Saat waktu menunjukkan pukul 12:15 WIB, Bryana dan Monica beserta petinggi perusahaan keluar dari ruang rapat. Mereka berjalan menuju ruangan masing-masing dan adapula yang langsung keluar melalui lift menuju lantai dasar untuk ke kantin atau makan siang di tempat lain.
Bryana dan Monica berserta Dean yang selalu mengikuti, memasuki lift khusus untuk pemilik perusahaan menuju lantai dasar.
"Pertemuan dengan Tuan Carlos jam berapa, Monica?" tanya Bryana.
"Sekitar jam dua siang, Bu," jawab Monica.
Setelah mendengar jawaban Monica, Bryana kembali bergeming menunggu lift tiba di lantai dasar. Sesekali dia melirik Dean yang sejak tadi diam seribu bahasa dengan terus menatap ke depan.
'Aku seperti sedang bersama patung,' batin Bryana.
Setibanya di lantai dasar, Bryana diikuti oleh Dean berjalan menuju parkir. Sedangkan Monica, memilih ke kantin, untuk makan siang bersama karyawan lainnya.
"Kita mau ke mana, Nyonya?" tanya Dean sembari fokus mengemudi, sesekali dia melihat Bryana dari kaca atasnya.
"Ke cafe Alexanderia," jawab Bryana sembari memainkan ponselnya.
Dean kembali bergeming setelah mendengar jawaban Bryana. Saat melintasi jalanan tidak terlalu ramai, tiba-tiba dia merasa ada yang membuntuti dirinya. Terlihat dari kaca spion, ada sebuah mobil dan diua motor dengan pengemudi yang bertubuh kekar dan berwajah datar dengan ekspresi seakan ingin menerkamnya.
"Nyonya, sebaiknya kencangkan seat belt anda," seru Dean.
"Hah? Kenapa memang nya?" tanya Bryana dengan menaikkan alisnya.
"Ada yang mengikuti kita," jawab Dean dengan santai.
Bryana seketika membulatkan matanya, lalu menoleh ke belakang. Dia menatap ngeri dua pria yang sedang mengendarai motor hendak tengah mengejar mobilnya. "Astaga, Dean. Apa kita akan tamat, mereka menyeramkan sekali?"
"Sebaiknya cepat pasang seat belt anda, Nyonya, kita coba menghalau mereka," seru Dean.
Bryana segera mengencangkan seat belt nya, sedangkan Dean menambah kecepatan laju mobil sport itu. Dia menghalau kejaran mobil dan motor di belakangnya hingga beberapa saat sambil melakukan aksi menyenggol mereka.
Hingga beberapa saat aksi kejar-kejaan itu terjadi. Dean berhasil membuat dua motor yang mengejarnya terjatuh dan terpental ke pinggir jalan, sedangkan mobil yang masih mengejarnya malah semakin mendekat.
Dean mengemudikan mobil sport itu semakin cepat, hingga Bryana yang berada di kursi penumpang pun ketakutan dengan berpegangan erat dan sesekali menoleh ke belakang.
"Ya Tuhan mereka masih mengejar kita, Dean."
"Tenangkan dirimj, Nyonya. Semua akan baik-baik saja," ucap Dean dengan santai dan tetap dengan bahasanya yang formal.
Karena terus dikejar dan tidak ada jalan pintas untuk menghalau, akhirnya Dean menghentikan mobil sport itu ke tepi jalan yang tidak terlalu ramai.
"Dean, kenapa berhenti?" tanya Bryana dengan terkejut, dia melirik mobil yang sejak tadi mengejarnya, kiri sudah berada di depan mobilnya.
"Anda tunggu saja, jangan keluar jika saya belum membuat mereka jera," seru Dean, lalu segera keluar dari mobil.
"Ya Tuhan, dia benar-benar akan melawan mereka," gumam Bryana sembari menatap Dean yang sedang berjalan dengan santai, bahkan meletakkan tangannya ke saku.
"Apa mau kalian, kenapa mengejarku?" tanya Dean.
"Sebaiknya serahkan wanita yang berada di mobil itu, karena jika kamu tidak menyerahkannya, kami akan menghabisi mu!" ucap salah satu pria dengan wajah sangar. Tiga pria di sampingnya pun mengangguk melirik Dean seakan mengisyaratkan untuk menyerah saja.
"Kalau begitu, habisi aku terlebih dahulu jika ingin mengambilnya!" balas Dean.
"Tamatlah riwayatmu!"
Empat pria bertubuh kekar itu mulai menghajar Dean. Dengan sigap, Dean menangkis setiap pukulan ataupun tendangan dari mereka dengan membalas menuju mreka.
Dari dalam mobil, Bryana merasa khawatir jika Dean akan kalah, karena dia melawan empat orang yang tampak sangar itu. Sesekali mobilnya menjadi tumpuan orang yang tumbang karena pukulan dan tendangan Dean. Janda muda itu melihat betapa bodyguar nya sangat tangguh hampir membuat empat orang itu tumbang saru persatu.
Bugghhh ... bughhh
'Dia sangat hebat, tubuhnya pun sexy,' batinnya. Di moment mencekam itu, Bryana masih sempat mengagumi keseksian tubuh Dean yang diidamkan banyak hawa untuk beradu di ranjang.
Hingga beberapa menit Dean berhasil membuat empat orang berwajah sangar yang sombong itu tumbang di hadapannya. Mereka meringis kesakitan sembari memegangi bagian-bagian tubuhnya yang sakit karena pukulan Dean.
Dean segera kembali ke mobil dan mengemudikannya ke cafe Alexanderia sesuai permintaan Bryana tadi.
"Apa kamu tidak terluka sama sekali, Dean?" tanya Bryana.
"Tidak," singkat Dean.
Setelah lima menit menempuh perjalanan, Dean dan Bryana tiba di cafe Alexanderia. Mereka segera turun dan memasuki cafe yang tidak terlalu ramai pengunjungnya. Tentu saja, karena harga yang tertulis di poster daftar menu makanan sangatlah mahal. Cafe itu bernuansa romansa dengan banyaknya tulisan-tulisan poem dan poetry tentang cinta di dinding dan terdapat bunga mawar di setiap meja.
"Duduk di sana saja." Bryana menunjuk ke sebuah kursi yang terletak di bagian paling pojok dekat sebuah gambar sepasang kekasih sedang saling memeluk.
"Saya di luar saja." Dean menghentikan langkahnya.
Bryana menghela napas, melirik Dean yang lagi-lagi menolak ajakannya. "Apa kamu takut membayar mahal? Masalah biaya makan itu sudah tanggungan ku!"
"Tapi saya tidak biasa makan di sini, Nyonya."
Bryana melirik Dean yang tampak menyebalkan saat bersikap merendah, karena dia tidak suka itu. Akhirnya dia menarik paksa bodyguard nya itu, menuju ke kursi yang dipilihnya tadi.
"Sepertinya aku harus sering-sering menarik tubuhmu yang berat ini, Dean!" ucap Bryana dengan ketus, lalu mendudukkan Dean di kursi.
Saat sudah Duduk, Bryana segera memesan makanan yang langsung dicatat oleh pelayan pria yang tampak rapi dengan mengenakan celana dasar hitam dipadu dengan kemeja putih dan memakai dasi kupu-kupu.
"Saya pesan dua steak dan sebotol wine dengan kualitas terbaik," ucap Bryana.
"Baik, Nyonya."
Pelayan itu segera pergi menuju belakang cafe.
Bryana memperhatikan Dean yang hanya diam menatap luar tulisan-tulisan yang bermakna mendalam di setiap kalimatnya.
___ first love is amazing, but the last love ia a perfect____
___if you have a sweetest dream, i want to be a part of it___
___ don't struggle to find a love, let love find you___
___ i love you is not enough to describe my feeling for you___
Pandangan Bryana teralihkan pada punggung tangan Dean yang lecet-lecet dan sedikit berdarah, mungkin saja itu karena dia memukul orang-orang tadi dengan sekuat tenaga.
"Ya ampun, Dean, tanganmu terluka. Gitu kamu bilang tidak terluka samasekali." Bryana semakin kesal dan merasa perih jika menjadi tangan Dean.
"Ini hanya luka kecil, Nyonya. Anda tidak perlu khawatir."
Bryana menghela napas, lalu beranjak dari kursi sembari membawa kunci mobilnya. "Kamu tunggu di sini sebentar," serunya.
Bryana kembali ke mobil untuk mengambil kotak P3K, dia ingin mengobati tangan Dean yang terluka akibat melawan penjahat yang tadi bisa saja melukainya.
dukung terus biar aku sempetin up tiap hari di sela kesibukan nulis love in the Room