webnovel

My Favorite Problem

Pernahkah kamu terlibat cinta segiempat? Bagaimana perasaan kamu ketika di perebutkan oleh 3 laki-laki sekaligus? Senangkah, bahagiakah, atau justru bingung? Karena dari ketiganya itu, masing-masing memiliki alasan kuat untuk kamu pilih. Itulah yang di rasakan oleh Nayla Laurienz Fransisco, seorang gadis cantik berdarah Prancis yang terjebak cinta segiempat usai di tinggal pergi oleh orang yang amat di cintainya. Jika berbicara cinta, maka otomatis juga berbicara perihal meninggalkan atau di tinggalkan, patah hati, kenangan, dan rindu. Seberapa kuat kamu, mengikhlaskan kepergian seseorang? Tentu tidak mudah bukan? Lalu bagaimana mungkin jika tiba-tiba saja kamu mendapatkan sepucuk surat dari surga yang dikirimkan orang itu? begitu umit 'kan? Tapi bagi Nayla, itu semua adalah "Favorite Problem". Why? Temukan jawabannya di sini.

Uul_Ulhiyati · Fantasy
Not enough ratings
306 Chs

18. Woy, Nathan Bucin

"Woy, woy, woy, tau gak, ada pemandangan langka di luar," teriak seorang siswa memberitahukan teman sekelasnya.

"Apa? Ada apa?" tanya yang lain.

"Si Nathan lagi mungutin sampah, seumur-umur gue baru liat dia kaya gitu," ujar siswa tersebut dengan sangat antusias.

Sontak saja, semua siswa berhamburan keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Nayla!" panggil Fanny dan Jessy. Mereka berdua langsung berlari menghampiri Nayla.

"Waw, gila, Lo apain si Nathan? Sampe bisa kaya gitu," ujar Jessy sambil geleng-geleng kepala.

Semua orang terkejut, melihat Nathan yang sedang berjalan ke sana kemari untuk memunguti sampah-sampah di lapangan dengan sebuah karung di punggungnya. Beruntung, karung itu bersih karena masih baru.

"Terangkanlah ... Hati yang berlalu dengan penuh dosa," Jojo dan Nathan yang tiba-tiba sudah berada di dekat Nayla dan teman-temannya kompak menyanyikan soundtrack film azab, menambah dramatisir suasana.

"Wahahaha, Mas bro, ada angin dari mana sih? Kok, Lo bisa tiba-tiba rajin gini," Jojo terus terkekeh, sampai memegangi perutnya yang mulai sakit karena kebanyakan tertawa.

"Nathan, alhamdulillah ya, ternyata kamu teh udah di kasih hidayah sama Gusti Allah buat jadi siswa teladan. Jangan lupa, abis bersihin lapangan, bersihin wc juga ya," Tarno ikut mengolok-olok Nathan.

Nathan memandang kedua temannya itu dengan pandangan sinis seolah ingin menelannya bulat-bulat.

"Temen macem apa lo berdua? Bukannya bantuin, malah ngatain," teriak Nathan.

"Nay, itu kasian si Nathan, udah keringetan kaya gitu," kata Fanny.

"Biarin aja, tanggung sampahnya juga tinggal sedikit," sanggah Nayla.

"Fanny," seseorang memanggil Fanny dengan suara yang hampir tidak terdengar.

"Fanny," sekali lagi dia memanggil, tapi yang di panggil tetap tidak menoleh. Akhirnya, orang itu menyentuh tangan Fanny.

"Eh," Fanny terkejut dan langsung menoleh, dia terbelalak saat melihat orang yang barusan menyentuhnya.

"My dear Jojo," ucapnya sambil sedikit ternganga.

"Hai," Jojo tersenyum manis.

"Hallo," Fanny tersenyum lebar, dia merasa seperti baru mendapat undian berhadiah di pagi hari.

"Ada apa, My dear?" tanya Fanny, saat itu semua orang fokus pada Nathan, jadi tidak ada yang memperhatikan Fanny dan Jojo.

"Hah?! Eng-enggak sih, cuma pengen nyapa aja," jawab Jojo yang cukup berhasil membuat Fanny tersipu malu.

"Gays, dengerin gue," teriak Nathan dengan lantang, membuat semua orang terdiam.

"Mungkin kalian aneh ngeliat gue, karena selama ini gue belum pernah kaya gini. Asal kalian tau, gue udah berubah jadi lebih baik lagi itu karena Nayla. Cinta Nayla yang bisa bikin gue luluh dan sedikit demi sedikit mulai berubah. Apapun yang Nayla mau pasti gue turutin, I love you so much, Nay," kata Nathan sambil terus menatap Nayla.

"Cie ... Cie ... Huhuy."

"Ekhem ... Ekhem ...."

"Nay, bales dong, Nay,"

"Bales ... Bales ... Bales,"

Semua orang riuh seketika, mereka sangat antusias melihat pasangan yang satu ini. Tetapi, tidak semua senang melihatnya. Ada sepasang mata yang memandang keduanya dengan tatapan yang sendu. Ada sesuatu yang meresap ke dalam hatinya, membuat perasaannya berdesir tidak karuan, antara marah dan sedih melihat Nayla dan Nathan.

"Ih, gelay. Bucin banget sih, si Nathan," kata Jessy.

Nayla tertunduk malu, sambil terus meremas rok sekolahnya. Dia tak menyangka kalau Nathan akan mengatakan hal itu. Bukankah tujuannya hanya untuk membalaskan dendam Reno yang telah di pukuli sampai babak belur oleh Nathan?

Sementara Fanny dan Jojo malah saling berpandangan. Jangan salah, jari mereka pun saling mengunci satu sama lain. Mereka ikut terbawa suasana mendengar perkataan Nathan.

"Nay, jawab dong. Si Nathan bilang love you katanya," Jojo ikut menggoda Nayla.

Sebelum keadaan makin riuh, untung saja ada Pak Suripto datang ke tengah lapangan.

"Ada apa ini? Kenapa kalian berkumpul di sini?" tanyanya.

"Bapak," Nathan tersenyum sambil mengangguk.

"Nathan? Kamu Nathan kan?" Pak Suripto sangat terkejut melihat Nathan yang masih memegang karung.

"Iya, Pak. Saya Nathan,"

"Sejak kapan kamu rajin?"

"Nathan mau di pilih jadi siswa teladan tahun ini, Pak," celetuk Jojo, di sambut derai tawa yang lainnya.

"Sudah, sudah, ayo kalian bubar, dan kembali ke kelas," kata Pak Suripto.

"Huuuh ...." suara riuh rendah para siswa terdengar, mereka belum menyelesaikan adegannya tetapi sudah di suruh masuk ke kelas.

"Kalian juga masuk," sentak Pak Suripto pada Nayla dan teman-temannya.

"Baik, Pak," ujar Nayla, seraya berjalan di ikuti Jessy di sampingnya.

"Fanny, ayok," ajak Jessy.

"Eh, iya, Ayo. Aku ke kelas dulu ya, my dear," Fanny melambaikan tangannya kepada Jojo, lalu dia berlari mengejar Nayla dan Jessy. Jojo membalas lambaian tangan Fanny dengan bibir tersungging.

"Udah, Mas Bro. Yok kita ke kelas," panggil Jojo.

"Bawain tas gue," kata Nathan.

"Tapi, serius deh, kamu mah cocok pisan euy, jadi pemulung kaya tadi," celetuk Tarno.

"Bener, No. Gue setuju, dia udah kaya lagi maen film azab," Jojo ikut menimpali.

"Wah, mau gue jitak, Hah?"

"Haha, Ampun, Mas Bro, Ampun," Jojo dan Tarno berlarian karena takut di kejar Nathan.

Saat masuk kelas, Pandangan Nayla beradu dengan mata Reno. Nayla tersenyum padanya, dia senang karena melihat wajah Reno sudah membaik dan bisa masuk sekolah lagi. Tetapi, Reno justru mengabaikan senyumnya, dan malah memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Reno kenapa? Gak kaya biasanya," tanya Nayla dalam hati.

Nayla rasa, saat terakhir bertemu dengan Reno kemarin, dia masih baik-baik saja. Nayla memandang Reno sesekali dari tempat duduknya, tapi Reno hanya tertunduk dan terlihat sibuk mencoret-coret kertas di hadapannya.

Bel telah berbunyi, pertanda jam pelajaran pertama akan segera di mulai.

"Baiklah, kita akhiri pertemuan hari ini, mengingat waktu sudah habis. Jangan lupa untuk mengerjakan tugas yang saya berikan. Wassalamu'alaikum." Ucap Bu Yuyu, seorang guru bahasa Indonesia.

Para siswa berhamburan keluar begitu guru meninggalkan kelas. Mereka memanfaatkan waktu istirahat dengan sebaik-baiknya.

"Nay, ke kantin, yuk," ajak Jessy.

"Eum, gue mau ke ...," baru saja Nayla hendak menghampiri Reno, tapi anak itu sudah lebih dulu berlalu dan meninggalkan kelas.

"Nay, kantin, yuk," tiba-tiba Nathan bersama teman sejolinya sudah berada di bangku Nayla.

"Yuk, semuanya, Jessy, Fany. Tenang aja, hari ini kita semua bakalan di traktir sama Bos Nathan, dia kan, abis dapet uang dari hasil mulung," ujar Tarno. Nathan mendelik, dia tidak pernah merasa mengatakan itu sebelumnya.

"Asik, di traktir sama Nathan," kata Fanny.

"Yuhu, lumayan dapet traktiran."

"Yuk, ke kantin, kita kuras dompet Nathan sampe ludes," ajak Jojo. Tanpa menunggu persetujuan dari Nathan lagi, mereka sudah pergi ke kantin dan memesan makanan.

"Untung gue banyak duit," gumam Nathan sambil berjalan mengikuti teman-temannya.