"Kamu." Gabriel menunjuk ke arah Amora. "Ikut aku ke ruang guru." Ia mengalihkan pembicaraan. "Aaron, ikut aku," ucapnya lalu berjalan pergi meninggalkan kelas.
"Baiklah." Aaron pun mengikuti Gabriel.
Seisi kelas 12-2 mendadak heboh, layaknya kapal pecah. Mereka semua membicarakan Gabriel yang tadi membentak Amora.
"Amora jahat sekali, ya, membuat buku May basah."
"Iya, untung saja ada Gabriel, sang penyelamat."
Aku melihat ke arah Amora. Ia pasti tertekan dibicarakan seperti itu. Padahal aku tahu, kalau ia tidak bermaksud melakukannya. Ia hanya cemburu.
Langkah Amora berjalan menghampiriku. "Kamu pasti tahu' kan kalau ini belum berakhir." Ia berjalan pergi meninggalkan kelas.
Aku menghembuskan nafasku. Iya, aku tahu, sangat tahu. Ini akan terjadi jika aku berada di dekat Gabriel, pria elang itu.
Kalau begitu, aku akan berusaha menjauhinya mulai dari hari ini.
♛♛♛
Kantinnya ramai sekali. Banyak siswa-siswi yang lalu lalang untuk menikmati istirahat mereka.
Sayang sekali Visera hari ini tidak masuk sekolah. Kalau ia masuk, pasti ia sudah berhasil menyerobot antrian yang super panjang ini.
"Hari ini kantin menjual makanan baru, makanya sangat ramai." Suara tersebut membuatku menoleh ke arah sumber suara.
Aku tersenyum. "Memangnya menu baru apa sampai membuat kantin ramai?"
"Aku dengar-dengar kue tiramisu dua lapis."
Ti ... tiramisu?! Astaga, kue favoritku! Tapi sepertinya sudah habis. Antriannya panjang sekali.
"Mau aku belikan?" tanya Aaron.
"Eh, tidak perlu. Lagipula aku tidak begitu suka."
"Tunggu sebentar, ya." Aaron berjalan pergi untuk membeli kue tiramisu.
Aaron itu baik sekali, ya. Ia mau menerobos antrian hanya demi kue tiramisu.
Ah, dia pria yang baik dan juga manis. Apa aku jadi suka padanya?
"Siapa yang sangka, ya, kue tiramisu bisa mengundang para siswa untuk membelinya."
Aku memicingkan mata ke arahnya. "Sedang apa kamu di sini?" Sudah tahu aku ingin menjauh darinya, eh, malah bertemu lagi.
"Kantin ini' kan tempat umum, jadi siapa saja boleh datang ke sini." Gabriel tersenyum tipis.
"Iya, hanya mu ...."
"Maaf, May, kue tiramisunya ti-" Ucapan Aaron terputus karena melihat kehadiran Gabriel.
"Iya, tidak apa-apa, Aaron. Lagipula aku tidak begitu ingin kue tiramisu."
Yah, padahal aku ingin sekali makan kue tiramisu. Rasa keju khas Italia dengan taburan bubuk kakao di atasnya itu sangat lezat.
Kulihat tangan kanan Gabriel sedang memegang kue yang terbungkus oleh plastik kecil.
Itu kue tiramisu.... Ah, beruntung sekali dia bisa mendapatkannya.
"Ini." Diberikannya kue tiramisu kepadaku. "Tadi aku diberikan oleh Bu Anne sebagai orang pertama yang akan mencicipi, tapi aku tidak menyukainya, jadi untukmu saja."
"Terimakasih," ucapku sambil menerima pemberian Gabriel.
Gabriel mengangguk. Ia menepuk pundak Aaron. "Duluan, ya." Langkahnya berjalan pergi meninggalkan kantin.
Akhirnya aku mendapatkan kue tiramisu. Wah, ternyata benar-benar dua lapis. Uhh, bubuk kakaonya banyak sekali. Aku tak sabar ingin memakannya!
"Kalau begitu, aku pergi, ya."
Aku yang sedang melihat kue tiramisu menoleh. "Eh, iya, terimakasih, ya, sudah membantuku."
"Dengan senang hati." Aaron tersenyum lalu berjalan pergi.
♛♛♛
Ternyata Toko Tian lebih lengkap dari yang kuduga.
Hampir semua makanan, termasuk buah-buahan lengkap dijual di toko ini. Ya, hampir semua, kecuali permen gulali.
Kata mama, aku boleh membeli permen gulali jika masih ada kembalian setelah berbelanja kebutuhan. Untung uangnya masih tersisa 1.50 Dollar. (Atau 15.000 jika dirupiahkan dari Dollar Singapura).
Padahal aku sudah keliling toko ini untuk mencarinya tapi tetap tidak menemukan permen gulali.
Kulihat jinjingan yang kupegang. Semua pesanan mama sudah kubeli, tinggal permen gulaliku.
Aku harus mencarinya sekali lagi dan kalau tidak ada, terpaksa keinginanku untuk membeli permen gulali dibatalkan.
♛♛♛
Aku sudah mencarinya tapi tidak ketemu juga permen gulalinya.
"Besok saja, ya, beli permen gulalinya. Belanjaan kamu sudah banyak."
♛♛♛