webnovel

Kesepakatan

Penjelasan mengenai pemburuan hewan di Hutan Tongass. Membuat Noura dan Vander terdiam membisu dengan tubuh yang kaku dan tegang. Mereka tidak bisa mengatakan apa pun. Hanya dapat menatap foto yang ada di meja.

"Apa selama ini, aku meminum darah hewan langka dari Hutan Tongass?" Vander bertelepati dengan Noura. Wajah pangeran Hamakua itu tampak gelisah dan merasa sangat bersalah. Ini salahnya, karena tidak mendengarkan perkataan Noura untuk tidak meminum darah kiriman Ferin. Dia memang bodoh. Tidak dapat menekan hasratnya akan darah, apalagi darah pemberian Ferin itu berbeda dengan darah hewan lainnya. Mungkin karena darah tersebut merupakan darah hewan langka?

Noura menoleh ke arah Vander seraya mengerjapkan matanya. Lalu melihat wajah tegang Carlen dan Aaron. Ternyata bukan dirinya saja yang berpikiran seperti itu.

Orlan dan Dafa saling bersitatap, heran dengan reaksi yang ditunjukkan oleh keempat vampir yang ada di depan mereka.

"Apa mereka sudah tahu? Sepertinya mereka menyembunyikan sesuatu." Dafa me-mindlink Alpha-nya.

"Sepertinya."

Orlan dan Dafa juga ikut terdiam. Bingung mau bicara apa. Mereka yang berada di ruangan kompak sibuk dengan pikiran masing-masing.

"Orlan, kenapa wajah mate kita terlihat lesu? Seperti sedang sakit?" ucapan Jay membuat Orlan mendongakkan kepala dan menatap Noura. Hari ini mate-nya tidak datang ke kafe. Alasannya karena ada urusan dengan Vander. Semenjak kemarin, Orlan merasa bila ada sesuatu yang Noura tutupi. Wajah pujaan hatinya itu juga tampak murung.

Carlen berdeham. Membuat semua yang ada di dalam ruangan, kembali ke dunia nyata.

"Sepertinya tidak ada yang perlu ditutupi." Ucapan Carlen membuat Noura, Vander, dan Aaron kompak melebarkan mata. Sepertinya Carlen akan memberi tahu semuanya pada kedua petinggi Redwood Pack itu. Orlan dan Dafa mengerutkan kening, melihat gelagat gelisah yang ditunjukkan oleh keempat vampir yang ada di depan mereka. Carlen menarik napas sejenak. "Sejujurnya selama satu tahun terakhir. Kami selalu dikirimi darah hewan oleh Ferin. Satu bulan yang lalu kami baru sadar, ternyata ada beberapa galon yang bila dicium dari aromanya merupakan darah hewan langka."

Mungkin Vander dan Noura boleh bernapas lega. Karena galon berisi darah hewan langka itu hanya diberikan kepada mereka berdua. Carlen tidak mengatakannya dengan jujur, padahal Vander sudah siap menerima konsekuensi bila dia akan dihukum karena meminum darah kiriman Ferin itu.

Penuturan Carlen membuat Orlan dan Dafa memelotot, badan mereka langsung menegang.

"Satu bulan yang lalu?" Dafa tidak percaya.

"Iya. Selama dua minggu ini. Saya telah menyuruh kepala prajurit istana untuk menolak semua kiriman darah hewan dari Ferin. Karena kami tahu ada yang tidak beres. Kami menyimpan beberapa galon untuk dijadikan barang bukti."

Orlan dan Dafa terdiam.

Noura curi-curi pandang menatap Orlan. Ingin melihat reaksi dari Alpha werewolf tersebut. Dia memang tidak bercerita pada Orlan maupun Arva. Karena selama ini mereka masih terus mencari tahu, dari mana Ferin mendapatkan seluruh darah hewan tersebut.

"Kami sungguh tidak mengetahui, bila itu ternyata hewan langka dari Hutan Tongass." Vander bersuara, setelah dari tadi hanya diam. Dia merasa sangat bersalah dan menyesal. Beberapa kali dia meminum darah hewan langka tersebut. Dia pantas dihukum.

"Apa saya boleh ke Redwood Pack? Werewolf yang ditemukan masih hidup itu, hilang ingatan, bukan? Saya akan mencoba membangkitkan ingatannya kembali," kata Noura. Sebenarnya ini yang ingin dia lakukan dari kemarin. Siapa tahu di Redwood Pack, dia mendapatkan sebuah bukti.

"Jika itu yang Anda inginkan, tentu saja boleh, Tuan Putri," ucap Dafa, tanpa persetujuan Alpha-nya. Orlan melirik Dafa tajam. Apa-apaan Beta-nya itu, kenapa dia yang jawab?

Noura tersenyum sopan.

"Saya juga. Saya akan datang ke Hutan Tongass. Siapa tahu kemampuan saya berguna dalam kasus ini," ujar Vander tulus. Mungkin dengan cara ini, dia dapat menebus dosanya.

Noura tersenyum geli. Lihat? Vander sama sekali tidak bisa menutupi rasa bersalahnya.

Senyuman Noura untuk Vander, tak luput dari penglihatan Orlan.

"Orlan, kenapa Noura sering tersenyum untuk pangeran vampir itu!" sungut Jay. Orlan menghela napas, tidak usah ditanggapi ucapan serigalanya itu. Ya, walaupun dia juga marah, tapi dia berusaha meredam rasa cemburunya.

"Kami juga mendapat informasi dari Chugach Pack. Beberapa warga melihat pangeran Darren di Hutan Chugach," kata Dafa, mewakili Alpha-nya yang memang suka malas berbicara dan ditambah suka lupa ingatan.

Keempat vampir itu menganga. Dafa memberikan foto yang Alpha Revazio berikan.

Vander menghela napas berat. "Masalah Darren. Biarkan saya yang mengurusnya." Vander juga penasaran, di mana adiknya itu sekarang berada.

***

Pembahasan mengenai berbagai macam kejadian yang dialami bangsa werewolf dan vampir telah selesai dibahas. Memakan waktu kurang lebih dua jam. Saat ini jam menunjukkan pukul sembilan malam.

Orlan dan Dafa siap untuk kembali ke pack. Mereka semua berdiri dari sofa berjalan menuju pintu. Aaron hendak membuka pintu, tetapi dia urungkan ketika melihat gelagat aneh dari Noura.

Noura merasa pusing, dia tidak bisa mendengar dan melihat dengan jelas. Sungguh, sepertinya dia sudah menggunakan kekuatannya mencapai batas normal. Jiwa vampir murni dalam dirinya mulai keluar, menyuarakan agar dia segera meminum darah manusia. Noura berjalan dan mengerang kesakitan, dia memegang siapa saja yang ada di sampingnya. Mencengkeram erat lengan orang tersebut.

Orlan sangat terkejut, ketika melihat Noura mencengkeram erat lengannya, hatinya mencelus melihat kondisi mate-nya yang terlihat tidak baik. Dia sukar menelan ludah, bahkan Jay melolong pilu dengan rasa sakit yang menyayat hati bagi siapa saja yang mendengarnya. "Anda kenapa Tuan Putri?" Dia memberanikan diri untuk bertanya. Untung saja mulutnya tidak keceplosan memanggil Noura atau badannya tidak terkontrol dan malah langsung memeluk Noura. Dia masih ingat, sekarang dia sedang berada di Kerajaan Appalachia. Bahkan, Carlen dan Vander ada di sini.

Carlen dan Vander tertegun melihat Noura yang terlihat sangat lemah. Keduanya memang sudah merasakan selama beberapa hari ini seperti ada yang tidak beres dengan Noura.

Dafa memelotot, melihat Noura mencengkeram erat lengan Alpha-nya. Dia bolak-balik melihat reaksi Alpha-nya, Carlen, dan Vander. Terutama dia sangat takut, Alpha-nya itu bertindak lebih jauh. Dafa sudah siap untuk menyadarkan Orlan atau mungkin bertarung dengan Carlen dan Vander.

Mata Noura seketika melebar, mendengar suara yang tidak asing di pendengarannya. Dia perlahan mendongak, Orlan terlihat tersenyum samar. Noura baru menyadari, kalau lengan kekar yang dia pegang itu ternyata tangannya Orlan. Ya, Dewa. Buru-buru dia menarik tangannya. "Maaf, saya tidak sengaja. Maafkan saya telah lancang dengan sembarangan memegang lengan Anda, Alpha." Noura menunduk. Rasa sakit yang tadi dia rasakan seketika menghilang, berganti dengan rasa terkejut dan khawatir. Khawatir jikalau raja Carlen dan putra mahkota Vander menyadari ada hubungan antara dirinya dan Orlan.

"Tidak masalah," jawab Orlan santai. Walau jantungnya berdenyut nyeri, melihat mata Noura yang terlihat sayu.

"Anda terlihat sangat pucat, Tuan Putri." Dafa membuka suara. Mencairkan suasana supaya tidak hening dan tegang seperti ini. Lalu setelah itu dia menjadi bingung sendiri dengan ucapannya. Memang vampir pucat. Dia merutuki dirinya.

Noura menatap Dafa seraya mengulas senyuman. Membuat Dafa ikut tersenyum.

Vander yang baru sadar akan situasi yang terjadi, dia segera mendekati Noura. "Tuan Putri, sepertinya Anda membutuhkan darah manusia."

Noura memelotot kesal. "Tidak. Aku baik-baik saja, aku sama sekali tidak membutuhkan darah manusia," sergah Noura. Selama lima tahun dia susah payah menghindari darah manusia. Kalau sekarang dia meminum darah manusia, dia pasti akan ketagihan dan membuatnya kembali tidak bisa mengontrol nafsunya akan darah manusia.

Carlen yang masih terdiam. Bergeming di posisinya berdiri. Dia sedikit melihat gelagat aneh yang ditunjukkan oleh Alpha dari Redwood Pack itu, terlihat tadi, walaupun hanya sekilas, Alpha Orlan matanya mengisyaratkan akan kepedihan dan kesakitan, seperti ikut merasakan apa yang Noura rasakan. Dia semakin curiga dengan keduanya.

"Noura, lebih baik kamu istirahat." Raja Carlen berkata dengan nada tegas dan penuh perintah. Dia tidak boleh berasumsi hal yang tidak-tidak, buang jauh-jauh pikiran negatif tersebut. Itu hanya akan membuat hubungan kedua bangsa kembali memanas. Semoga saja, persepsinya hanyalah sebuah dugaan. Tidak menjadi kenyataan.