2 MCF - Tunangan

Sinar mentari sekarang sudah mulai bekerja, dia sudah memberikan sinar serta hangatnya kepada mereka para makhluk bumi termasuk dengan manusia, serta tumbuhan dan hewan.

Di pagi yang cerah ini ada seorang cowok yang sekarang tengah melajukan motornya bersama dengan seorang gadis yang duduk di belakang.

"Kak, bisa bawa motornya lebih pelan dikit gak sih? Aku takut," ucap seorang gadis berambut hitam panjang yang sekarang terurai dengan indah dan juga terbang terhembus angin.

"Siapa suruh lo berangkat sama gue?" tanya laki-laki dengan suara yang terdengar sedikit serak.

Laki-laki yang sekarang tengah mengemudikan motor dengan kecepatan yang menurutnya pelan 88KM/H memiliki nama lengkap Eldrick Galang Bratawijaya atau lebih biasa dipanggil Galang.

"Papah Kakak," jawab gadis itu menggunakan nada bicara yang terdengar begitu polos.

Memang orang yang menyuruhnya berangkat bersama dengan Galang adalah Papah dari Galang sendiri, karena tidak mungkin dia meminta Galang untuk menjemputnya, yang ada Galang tidak akan mau menuruti permintaanya.

"Gak usah banyak omong. Lo tinggal diem duduk dan nanti bisa sampai ke Sekolah tepat waktu," ucap Galang yang malas mendengarkan omelan dari gadis yang berstatus sebagai tunangannya.

Apa yang sudah Papahnya Galang ucapkan waktu itu benar saja terjadi. Siang harinya saat Galang tengah tertidur, dia dibangungkan begitu saja dan dihadapkan pada acara tunangannya.

Flashback

"Bangun Sayang, Papah kamu udah nunggu di bawah."

Seorang wanita yang sekarang tengah menggunakan blazer berwarna maroon dengan inner warna hitam membangunkan anak satu-satunya itu dengan nada bicara yang begitu lembut.

"Nunggu untuk apa?" tanya Galang setengah sadar.

"Nunggu kamu bertunangan," jawab wanita dengan nama lengkap Melati Ayu Mutia atau dengan kata lain adalah Mamahnya Galang.

Mendengar kata tersebut membuat Galang tersenyum tidak percaya dan kemudian dia menarik selimutnya. Tidak mungkin ada acara tunangan semendadak ini.

"Dia sudah bangun?" tanya Pria yang baru saja melangkahkan kakinya masuk ke kamar Galang.

Pria itu sekarang menggunakan pakaian yang begitu formal, dia menggunakan jas dengan dalaman kemeja yang terlihat begitu rapi dan membuat auranya begitu terpancar.

"Belum Mas, dia malah tidur lagi." Melati menjawab dengan menggunakan nada bicara yang begitu santai.

Mendengar hal itu, Pria bernama lengkap William Bratawijaya itu melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Putra tunggalnya tengah tertidur kembali setelah terganggu oleh kedatangan Melati.

"Galang, bangun."

Sama sekali tidak merespons, apalagi menuruti hal yang sudah Papahnya ucapkan, Galang masih ingin menikmati tidurnya yang sekarang sudah lebih dari 6 jam.

Galang pulang dari Basecampnya jam 2 dan di jalan entah ke mana dulu sampai akhirnya dia sampai ke Rumah pada saat pukul 3 dini hari.

"Kamu lupa dengan apa yang sudah Papah beri tahu sama kamu, kalau sekarang kamu akan bertunangan?" tanya William sambil menunggu Anaknya bangun.

William yakin kalau Anaknya sudah mendengar apa yang sudah dirinya ucapkan, tapi Anaknya masih enggan untuk membuka mata.

"Memangnya Papah beneran mau membuat aku bertunangan hari ini juga?" tanya Galang setengah sadar, dia masih tidak percaya dengan hal ini.

"Benar. Ayah serta calon tunangan kamu sudah ada di bawah. Acara tunangan kalian akan dilangsungkan sekarang juga, tapi tidak sampai mengundang tamu. Hanya keluarga kita dan keluarganya."

Mendengar keseriusan yang sudah Papahnya ucapkan, membuat Galang terdiam dengan mata yang masih tidak ingin dia buka, dia merasa kalau semua ini pasti serius.

"Papah tunggu sampai 30 menit, kalau kamu tidak menemui mereka, semua fasilitas yang Papah berikan pada kamu akan Papah cabut, termasuk dengan motor kesayangan kamu."

Setelah mengucapkan kalimat itu, William langsung melangkahkan kaki meninggalkan Anaknya yang dia yakini sekarang tengah memikirkan apa yang sudah dirinya ucapkan.

Galang membuka matanya dan menatap langit kamarnya, Melati melangkahkan kaki menuju ke arah di mana Anaknya yang baru saja bangun berada.

"Mah, apa yang Papah ucapkan benar?" tanya Galang yang memang masih tidak percaya dengan hal ini.

Melati menganggukkan kepalanya. "Calon tunangan kamu memang sudah ada di bawah dengan Ayahnya," ucap Melati yang mengatakan semua hal yang sebenarnya.

"Terus aku harus tunangan?" tanya Galang yang benar-benar kebingungan.

Melati menganggukkan kepalanya. "Salah kamu sendiri, tidak menuruti apa yang sudah Papah kamu ucapkan."

"Memangnya mencari calon tunangan bisa secepat itu?" tanya Galang yang merasa heran kenapa bisa dalam waktu yang hanya ¼ hari sudah mendapatkan calon tunangan untuknya.

"Ayahnya gadis itu adalah temannya Papah kamu dan Gadis itu pernah bertemu dengan Papah kamu saat dia lomba Sains dibidang Kimia, kalau gak salah dia yang juara umum tingkat SMA."

Melati memberi tahu apa yang dia tahu tentang semua ini, karena bagaimana pun dia tidak ingin membuat anaknya kebingungan akan hal tersebut.

"Aku harus tunangan sama orang seperti itu?" tanya Galang yang sudah membayangkan bagaimana penampilan calon tunangannya.

Bayangan tentang gadis itu di mata Galang adalah gadis culun dengan penampilan kuno dan kaca mata besar dengan lensa yang tebal.

Sangat jauh dari kriteria cewek yang dia idamkan.

"Dia cantik kok," ucap Melati yang memberikan bocoran bagaimana penampilan calon tunangan anaknya.

Galang melirik ke arah di mana Mamahnya berada. "Cantik yang Mamah maksud seperti kata cantik yang ada di kepala aku tidak?" Galang merasa kalau hal itu akan sangat berbeda.

"Mamah tidak tahu isi kepala kamu seperti apa. Udah, sekarang mending kamu siap-siap untuk menemui mereka, dari pada fasilitas kamu disita sama Papah kamu?"

Dengan begitu malas, Galang menghembuskan napasnya kasar. "Ya udah deh, aku mau mandi dulu Mah."

"Iya, mandi biar gantengnya keliatan." Melati mencoba untuk menggoda anak laki-lakinya agar dia tidak badmood saat akan menemui calon tunangannya.

"Gak mandi juga tetap keliatan ganteng."

Mendengar kalimat yang baru saja Anaknya ucapkan sebelum dia melangkahkan kaki menuju ke arah kamar mandinya, membuat Melati mengukirkan senyumannya.

*****

Sepasang bola mata milik Galang begitu tertuju pada gadis yang sekarang tengah menggunakan dress berwarna biru muda, Galang sudah bisa menebak kalau gadis itu adalah calon tunangannya.

Galang terus memperhatikan gadis berhidung minimalis dengan bola mata yang indah serta bulu mata yang begitu lentik pemilik bibir berwarna merah muda yang indah.

Di saat calon tunangannya berpenampilan dengan begitu rapi seperti ini, lain hal dengan Galang. Dengan begitu bebasnya Galang hanya menggunakan kaos lengan pendek berwarna hitam dan juga bawahan celana jeans warna hitam dengan model yang robek-robek.

Penampilan mereka berbanding terbalik. Di mana yang satu rambutnya tertata dengan begitu cantik dan rapi, sedangkan yang satu dibiarkan acak-acakan setengah basah.

"Galang, ini calon tunangan kamu. Dia satu sekolah dengan kamu, pasti kalian pernah bertemu kan sebelumnya?"

"Gak." "Iya Om, pernah."

Jawaban yang berbanding terbalik.

Galang melirik ke arah gadis tersebut. "Kapan gue bertemu dengan lo?" tanya Galang yang merasa kalau dirinya tidak pernah bertemu dengan gadis yang berada di hadapannya.

"Bukan pernah sih, tapi aku sering liat Kakak keluar masuk Ruangan BK dan sering juga liat Kakak dihukum di lapangan karena telat."

Gadis itu berbicara menggunakan kata ganti Kak, karena dia tahu kalau Galang adalah Kakak kelasnya, sehingga dia memanggil Galang dengan sebutan Kakak.

Jawaban yang baru saja gadis itu ucapkan begitu penuh dengan kejujuran, dia mengucapkan hal yang memang dia ketahui, karena di sanalah dia bertemu dengan Galang.

Setelah mengucapkan itu, semua mata langsung tertuju pada Galang, sementara orang yang dibicarakan dengan santai mengambil cookies rasa vanila yang ada di meja.

avataravatar
Next chapter