12 Bab 9 part 1

Unedited

"Melisa itu wanita yang baik, Raf."

"Aku tau, Del. Aku tau Melisa perempuan yang baik. Tapi aku gak cinta sama dia. Aku cinta sama kamu, Del."

"Raf, hubungan kita ini dari awal bukan hubungan sepasang kekasih. 6 bulan, Raf. Gak mungkin kamu bisa jatuh cinta sama aku hanya dalam waktu 6 bulan ini. Kalo hubungan kamu dan Melisa murni sebatas bisnis, hubungan kita berdua ini murni untuk kesenangan kita berdua aja. Dari awal kita sepakat untuk gak jatuh cinta. Dan kamu melanggarnya."

Rafael menundukan kepalanya lemah. Hatinya sakit. Dia tau kalau hubungannya dan Delilah hanya sebatas hubungan friends with benefit saja. Tapi, semakin mengenal wanita itu, hatinya semakin melembut. Ia juga tak tahu pasti sejak kapan ia mulai menyukai wanita itu.

"Del, please jangan tinggalin aku." ujar Rafa lagi.

"Raf, cukup. Aku gak cinta sama kamu. Dan aku gak mau merusak hubungan kamu dan Melisa." lirih Delilah.

Demi Tuhan, Delilah baru mengetahui bahwa orang yang selama enam bulan ini berbagi ranjang dengannya ternyata sudah memiliki seorang tunangan. Seorang tunangan yang selain cantik ternyata baik hati juga. Parahnya lagi, ia tahu hal itu langsung dari mulut tunangannya sendri. Melisa.

Rafael dan Melisa ternyata sudah dijodohkan oleh keluarga mereka dari mereka masih kecil. Dan pria itu sama sekali tidak pernah mengatakannya pada Delilah.

Rafael tiba-tiba berdiri dan berjalan mendekati wanita itu.

Tak butuh waktu lama untuk Rafael mengurangi jarak yang tadinya ada di antara mereka berdua. saat ini Delilah bahkan bisa dengan jelas melihat bayangannya dari mata pria itu. Tanpa sepengetahuannya, ia menelan ludah dan memalingkan wajahnya. Tidak berani menatap pria itu.

"Look at me, Del.." ucap Rafa sudah  memegang pundak Delilah.  "Look at me amd say that you don't love me again. Say that, Del." teriak Raf.

"I. Don't. Love. You. I don't love you, Raf.." Delilah menatap Rafa tepat di manik matanya dan mengatakan kalimatnya itu dengan penuh penekanan.

Delilah berbohong. Dia tidak mungkin tidak pernah merasakan apa-apa pada pria tampan, bermata lembut, baik hati dan pengertian ini. Itu semua dikatakannya untuk membuat Rafa membencinya.

"Aku gak percaya, Del. Coba katakan itu sekali lagi. Katakan kalo selama kamu berhubungan dengan aku, kamu gak pernah ngerasain apa-apa sama aku." tuntut Rafa.

"Raf, tolong jangan lakuin ini." Delilah menunduk, matanya mulai berair.

Rafael mendadak memegang dagu Delilah dan mengangkatnya hingga pendangan mereka bertemu.

"You're mine, Del. Mine." Rafael lantas mencium Delilah dengan kasar. Rasa frustasi dan sakit hatinya ia curahkan semua di ciuman itu.

Perasaan takut mulai tumbuh di hati Delilah saat Rafael tidak berhenti menciumnya. Merasakan tubuh Delilah mulai bergetar, Rafael akhirnya berhenti dan menarik bibirnya dari bibir wanita itu.

"Aku minta maaf, Del..." ujar Rafa dengan tatapan menyesal sembari mandekap pipi Delilah. "Aku cinta kamu, Del. Cuma kamu yang bisa buat aku kayak gini. Tolong, Del. Tolong jangan tinggalin aku. Hati aku rasanya sakit banget." Rafael menyandarkan kepalanya di pundak Delilah. Hatinya seperti diiris-iris pisau.

"Raf, Melisa teman kamu dari kecil. Kalian berdua udah saling kenal dari kalian masih kecil. Dan aku tau Melisa suka sama kamu, Raf."

"Melisa hanya aku anggep temen, Del. Gak lebih." jawab Rafa jujur.

"Dia wanita sempurna, Raf. Kaya, cantik, pinter, semuanya ada. Gak mungkin kamu gak pernah merasakan sesuatu."

Rafael tiba-tiba menjauhkan tubuhnya dari Delilah. Sorot matanya yang semula dipenuhi rasa cinta, seketika berubah menjadi kosong.

"Begitu, huh?" ucap Rafa pendek lantas berbalik pergi meninggalkan Delilah.

Tatapan terakhir yang diberikan Rafa padanya membuat hati Delilah sakit.

***

avataravatar
Next chapter