webnovel

Bab 9 part 2

Unedited

"Lex,"

"Hmm?" Alex bergumam tanpa menoleh pada Zak,  serius memperhatikan lampu lalu lintas di depan, yang sedang berwarna oranye.

"Elo ngerasa nggak kalo si Rafa hari ini rada-rada aneh?" Zak memegang dagunya dan memicingkan mata, berpikir.

"Aneh? Aneh gimana maksud lo, Zak?" Alex balik bertanya pada Zak. Pura-pura bodoh.

"Yaaa aneh. Kayak orang galau. Tapi, masa sih, si Rafa galau? Lagian, apa coba yang patut digalauin seorang Rafael Daniswara? Cewek? Kerjaan? Gak ada setau gue yang bisa tu anak galauin." Zak menjeda kalimatnya memikirkan sesuatu lantas berkata, "Gue ngerasa ada yang disembunyiin Rafa dari kita, Lex."

Alex melirik sahabatnya itu sejanak dan langsung tancap gas saat mendapati lampu lalu lintas sudah berwarna hijau.

"Mungkin karena pertunangannya dengan Melisa kali, Zak." Kilah Alex.

"Melisa?" Zak menganggukan kepala tanda setuju dengan terkaan Alex.

Jawaban Alex sebenarnya ada alasannya. Mereka berdua sudah sangat tahu bahwa Rafael hanya menganggap Melisa sebagai teman baiknya saja.

Belum lama ini, Rafael bahkan mengatakan pada mereka berdua kalau dia tidak ingin menikahi Melisa. Dan dia akan membatalkan pertunangan mereka. Namun hingga saat ini, Alex belum mendapat kabar seputar pembatalan pertunangan dari sahabatnya itu.

Dari hasil pengamatan Alex di kelab malam tadi, keputusan Rafa untuk membatalkan pertunangannya dengan Melisa, besar kemungkinan ada sangkut-pautnya dengan seorang wanita. Dan Alex yakin, wanita itu adalah wanita yang terus menerus dihubungi Rafael sepanjang mereka berada di kelab tadi.

Wanita yang mungkin saja sudah berhasil memikat hati Rafael. Luar biasa. Alex ingin sekali bertemu dengan wanita itu. Ia ingin tahu seperti apa wujud wanita yang bisa menyebabkan seorang Rafael Daniswara menjadi begitu kacau dan gelisah.

Tiba-tiba, Zak yang tadi sudah menutup mulutnya, kembali mengeluarkan pendapat atau ketidak-puasannya terhadap Rafael.

"Gue bingung sama Rafa. Apa coba kurangnya Melisa? Udah cantik, pintar, baik juga. Ahh, heran gue. Cara kerja otak tu anak gimana sih? Sayang banget kan. Kalo gue ya, Lex. Dijodohin sama Melisa, gue gak bakalan pake nunggu lama-lama, langsung gue ajak nikah si Melisa." Zak terkekeh.

Sejujurnya, apa yang dikatakan Zak tidak salah. Melisa itu bisa dibilang, wifeable banget. Melisa punya kualitasi tinggi untuk dijadikan seorang istri.

Sebagai seorang pria, Alex saja menganggap Melisa itu tipe wanita yang sempurna diajak menikah. Tapi entahlah, itu sih menurutnya. Bukan menurut Rafael.

Setiap orang kan punya preferensi yang berbeda-beda. Lagian, sempurna dijadikan istri belum tentu juga sempurna dijadikan sebagai pasangan hidup.

"Rebut aja kalo lo suka, Zak." ujar Alex setengah bercanda dan setengah serius.

"Pengen. Tapi lo tau kan, Melisa cinta mati sama Rafa. Dan gue gak mungkin ada peluang." Zak menghembuskan nafas berat. Pasrah dengan cintanya yang bertepuk sebelah tangan.

"Lo laki? Usaha juga belum udah nyerah duluan." sindir Alex namun memberi semangat.

Zak sudah dari dulu tertarik dengan Melisa.  Sayang,  mata dan hati wanita itu hanya tertuju pada Rafael seorang.

"Usaha? Lo pikir gue gak mau, apa? Lo tau sendiri gue diam-diam suka sama Melisa. Lo juga tau kalo si Rafa juga tau. Tuh anak malahan terang-terangan ijin gue ngedekatin tunangannya. Gila kan dia. Kalo gue cuma pikir perasaan gue sendiri, gak mikir perasaan Melisa, udah dari dulu gue usaha. Gue juga udah tau akhir gue sama Melisa gimana, Lex. Daripada gue sakit hati, mending gue lupain, Lex." Zak mencurahkan isis hatinya.

Alex melirik Zak dari sudut matanya lalu menghembuskan nafas panjang.

'Ahhh, what a mess.'

"Lo tau Lex, bener kata orang. Terkadang, cinta itu gak harus memiliki. Lo ada di sisi orang yang lo sayang aja itu udah cukup. Yaa, walaupun sakit, lo bakalan happy kok, liat orang yang lo sayang bahagia." kata Zak bangga.

"Cuihh.. Lo kutip dari mana tu kata-kata?" ledek Alex tersenyum kecil.

'Cinta, huh?' Batin Alex sembari mendengus.

'Gue udah gak percaya lagi dengan namanya cinta, Zak.'

Next chapter