webnovel

A Hope

Tongass Pack

"Alpha, lewat satu hari," ucap Winko seraya menaruh tumpukan map di atas meja kerja sang Alpha.

Leon melirik sekilas. "Cerewet." Salah satu sifat buruk Leon ialah emosinya mudah sekali terpancing dan mood-nya sering berubah-ubah.

Dibandingkan Orlan yang dari lahir memang wajahnya datar dan dingin, lalu irit bicara, tapi Orlan sangat pandai mengontrol emosi. Sedangkan Leon yang murah senyum, ramah, dan banyak bicara, tetapi sering marah-marah tidak jelas. Membuat Winko bergidik ngeri berada di sampingnya.

"Bagaimana hasil dari penyelidikan di hutan. Kira-kira siapa pelakunya?" tanya Leon. Masih berkutat membaca berkas yang ada di tangannya.

"Kami menemukan fakta baru, jejak darah vampir." Winko duduk di hadapan Leon.

"Vampir? Memangnya kau tahu warna darah mereka?" Leon menaikkan satu alisnya. Memangnya vampir punya darah? Bukankah vampir jantungnya tidak berfungsi. Lalu darahnya datang dari mana?

"Warna hitam. Kami menemukan bercak darah tersebut pada dua pohon," jawab Winko yakin. "Bukankah Anda berteman baik dengan putri Noura? Coba tanyakan padanya. Apa warna darah vampir."

"Pasti dia akan curiga. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Masa tiba-tiba tanya warna darah vampir." Leon berdecak kesal. Kadang Beta-nya itu jika memberikan saran diluar nalar, sama seperti Dafa. Sama persis.

Winko menyengir. "Apakah benar Alpha Orlan dan Alpha Revas akan datang ke sini?" Dia mengingat percakapannya dengan Leon kemarin melalui telepon yang mengatakan Alpha Orlan akan datang. Leon menyuruh semua petinggi pack untuk bersiap menyambut kedatangan Alpha tertinggi klan werewolf itu dan menyiapkan semua berkas mengenai pemburuan hewan langka yang terjadi di Hutan Tongass.

"Iya. Apa ucapan saya kemarin kurang jelas?" Leon memberikan Winko tatapan sangat tajam.

Winko cengar-cengir. "Jelas Alpha. Saya hanya ingin memastikan."

"Sudah disiapkan semua berkasnya?" tanya Leon. Masih sibuk membaca laporan terbaru mengenai penemuan bukti pelaku pemburuan hewan langka di Hutan Tongass.

"Sudah, Alpha," jawab Winko semangat.

"Kalau pelakunya vampir. Saya tidak akan segan-segan mencabik-cabik tubuhnya." Leon menggeram kesal. Sorot matanya sangat tajam, seperti ingin menerkam mangsanya. Winko bergidik ngeri. Jika seperti ini, berarti Alpha-nya itu akan benar-benar melakukannya.

Kesamaan Leon dengan Orlan ialah tidak pandang bulu dalam menegakkan keadilan, jika bersalah harus dihukum.

Meskipun Leon berteman baik dengan Putri Noura --itu saja dikarenakan Arva yang memang bersahabat dengan Putri Noura. Jika tidak, Leon tidak akan mau repot-repot mengenal bangsa vampir. Menurutnya, Putri Noura tidak seperti vampir, karena sifatnya jauh berbeda dengan vampir lainnya. Sama halnya dengan Raja Carlen.

***

Redwood Pack

"Kau yakin? Melihat Orlan berduaan dengan seorang wanita?" tanya Garneta pada suaminya, Jorge. Dia tidak percaya, akhirnya Orlan bertemu dengan mate-nya. Sejujurnya Garneta dan Jorge sudah pasrah, jikalau anaknya mungkin tidak memiliki mate. Anaknya yang merupakan seorang Alpha tidak memiliki mate? Sungguh kasihan. Malang sekali nasibnya.

"Serius. Wanita itu cantik dan terlihat masih muda. Aku melihat wajah Orlan berseri-seri. Mereka sepertinya berada di satu mobil. Mungkin Orlan menjemput wanita itu," ujar Jorge. Dia tak kalah hebohnya dengan istrinya. Dia juga sangat terkejut dan bersyukur anaknya tidak lagi jomlo.

Tadi pagi Jorge tidak sengaja melihat Orlan di kafe milik Arva. Kebetulan dia baru pulang dari Hutan Amazon dan berniat untuk beristirahat sejenak di kafe anaknya itu sekalian sarapan pagi. Karena kafe tersebut dekat dengan bandara. Tetapi Jorge mengurungkan niatnya ketika melihat Orlan keluar dari mobil bersama dengan seorang wanita!

"Kenapa Orlan tidak cerita? Ini merupakan kabar yang sangat bagus." Garneta tidak sabar bertemu dengan anak laki-lakinya itu. Sampai dia tidak sadar telah menaruh garam terlalu banyak ke dalam panci berisi sop yang tengah dibuatnya.

"Kelihatannya mereka sangat akrab. Seperti sudah lama saling mengenal."

"Ini tidak bisa dibiarkan. Kalau kita tidak tanya sama anak itu. Pasti dia tidak akan cerita. Pokoknya kita harus tanya langsung sama Orlan." Garneta berkata penuh semangat. Rasa penasaran membuncah dalam dadanya.

Garnet mengenal anaknya yang satu itu. Jika Orlan tak kunjung menemukan mate-nya, dia dan suaminya sudah siap turun tangan. Mencari werewolf yang masih jomlo atau bertanya langsung kepada Moon Goddess (ini pilihan terakhir yang sangat mustahil untuk dilakukan).

"Benar sekali. Kita harus tanya." Jorge tak kalah bersemangat.

***

Kerajaan Appalachia

Carlen sedang membolak-balikkan jam pasir. Dia sedang berpikir keras. Menimbang-nimbang keputusan apa yang harus dia ambil. Demi kesejahteraan bangsa vampir. Rapat yang dilaksanakan selama tiga jam tidak membuahkan hasil. Tidak ada kesepakatan dan kesimpulan sama sekali. Tidak ada jalan keluar. Akhirnya dia harus berpikir sendiri. Mencari solusi terbaik.

Pikiran Carlen bercabang. Pertama, Ferin telah melakukan pemburuan hewan langka. Kedua, banyak vampir yang ditemukan tewas di Hutan Appalachia. Ketiga, Noura memakai cincin yang tidak asing di penglihatannya.

"Kamu sedang memikirkan apa?" tanya Letizia seraya menidurkan anaknya yang masih berusia satu tahun itu dalam gendongannya.

"Apa isi ramalan tahun 1150?" Sebenarnya Carlen tahu, tetapi sepertinya ingatannya mulai memudar. Sudah lama sekali dia membaca ramalan tahun 1150 dan sampai sekarang dia tidak menemukan kertas ramalan yang tersebar itu.

"Kenapa memangnya? Seingatku, 'Akan ada werewolf dan vampir yang ditakdirkan bersama. Keduanya sangat berpengaruh dalam bangsanya'." Letizia mengingat-ingat salah satu kalimat yang paling populer yang tertera di kertas ramalan tahun 1150.

Carlen menarik napas panjang. Entah kenapa, dia khawatir kalau ramalan itu akan terjadi dan pastinya akan kembali menyebabkan peperangan.

"Saya Aaron, Yang Mulia," teriak Aaron dari luar seraya mengetuk pintu.

"Masuk," sahut raja Carlen dengan malas.

Aaron berjalan menuju Carlen yang sedang duduk kursi kebesarannya.

Aaron menundukkan badannya menghormat. "Yang Mulia, Anda memanggil saya?"

"Iya. Saya punya tugas untukmu. Kau datang ke Redwood Pack temui Alpha Orlan atau Beta Dafa. Bilang padanya, saya akan berkunjung ke pack. Saya ingin mengajak kerja sama untuk membahas persoalan tentang vampir dan werewolf yang ditemukan tewas. Kau paham?" tanya Carlen penuh tanya. Dia berbicara dengan satu tarikan napas.

"Iya, saya paham, Yang Mulia. Sekarang saya akan menemui Alpha Orlan atau Beta Dafa. Saya akan ke Redwood Pack," ucap Aaron dengan tegas seraya terus mengingat perintah sang raja.

Carlen mempersilakan Aaron untuk segera melaksanakan tugas. Aaron memelesat pergi ke Redwood Pack.

"Akhirnya kamu memutuskan untuk kerja sama," ucap Letizia. Tidak menyangka suaminya akan setuju dengan saran Vander.

Sepertinya ramalan itu benar terjadi. Semenjak Noura memakai cincin itu, aku tidak bisa mencium aroma werewolf. Cincin itu hanya dimiliki oleh ... aku harus mencari tahu. Batin Carlen gelisah. Carlen lupa, di mana dia pernah melihat keberadaan cincin hitam tersebut, tapi dia yakin pernah melihat cincin yang dipakai Noura itu.

***

Aaron telah berada di Redwood Pack. Berdiri di depan gerbang berwarna hitam yang sangat tinggi itu. Dia pernah beberapa kali ke sini, maka dari itu mudah baginya menemukan portal pintu masuk menuju Redwood Pack.

Aaron tidak mengendarai mobil. Bila sendirian dia lebih baik menggunakan kekuatannya, berlari cepat atau teleportasi.

Pintu gerbang terbuka, dia disambut baik oleh para werewolf. Mereka telah mengenal Aaron yang merupakan pengawal dan asisten pribadi Raja Carlen. Aaron sering menemani Carlen saat datang ke sini atau datang sendiri untuk sekadar mengantarkan sebuah pesan atau berkas bisnis.

"Aaron, ingin bertemu dengan siapa?" tanya salah satu warrior berbadan kekar yang bertugas menjaga pintu gerbang.

"Hai, Teo. Seperti biasa, saya ingin bertemu dengan Alpha Orlan dan Beta Dafa," jawab Aaron.

Teo mengangguk-angguk. "Sebentar. Tadi sepertinya saya melihat Beta Dafa baru kembali." Teo melengos pergi, dia masuk ke kantor penjagaan bertanya pada salah satu warior yang berjaga di dalam.

Aaron menunggu. Tidak lama Teo keluar dari kantor penjagaan. "Kau beruntung, Beta Dafa baru saja kembali. Mari akan saya antarkan ke dalam." Teo tersenyum sopan. Aaron berjalan mengikuti arah langkah Teo yang sangat terburu-buru.

Terlihat di sana Dafa berdiri di samping pohon yang rimbun sedang berbincang dengan salah satu warrior laki-laki.

"Beta, ada yang ingin bertemu dengan Anda." Teo mendekati Dafa. Dafa menoleh, Teo menggeser tubuhnya supaya Aaron dapat terlihat.

"Aaron?" Dafa langsung mendekati Aaron yang sedang berdiri menundukkan kepalanya menghormat. Teo segera kembali ke perbatasan.

"Ada apa?" tanya Dafa.

"Ada pesan dari Raja Carlen. Apa Alpha Orlan ada di pack?”

"Belum kembali. Jika penting, mari kita bicarakan di dalam." Dafa mengajak Aaron ke kantin pack yang tak jauh dari posisi mereka berdiri.

"Ke kantin?" Aaron bingung.

"Saya lapar. Jadi sekalian saja berbincang sembari makan." Dafa terkekeh kecil. Ya, dia sudah terbiasa seperti ini dengan Aaron.

Aaron menunggu Dafa yang sedang memesan makanan.

"Di mana mate Anda? Kenapa tidak makan bersama dengannya?" tanya Aaron. Dia heran, seingatnya dia tidak pernah bertemu dengan mate-nya Dafa. Apa Dafa belum menemukan mate-nya atau mate-nya telah tiada? Meskipun Aaron penasaran, dia tidak berani untuk bertanya.

"Ada di rumah. Jadi apa yang ingin Anda sampaikan?" Dafa penasaran. Kalau ada pesan dari raja Carlen, menandakan hal itu sangatlah penting.

"Yang Mulia raja Carlen akan berkunjung ke pack. Ingin mengajak kerja sama untuk membahas persoalan tentang tewasnya vampir dan werewolf yang ditemukan di hutan." Aaron berkata seraya mengingat ucapan raja Carlen yang tadi bicara tanpa jeda.

Dafa terdiam sejenak. Mencerna ucapan Aaron. "Kerja sama? Ini kerja sama yang menarik." Dafa terdengar sangat antusias. "Pasti Alpha akan setuju."

"Kapan Alpha Orlan akan kembali?" tanya Aaron. Jika tidak bertemu dengan Alpha Orlan rasanya kurang, karena dia ingin mendengar langsung jawaban dari Alpha Orlan.

"Sebentar lagi." Dafa melirik jam tangan yang melingkar di tangan kirinya. Jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Tidak sampai setengah jam Alpha-nya akan tiba di pack.

"Apa Anda sibuk? Menunggu setengah jam tidak masalah bukan?" Dafa tidak mungkin menyuruh Alpha-nya cepat kembali, bisa-bisa dia diomeli karena mengganggu kencan sang Alpha.

"Iya, tidak masalah. Lagi pula ini malam." Aaron menyapu pandang isi kantin. Dia melihat para werewolf yang sedang asyik berbincang. Bahkan dia melihat beberapa werewolf sedang berwujud menjadi serigala.

Dafa menikmati makan malamnya. Tidak ada yang bisa dia hidangkan untuk Aaron. Karena tidak ada darah hewan atau darah manusia di sini.