webnovel

Chapter 27

Sebuah konferensi kecil berlangsung di penginapan yang terletak di dalam wilayah kekuasaan mantan Duke Flora.

Ketujuh Putri Mahkota Kerajaan membentuk konferensi darurat karena insiden yang terjadi. Ketegangan kecil antara Putri Mahkota Kerajaan Flora dan Putri Mahkota Kerajaan Abzien terjadi. Mereka saling menyalahkan satu sama lain, ketegangan itu pun membuat beberapa Putri Mahkota kerajaan lain mengundurkan diri.

Alasan mereka mengundurkan diri adalah..

Situasi yang terjadi di dalam konferensi kecil itu seperti perkelahian anak kecil. Dimana mereka saling menyalahkan dan meluapkan kekesalan kepada orang-orang yang tidak terlibat di dalamnya. Sehingga.. mereka tahu seberapa buruk kualitas bangsawan dua kerajaan yang kalah dari wilayah kecil.

Sekarang.. lima Putri Mahkota Kerajaan yang tersisa membentuk pesta kecil untuk mengisi kekosongan waktu mereka sebelum kembali ke wilayah masing-masing.

"Venice-sama, ini pertama kalinya kita bertemu di luar agenda kerajaan. Bagaimana kabar mu?" ucap Putri Lyra.

"Aku baik-baik saja, bagaimana dengan kabar mu? Ku dengar Lyra-sama sedikit kesulitan beradaptasi di sini" balas Putri Venice.

Kedekatan antara dua Putri Mahkota Kerajaan ini adalah hasil dari kerjasama dua kerajaan. Kerajaan Teresstia yang terletak di dalam hutan berkontribusi memberikan bahan pangan yang cukup untuk peternakan Kerajaan Chianxen sedangkan Kerajaan Chianxen memberi mereka peralatan logam khusus untuk kebutuhan Kerajaan Teresstia.

Hasil dari kerjasama itu membawa ekonomi dan kebutuhan pangan dua kerajaan menjadi stabil dan mampu menjual aset kerajaan hingga ke wilayah kerajaan lain.

Berbanding terbalik dengan kerajaan manusia yang dipenuhi konflik, kerajaan mereka memiliki pola pikir untuk tidak berselisih dan mengutamakan kedamaian. Alasan mereka mengunjungi wilayah mantan Duke Flora adalah mengukur potensi ancaman yang bisa di timbulkan dari wilayah yang menghancurkan dua kerajaan manusia.

"Benar sekali, Venice-sama. Siapa sangka benda sekecil ini sangat penting di wilayah ini" balas Putri Lyra yang memainkan ponselnya.

"Ah.. benda itu. jika kita tidak terbiasa memakainya itu memang akan menyusahkan tapi jika telah terbiasa menggunakannya, kita sangat dimanjakan oleh benda itu."

"Benar.. siapa sangka kita bisa memesan makanan, membeli pakaian, mengambil gambar sekitar, mencari penginapan kosong, dan menikmati transportasi murah di dalam benda kecil seperti ini. Jujur saja, aku sangat iri dengan rakyat wilayah ini. Mereka memiliki inovasi luar biasa daripada kerajaan ku."

"Ah.. berbicara tentang wilayah ini. Bagaimana tanggapan Lyra-sama tentang wilayah ini?"

"Em? Tanggapan ku? Bagaimana ya.. ada beberapa hal baru yang ku temukan disini. Sistem masyarakatnya juga sangat unik, mereka memiliki beberapa bagian yang saling menguntungkan satu sama lain. Makanan mereka sangat unik dan tahan lama, jika saja wilayah ini mau menjual bahan makanannya sudah pasti kerajaan kami akan membelinya. Dan.. sistem penyebaran informasi sangat mudah di lakukan terlebih dengan beredarnya benda ini untuk setiap penduduk yang terdaftar."

"Sangat jauh berbeda dari kerajaan lain kah?"

"Em! Terlebih.. saat berhadapan dengan Karl de Flora. Aku mengerti seberapa frustasi dirinya ketika dua kerajaan menyeret wilayah kecilnya terlibat dalam peperangan konyol. Dia berhasil mempertahankan wilayah kecilnya walaupun mengorbankan harga diri dan tekanan mental untuk membunuh ratusan ribu manusia."

"Kerajaan Flora dan Kerajaan Abzien? Melihat Purti Mahkotanya saja sudah membuat ku muak. Apalagi melihat sistem kerajaan mereka."

"Benar sekali! Bagaimana mungkin mereka senaif itu dan saling menyalahkan ketika korban ada di depan mereka? Dan menyeret kita untuk ikut di usir karena waktu ujian yang terbuang percuma!"

"Ah.. itu juga salah kita kenapa menyepelekan pertanyaan konyol itu."

"Eh? Memangnya ada apa dengan pertanyaan itu? bukankah itu pertanyaan untuk menguji seberapa royalitas kita terhadap kerajaan?"

"Eh? Apa??".

"Di kerajaan ku, informasi seperti itu diberikan untuk mengukur kebocoran informasi kerajaan. Mengingat ini adalah wilayah Duke Flora yang telah membereskan benalu di dalamnya. Sepertinya mereka sangat berhati-hati dengan kita."

"Tunggu Putri Lyra, apa maksud pernyataan akhir itu?"

"Membereskan benalu?"

"Bukan itu, yang satunya lagi."

"Pertanyaan tentang royalitas kerajaan?"

"Nah itu! bukankah itu hanya pertanyaan tentang seberapa banyak benda di ruangan pribadi?"

"Eh? Bukankah itu pertanyaan tentang kondisi kerajaan kita?"

"Eh?"

"Eh??"

Dalam sekejap, keributan kecil terjadi di pesta kecil itu. Mereka saling mempertanyakan soal khusus yang di dapat oleh mereka.

Putri Venice yang menyadari kejanggalan ini pun tersenyum lebar.

"Karl de Flora, siapa sangka dia mendapatkan informasi penting ku tanpa ku sadari. Dan.."

"Kenapa aku begitu bodohnya memberikan informasi sensitif ku!" ucap Putri Venice sembari menahan rasa malu.

"Eh? Venice-sama? Memangnya pertanyaan apa?" tanya Putri Lyra.

"Berat badan ku" balas Putri Venice sembari menangis.

[...]

"Onii-sama, sebenarnya.. apa itu Trigger Discipline?" tepat sehari sebelum Akademi aktif. Kami sangat sibuk membagikan seragam dan senjata kecil untuk murid-murid kami.

Untuk suatu alasan.. aku tiba-tiba menjadi pengisi mata pelajaran mengenai taktik militer.

Pertanyaan Chiyuki muncul setelah selebaran mengenai aturan menggunakan senjata di sebarkan. Itu dilakukan untuk mengurangi sasaran korban tembak dari sebuah peluru aktif.

Yep, mempersenjatai anak kecil dengan senjata terdengar sangat konyol. Untuk itu kita membuat mereka terbiasa memegang senjata. Kondisi mental dan kejiwaan harus di uji sebelum menggunakan senjata asli.

Bukan berarti senjata yang kita bagikan berisi peluru aktif. Itu adalah senjata yang berisi peluru cat, namun rasa sakit dari tekanan yang dikeluarkan masih terasa sakit jika mengenai badan.

"Trigger Discipline sangat diperlukan, Chiyuki. Mereka harus terbiasa merasakan bagaimana sakit dan dilema jika mengarahkan senjata kepada seseorang."

"Eh? Memangnya kenapa?" beberapa tahun telah berlalu. Chiyuki yang tumbuh sedikit dewasa ini mulai berubah menjadi gadis yang penuh rasa penasaran.

"Peraturan pertama, semua senjata pasti terisi amunisi dan siap untuk menembak. Ini menjadi penanda jika semua senjata memiliki potensi besar ada muatan peluru di dalamnya. Kita tidak boleh gegabah memainkan senjata, bahkan jika itu senjata yang tidak terisi peluru sekalipun."

"Uh, bukankah terdengar konyol jika senjata tidak siap digunakan saat dibutuhkan? Oh! Jadi itu maksudnya!"

"Tepat sekali, Chiyuki. Terkadang.. beberapa orang lupa dengan isi peluru di senjata pribadinya. Bahkan.. kejadian kecil seperti mengecek peluru di selongsongnya pun terlewatkan. Bisa saja mereka tidak sadar menekan pelatuk dan menembak peluru yang berada di selongsongnya. Kejadian terburuknya adalah.. dia bisa melukai dirinya sendiri."

"Bukankah itu bagus? Itu bisa menjadi pelajaran hidup yang berharga."

Oh!

I-Itu ada benarnya. Kenapa aku tidak memikirkan hal itu?

"Lalu, bagaimana dengan ini? peraturan kedua mengenai larangan mengarahkan senjata di luar target tembak."

"Terkadang, kelakukan orang-orang bodoh sulit ditebak. Mereka bisa saja memainkan senjata mereka di muka umum dan mengarahkannya ke target yang salah. Jika mereka menggunakan peluru aktif dan tanpa sengaja menekan pelatuknya. Uh.. itu sangat bodoh jika terjadi tapi aku yakin orang seperti itu akan ada. Untuk itu, pelarangan dan penggunaan senjata di wilayah kita sangat ketat."

"Uhm.. ada benarnya juga. Jadi, jika kita menemukan orang seperti itu. Apakah membunuhnya di tempat boleh?" tanya Chiyuki.

Yah, ini jauh lebih baik. Setidaknya.. orang yang dibunuh Chiyuki ini memiliki alasan dan bukti kuat. Tapi.. mari kita sedikit luruskan.

"Boleh.. tapi sebaiknya beri peringatan dan lucuti dahulu senjata yang ia pakai. Akan sangat membantu jika masalah itu bisa selesai tanpa perlawanan. Jika dia masih bersih keras dan membahayakan ruang publik. Penggunaan senjata untuk menetralkan orang tersebut diperbolehkan. Jika tidak salah.. aturan itu sudah masuk di undang-undang keamanan wilayah kita."

"Cih!"

Tanpa sadar aku mendapati Chiyuki yang kecewa dengan peraturan ini. Seorang gadis manis yang kecewa dengan aturan. Bukankah ini menarik?

"Semua aturan itu saling berkaitan, bagaimana pun juga senjata api itu sangat berbahaya. Bahkan peraturan ketiga adalah melarang jari berada di bagian pemicu senjata api jika tidak digunakan. Yep, kebodohan manusia itu tidak ada batasnya. Jika jari mereka selalu berada di bagian pemicunya, kepanikan kecil bisa memicu masalah yang besar."

"Em? Apa kita harus memotong jari mereka?"

"Tidak begitu konsepnya, Chiyuki."

"Lalu.. untuk aturan yang terakhir. Kenapa kita harus memastikan target sebelum menembak?" bukankah memastikan sekutu atau musuh saat berperang itu sedikit sulit?"

"Ya, benar. Untuk itulah kita memiliki seragam tersendiri untuk membedakan antara sekutu dan musuh. Dan.. komunikasi adalah kunci untuk menghindari serangan bumerang. Tugas kita saat ini adalah mendidik anak-anak ini agar tidak melakukan kesalahan bodoh seperti itu."

"Onii-sama, boleh aku bantu-bantu sedikit?"

Aku terkejut dengan tingkah Chiyuki kali ini, tidak biasanya dia menawarkan diri untuk membantu.

"Tentu saja, kita memiliki lapangan luas untuk simulasi. Dan.. disitulah tempat mu bersinar, Chiyuki."

"Serahkan padaku, Onii-sama!"

Entah kenapa, sebagian dari diri ku merasa.. ini adalah keputusan yang salah.

[...]