webnovel

Chapter 26

Sebuah bangunan yang berdiri di pusat kota sangat menarik perhatian. Itu karena beberapa anak muda dan bangsawan berkumpul di depannya. Bagaikan semut yang paham akan kedudukan mereka, kumpulan itu terbagi menjadi dua bagian.

"Yah, pemandangan yang sudah lama ku lupakan. Bangsawan yang terlalu mengedepankan ego mereka namun tidak sadar diri dengan kemampuan mereka. Terlebih.. kenapa ada ras lain disini?" pertanyaan ini muncul saat Karl mengamati Akademi dari kejauhan.

Pertanyaan itu muncul saat beberapa Elf dengan perawakan anak-anak terlihat.

"Mercedes.."

Setelah mendengar ucapan Karl yang memanggil dirinya, Mercedes yang berdiri di samping Karl pun membalasnya.

"Venice, Putri Mahkota Kerajaan Teresstia, Kerajaan yang di pimpin oleh Dark Elf."

"Dark Elf? Jadi Elf punya versi yang seperti itu?"

"Master Karl, aku paham jika Dark Elf menarik perhatian mu tapi kemampuan mereka tidak bisa dianggap remeh. Kerajaan mereka mungkin terlihat kecil namun kemampuan sihir penghancur Dark Elf merupakan ancaman yang nyata."

"Chiyuki.. catat itu."

"Siap, Onii-sama!"

Di samping mereka, tampak Chiyuki yang sedang berbahagia duduk di pangkuan Karl.

"Siapa anak kucing itu?" lanjut Karl.

"Anak kucing atau anak harimau?"

"Yah, keluarga mereka sama secara genetik. Hanya ukuran tubuhnya saja yang berbeda."

"Lyra, Putri Mahkota Kerajaan Chianxen, Kerajaan yang menganut hukum alam dimana yang kuat akan memimpin."

"Well.. sekarang ada dua putri mahkota kerajaan disini? Wilayah kita sangat terkenal rupanya."

"Setelah kejadian itu, akan sangat aneh jika mereka tidak mengunjungi kita bukan?"

"Yah, itu ada benarnya. Mereka pasti bertanya-tanya kenapa kita bisa melakukannya. Padahal.. jika mereka melakukannya juga.. menghancurkan dua kerajaan cukup mudah."

"Master Karl, perlu di ingat.. keterbatasan kapasitas mereka berbeda."

"Oh, hampir saja aku lupa. Mereka cukup bodoh untuk melakukan itu."

Tawa kecil sedikit terdengar, jauh di dalam bayang-bayang hitam ruangan ini terdapat sepasang mata yang bersinar di kegelapan.

"Oh, kau sudah kembali? Cepat juga kerja kalian."

Dari dalam kegelapan, muncul seorang gadis serigala yang berpakaian militer lengkap dengan senjata laras pendek di pinggangnya.

"Master, segala persiapan telah dilakukan!"

"Oh, bagus.. segera jalankan sesuai rencana."

"Siap, Laksanakan!"

Setelah menerima perintah dari atasannya, gadis serigala itu pun kembali menghilang memasuki kegelapan.

"Master Karl, apa yang akan kita lakukan dengan semua informasi ini?"

"Oh.. ini hanya jaminan kecil untuk mereka. Sebuah rumor meresahkan muncul dari tujuh kerajaan dan informasi yang dikumpulkan oleh tim alpha mengatakan jika kerajaan mereka sedang mengalami perang saudara. Saling merebut kekuasaan dari satu garis keturunan yang sama, kepemimpinan seperti itu terlihat sangat bodoh. Bukan hanya mereka tidak nyaman di rumah sendiri tapi juga bisa mati di rumah mereka sendiri."

"Hmm.. jika itu terjadi padaku. Kabur ke tempat lain adalah pilihan yang tepat. Ah! Jadi karena itu mereka ada disini?"

"Ya, Mercedes.. wilayah kita sekarang memiliki pewaris tahta kerajaan lain yang kabur untuk berlindung. Jika kita terseret dalam perselisihan mereka, kita akan melakukan Operasi Succubus sebagai balasan."

"Operasi Succubus? Artinya.. kita menggunakan sumber daya mereka untuk membantu mereka?"

"Yep, sumber daya kita tidak ada yang hilang kecuali sumber daya mereka. Sama seperti Succubus yang menguras kantung kehidupan mangsanya."

"Ugh, Succubus.. lalat kecil yang menyebalkan. Master Karl.. jika kita bertemu Succubus.. boleh ku bunuh ditempat?"

"Yah, lakukan sesukamu. Tapi.. pastikan kau mengambil informasi menarik dari kepalanya."

"Fufufu~ tentu saja" balas Mercedes yang dipenuhi senyuman.

[...]

Suasana gedung Akademi terlihat begitu sesak. Walaupun itu adalah gedung yang di alih fungsikan namun antusiasme lalat-lalat kecil yang tertarik oleh bunga bangkai yang baru saja mekar melebihi kapasitas yang di tentukan.

Hasilnya.. beberapa gelombang pendaftaran terbuka menjadi tiga jalur. Serangkaian test yang telah di tentukan pun berjalan sedikit lancar.

Kecuali.. pihak bangsawan yang masih keras kepala dengan ego mereka.

Pertanyaan singkat mengenai aturan dasar wilayah yang mereka tinggali pun menjadi masalah utama saat ini.

"Yang benar saja, kalian tinggal di wilayah yang dipenuhi aturan dan menolak aturan tersebut? Kalian ini bodoh atau keras kepala sih?" ucap Karl dengan nada ketusnya.

"Terutama untuk kalian yang berasal dari Kerajaan Flora. Yah, kalian memang kalah telak di perang terakhir tapi jangan jadikan itu sebagai alasan untuk membutakan mata kalian. Aku akan dengan senang hati menendang kalian keluar jika saja orang tua kalian tidak terikat dengan perjanjian damai."

"Dan.. untuk kalian yang dari Kerajaan Abzien. Well.. pintu keluar selalu terbuka untuk kalian. Kenapa sih dua kerajaan ini terlalu bodoh untuk mengikuti aturan yang berlaku."

"Aturan yang berlaku? Apa membunuh ratusan ribu prajurit merupakan aturan?" di sela-sela perkataan Karl, sebuah suara yang dipenuhi dendam terdengar.

Karl yang mengetahui sumber suara itu pun tersenyum.

"Ya, itu aturan.. terutama untuk wilayah kecil yang tidak memiliki prajurit dan melindungi rakyat yang tertinggal" balas Karl.

"Omong kosong!" suara yang di penuhi kemarahan pun terdengar.

Sumber suara itu berasal dari Putri Mahkota Kerajaan Abzien. Ia tengah menatap Karl dengan matanya yang diliputi api amarah.

"Haaah~ dari banyak nya protes yang masuk. Kenapa harus Kerajaan Abzien lagi? Apa kalian tidak punya urusan lain selain membahas kejadian memalukan kalian?"

"Kejadian memalukan? Apa menurut mu membunuh 60% populasi dari sebuah kerajaan adalah kejadian memalukan?"

"Astaga, dengar kan aku dulu adik kecil. Kau ingin tahu apa yang sedang terjadi saat itu kan? Chiyuki.. giliran mu membungkam gadis kecil yang tak tahu apa-apa ini."

"Dan.. Mercedes.. pastikan yang lain mendengarkan."

Sebuah lingkaran sihir yang menutupi ruangan pun tercipta. Bahkan bangsawan Dark Elf yang berada di dalam ruangan pun terkejut saat melihat sebuah lingkaran sihir yang besar tiba-tiba aktif. Ruangan mereka berubah menjadi ruangan tertutup, jendela yang menampilkan bagian pemandangan luar tiba-tiba tertutupi oleh lapisan baja tebal yang keluar dari balik dinding dan pintu keluar ruangan pun ikut tertutupi oleh lapisan baja yang keluar dari dinding sampingnya.

Di balik keheningan itu, sebuah projektor yang di hidupkan perlahan menampakkan cahaya nya. Di kegelapan itu, sebuah cahaya yang menampilkan realita perang ada di hadapan mereka. Kerajaan Flora dan Kerajaan Abzien tidak jauh berbeda, mereka mengadopsi doktrin militer yang sama.

"Seperti yang kalian lihat, dari kejauhan.. mantan kerajaan kami yaitu Kerajaan Flora. Mereka mengambil paksa daging dan hasil panen rakyat untuk keperluan perang mereka. Jika mereka menolaknya.. maka membakar desa adalah tindakan yang wajar. Itu karena.. menolak perintah kerajaan adalah bentuk pengkhianatan. Dan.. Yap.. kita akhirnya menjadi pengkhianat karena di dorong oleh situasi. Jika kalian tahu.. ada desas-desus mengenai Duke Flora yang merencanakan kudeta. Perlu ku tegaskan, kenapa kami harus repot-repot mengurus kerajaan yang buruk ini jika kami bisa keluar dari dengan mudah?"

"Sedangkan kerajaan tetangga kita, yaitu Kerajaan Abzien. Aku tidak tahu apa yang membuat kalian berpikir jika memaksa rakyat laki-laki untuk bertempur bisa meningkatkan kekuatan militer kalian. Secara jumlah, kalian memang lebih banyak namun taktik kalian sangat licik. Membiarkan sebuah wilayah untuk diambil alih dengan meracuni sumber air dan daging ternak mereka? Seharusnya kalian malu dengan sifat licik kalian."

"Oh, terakhir.. terimakasih atas masalah yang kalian buat. Kami akhirnya bisa damai membangun wilayah ini tanpa kendala."

"Well.. jika kalian masih tidak menerima kenyataan pahit ini dan menganggap tindakan kami di luar akal sehat. Sebenarnya apa yang kalian harapkan dari sebuah perang? Perang tanpa korban jiwa? Bahkan sifat naif kalian pun harus dilandaskan oleh logika dasar di dalamnya."

"Sedangkan di sisi kami, hanya ada orang tua yang di tinggal oleh anak-anak mereka. Jika kalian ada di posisi kami, apakah melindungi diri sendiri adalah kesalahan?"

"Tapi.. membunuh orang-orang seperti itu adalah tindakan ya-"

Belum sempat ia selesai bicara, sebuah gambar yang menampilkan surat ancaman dari pihak Kerajaan Abzien terlihat.

"Katakan itu pada pemimpin militer mu, kau itu Putri Mahkota kan? Tidak ada salahnya mempertanyakan surat ancaman ini kepada petinggi militer mu. Itu pun jika kau cukup berharga di mata mereka" ucapan yang dipenuhi sindiran ini pun menutup topik yang dibahas.

Ruangan itu kembali menjadi normal dan sebuah sirine tanda peringatan terdengar.

"Yep, waktu kalian habis untuk materi pelajaran realita yang tidak berguna ini. Pastikan kalian mengemas peralatan kalian jika ingin meninggalkan wilayah kami. Dengan nilai seperti ini.. kalian tidak pantas memasuki Akademi kami."

Setelah mengatakan kalimat terakhir itu, Karl dan beberapa orang disampingnya pergi meninggalkan ruangan.

"Sebuah hari yang aneh untuk mengajar seekor bayi yang baru lahir" ucap Karl dengan nada yang pelan.

"Onii-sama, mereka hanya perkumpulan orang-orang bodoh."

"Master, bahkan bayi pun memiliki kapasitas otak yang lebih besar daripada mereka."

"Yah, kalian berdua ada benarnya. Pada akhirnya.. hanya anak-anak di wilayah kita saja yang bisa diterima. Nah, itu jauh lebih baik daripada melayani sikap bodoh para bangsawan asing itu."

[...]