu pernah kissing dengannya?" Nancy menaik turunkan alisnya, tersenyum jail.

Wajah Noura merona tanpa dia sadari, itu membuat Nancy tertawa terbahak-bahak. Padahal Noura sengaja tidak menceritakan hal itu pada Nancy. Noura sudah bilang, bukan? Nancy itu vampir yang sangat penasaran dengan kehidupan makhluk lain dan pertanyaan dari mulutnya itu suka aneh. Nancy itu otaknya memang rada-rada.

"Kamu sudah tidak polos lagi." Nancy mengelap setitik air mata di sudut matanya.

Noura menatap Nancy datar. Memilih membaringkan dirinya di atas kasur, Nancy ikut tidur di sampingnya.

"Aku akan mendukung hubungan kalian."

"Terima kasih."