Pagi ini Lani sudah bersiap untuk berangkat ke kantor. Seperti biasanya ia mengendarai motornya dengan tenang, karena ia berangkat masih pagi membuatnya santai dalam berkendara.
Saat sampai di parkiran ia membuka jaket dan helmnya.
“Hei Lan!!” sapa Robi yang baru saja parkir didekat Lani
“Wih tumben berangkat pagi” sahut Lani sambil mencabut kunci motornya
“ya kan lo juga berangkat pagi, makanya gue ikutin”
“sumpeh lu?”
“Engga wlek” ucap Robi sambil menjulurkan lidah mengejek
Suasana kantor masih dengan pekerjaan yang datang silih berganti. Di lain tempat Akbar sedang berada di salah satu distro miliknya, ia menyibukkan diri dengan mengecek laporan laporan hasil penjualan distro distronya.
Selain itu Akbar bermaksud untuk mencari pakaian baru untuk ia kenakan nanti saat praktek. Padahal bajunya akan tertutup dengan jas dokternya, tapi demi Lani sang pasien pujaan hatinya. Ia ingin tampil lebih keren dari biasanya.
“Andi gak kesini?”tanya Akbar ke staff yang berjaga di distro ini.
“Mungkin masih di tempat produksi bos, tadi pagi bilang ada bahan yang datang” ucap Bobi menjelaskan.
“Owh Ok, gue mau cari produk yang minggu lalu kita launching. Masih ada yang buat ukuran gue gak?” ucap Akbar yang memang bangga menggunakan produksi bisnisnya.
“Saya cek dulu ya bos. Kayanya masih mau apa Jaket, Flanel atau ......” banyak macam yang Bobi sebutkan terlebih produk dari brand Akbar tersedia dari atas sampe bawah. Selain itu Akbar membuat produk produknya unisex bisa digunakan untuk pria maupun wanita.
“Bob tolong bukus ini pake box ya” ucap Akbar menyodorkan jaket bahan jeans berwarna Coklat tua
“Ok bos, yang satunya enggak?”
“Engga ini mau langsung gue pake aja”
Bobi langsung membawa jaket itu dan mengepacknya.
“Bos kok kecil buat siapa eh”
“Ada deh, kepo lo” ucap Akbar sambil tertawa.
Seusai menerima box yang tadi isi dengan jaket itu, Akbar langsung pergi ke Klinik. Ia akan mempersiapkan alat alat terlebih dahulu.
Lani sudah sampai di klinik ini lagi. Hari ini ia akan dicabut giginya sesuai dengan prosedur yang dibilang dokter yang sekarang mencoba dekat dengannya. Lani awalnya canggung saat dekat dengan sosok dokter Akbar itu. Namun ia tak mungkin terus menolak untuk tak terlalu dekat dengannya. Lani berusaha menghilangkan rasa canggung itu sekuat tenaga.
“Hei...Baru pulang kantor?” ucap Akbar saat Lani sudah dipersilahkan masuk ke ruangan dokter itu.
“Iya ini langsung kesini” sahut Lani mendekati kursi yang ia akan duduki
Skip
Beberapa menit kemudian prosesi pencabutan gigi sudah selesai. Lani sudah siap bila harus merasakan sakit setelah cabut gigi.
Saat ini jantung Akbar masih berdetuk kencang, karena ia harus berada didekat Lani. Terlebih sangat dengan wajahnya. Bahkan dia menahan diri untuk tak macam macam dan selalu bersikap profesional.
Akbar gemas dengan sosok perempuan yang ia tangan ni ini. Pipinya bersih mulus dan kulitnya yang berwana kuning langsat membuatnya menawan hati. Beberapa kali ia bahkan harus menyentuk kulit bibir wanita itu. Godaan besar bagi Akbar, beberapa kali ia menguatkan diri.
Hingga kini ditatap perempuan itu yang sedang membenarkan kapas yang sempat ia gunakan untuk menahan darah. Melihat Lani sedikit kewalahan akhirnya Akbar mencuci tangannya kembali dan mengambil kapas yang sudah diberi cairan dan mengarahkannya ke perempuan itu.
“ Sini aku bantu ” ucap Akbar mendekat ke arah Lani
“ Buka mulut ” imbuh Akbar membuat Lani langsung mengikuti perintahnya.
Setelah menempelkan kapas Akbar langsung
“Semoga sakitnya gak lama ya” ucap Akbar sambil mengusap usap pipi Lani sebentar
Lani yang mendapat perlakuan seperti itu langsung merah padam, pipinya langsung merona.
“Bisa duduk sini” ucap Akbar untuk kembali duduk di hadapan meja kerjanya
Lani hanya mengangguk dan langsung pindah duduk.
Akbar menjelaskan perihal langkah selanjutnya, kemungkinan mereka akan bertemu kembali untuk pemasangan behel 3 hari kedepan.
“Baik dok, kalau begitu saya permisi” pamit Lani setelah selesai.
“eh tunggu bentar” ucap Akbar seperti mau mengambil barang di laci bawah meja kerjanya.
Akbar menyodorkan box yang ia bawa tadi dari distronya.
“Buat saya dok?” tanya Lani
“Iya buat kamu, itu brand saya. Siapa tau suka, eh semoga suka ding” gugup Akbar
“wahh, keren kayanya nih dari boxnya aja bagus” ucap Lani dengan mata berbinar
“Dipake ya, semoga pas” sahut Akbar
“Boleh saya buka disini dok?” tanya Lani yang sudah sangat penasaran dengan isi didalamnya
“Owh tentu boleh” jawab Akbar antusias
“Wihh bagus dok, ini beneran buat saya?” ucap Lani dengan mata berbinar.
“iya buat kamu”
“bayar gak? Kalau suruh bayar saya tetep mau kok”
“Gratiiiss, anggap saja hadiah perkenalan kita”
“aih, kemaren kan udah di traktir juga. Eh sekarang malah dikasih ginian, gak sekalian kasih diskonan buat behel dok” ucap Lani dengan bermaksud bercanda
“Ahh, iya besuk aku bilangin administrasi kamu bakal aku kasih diskon” ucap to the point Akbar, ia bahkan rela memberikan perawatan intensif secara gratis untuk seorang Alani Sukma
“Ehhhh enggak perlu, bercanda doang kok dok. Saya cuma bercanda lho!” ucap Lani takut kalau Akbar benar benar memberinya diskon, Lani merasa tidak enak dengan dokter Akbar.
“Kalau saya maunya serius gimana”
“kan saya udah bilang saya bercanda dok! Lupain dok saya gak minta diskonan kok bener deh. Udah beruntung banget saya dapet jaket gini” ucap Lani kelagapan dan memakai jaket itu
“Ini bagus banget dok, pas juga buat saya” imbuh Lani sambil memerkan jaket yang ia kenakan.
Akbar tersenyum puas melihat jaket pemberiannya langsung dipake oleh Lani. Terlebih melihatnya senang menggunakan jaket itu.
“Makasih banyak ya dok, saya belum jadi ganti traktiran kemaren malah dapet jaket. Kapan kapan saya traktir deh sesuka dokter mau apa” ucap Lani sudah siap untuk keluar dari ruangan itu dan tetap memakai jaket pemberian Akbar.
“Owh dengan senang hati, pokoknya aku bakal nagih terus lho ya” goda Akbar
“Oh tenang aja dok, saya bukan orang yang suka ingkar janji. Saya permisi dulu ya dok”
Saat Lani sudah dekat dengan pintu ruangan itu, Akbar mencegahnya untuk keluar
“Saya beneran serius lho sama kamu” ucap Akbar saat tatapan mereka berdua bertemu.
Lani seketika mematung, jantung lani tiba tiba berdebar kencang saat mendengar itu. Hingga kesadarnyanya muncul dan Lani
“Udah saya bilang dok saya bercanda, kalau sampe dokter beneran kasih diskon gara gara saya. Saya gak mau balik kesini lagi” ancam Lani
“eh jangan, kamu udah jadi pasien saya”
“makanya jangan kaya gitu” kesal Lani
“Ok ok saya gak bakal kasih diskon kamu. Tapi soal saya serius sama kamu itu beneran”
“ha?”
“Saya serius mau kenal sama kamu”
Lani masih berdebar debar saat mendengar ucapan kata “serius sama kamu” itu. Lani tak ingin terlalu pede dan berharap lebih, mungkin dokter itu hanya ingin berteman baik dengannya.