webnovel

My (pre)teen romantic comedy is non existent

Karena tidak bisa menyelesaikan masalahnya, Tsurumi Rumi memutuskan untuk kabur dan masuk kelas akselerasi sehingga sekarang dia sudah berada di SMA. Dan di sana, dia bergabung dengan generasi kedua service club. Yang tentu saja, hal itu membuatnya malah mendapat masalah baru, masalah yang menyenangkan untuk diselesaikan.

lenovoaxioo · Anime & Comics
Not enough ratings
3 Chs

Rumi found it

6

Istirahat kedua dimulai.

Setiap kali aku berakhir di sebuah lingkungan baru, ada dua hal yang selalu kuprioritaskan untuk kulakukan terlebih dahulu. Nomor satu mencari di mana lokasi toilet, dan yang kedua mencari lokasi sepi lain kecuali toilet.

Selama beberapa bulan aku berada di sekolah ini, pencarianku terhadap lokasi sepi selalu berakhir dengan kegagalan. Sepertinya semua orang mempunyai pikiran yang sama denganku dan berlomba-lomba mencari lokasi sepi. Karena itulah aku yang terlambat masuk ke kelas reguler kesulitan mendapatkan bagian area sepi.

Dan sekarangpun, aku masih dalam proses untuk menemukan tempat sakral itu.

Sebelum aku masuk ke service club aku punya anggapan kalau setiap inci bagian sekolah ini sudah dijelajahi oleh seseorang, tapi kemarin saat aku pulang dari service club. Aku mengetahui sebuah fakta baru kalau area di mana gedung khusus berada itu sangatlah sepi.

Dan ketika sebuah tempat itu sepi, ada kemungkinan sangat besar kalau populasi manusianya itu sedikit. Karena itulah aku sedang berjalan-jalan di sekitar area itu. Lokasiku sekarang adalah bagian belakang gedung khusus dan juga kafetaria di dekat lapangan tenis.

Sayangnya, begitu aku menemukan sebuah spot yang sangat bagus. Di tempat itu sudah ada orang yang lebih dahulu menempatinya. Dan yang lebih buruknya, seseorang itu adalah teman sekelasku. Dengan kata lain, orang yang kukenal.

Touma Nishino.

"Aku harus segera kabur."

Kalau begini aku harus memberanikan diri dan meminta kunci ruang club pada Hiratsuka sensei.

Saat aku sudah memutuskan langkah kaburku yang selanjutnya, tiba-tiba Touma membalikan kepalanya dan melihat ke arahku.

Sial.

"Tsurumi san."

Dia melembaikan tangannya padaku dan aku terpaksa mendatanginya. Aku langsung duduk di sampingnya dan membuka kotak makananku.

Jika aku ini bukan penyendiri aku pasti akan bertanya kenapa Touma berada di tempat seperti ini, tapi sebab aku ini penyendiri kelas expert dengan melihat kotak makanan di tangannya saja aku bisa tahu kalau dia juga sedang mencari tempat sepi untuk menghabiskan waktu istirahatnya tanpa perlu menganggu seseorang.

Dia juga adalah seorang penyendiri.

Berterimakasihlah padaku sebab aku ini orang yang perhatian.

"Kenapa kau ada di sini Tsurumi san?"

Apa dia serius menanyakannya padaku? Tolong baca suasanannya! aku sudah perhatian padamu jadi tolong balas perhatianku dengan perhatian lain.

"Bukankah kau yang memanggilku tadi?."

"Hehehe. . . benar juga."

"Tempat ini lumayan juga."

"Lumayan? Tempat ini lebih dari lumayan Tsurumi san! Tempat ini sempurna! Biar kuberitahukan kenapa tempat ini sempurna."

Tempat ini selalu terkena angin di jam-jam sekarang, selain itu anginnya tidak bertiup hanya sekali dan satu arah sehingga udara segarnya bisa mengenai seluruh bagian tubuh seseorang yang ada di sana.

Yang kedua, tempat itu sepi meski berada di tengah keramaian.

Yang ketiga di depan kami ada hiburan yang dipertunjukan oleh anggpta club tenis. Para anggota club perempuannya mengenakan rok yang sangat pendek sampai-sampai celana dalamnya bisa dengan mudah terlihat saat mereka melompat maupun ada angin yang lumayan kuat.

"Tungu! Tunggu! Tunggu! Tunggu dulu Touma san! Yang terakhir itu apa bisa dikategorikan sebagai nilai plus? Kau ini perempuan kan?"

Jika dia ini anak laki-laki atau orang tua mesum aku bisa paham kalau sampai dia menyukai pemandangan seperti itu, tapi dia itu sama-sama perempuan jadi harusnya apa yang dia lihat sama sekali tidak bisa dianggap menarik.

Lagipula yang sedari tadi dia lihat bukanlah celana dalam melainkan sejenis sportwear untuk wanita.

"Justru karena aku ini perempuan aku bisa mengagumi pemandangan itu, perempuan itu selalu suka hal yang indah jadi apa yang kulakukan itu normal."

Aku agak khawatir. Mulai sekarang aku harus menjaga jarak dengannya, aku mulai takut kalau dia akan mengintip celana dalamku bahkan tanpa rasa bersalah sedikitpun. Aku harus mengganti topik, aku sudah mulai merinding bahkan hanya dengan melihat matanya saja.

"Masalah yang tadi pagi bagaimana Touma san?."

"Aku sudah berkonsultasi, dan Hiratsuka sensei bilang kalau akan ada yang membantu menyelesaikan masalahku! Kau tidak perlu khawatir."

Syukurlah kalau begitu. Artinya aku tidak perlu lagi diganggu olehnya.

Setelah selesai makan siang, kami berdua kembali ke kelas dan sorenya aku langsung menuju ruang club.

Begitu aku masuk, aku menemukan dua orang yang sedang duduk sambil minum teh dan makan kue. Hal itu sempat membuatku berpikir kalau sepertinya aku salah masuk ke ruang club musik di mana anggotanya tidak pernah latihan dan hanya bersantai seharian.

Tapi sebab anggotanya hanya dua dan ada satu laki-laki, akhirnya aku sadar kalau service club juga adalah club yang sangat santai. Aku langsung masuk lalu Hikigaya san langsung menuangkan teh ke gelas kertas di depanku dan memberiku setumpuk kue kering.

"Hikigaya san. . "

Maaf, seseorang yang diberikan sesuatu memang tidak pantas menawar. Tapi aku sama sekali tidak bisa menahan diri untuk berkomentar setelah meminum teh dan memakan kue yang diberikan oleh kakak kelasku itu.

"Ada apa Rumi-rumi?"

"Apa kau pernah membuat teh sebelumnya? Dan apakah kau juga pernah membuat kue sebelumnya."

"Tentu saja! Bukan hanya pernah malah sering."

"Tapi kenapa teh ini rasanya aneh dan kue ini juga rasanya aneh?"

"Apanya yang aneh? Kurasa keduanya enak-enak saja."

"Apanya yang enak!? dan keduanya sama sekali tidak sehat untuk dikonsumsi."

Teh yang kuminum tadi sama sekali tidak terasa seperti teh, dan bahkan aroma tehnya saja sudah benar-benar hilang. Yang bisa kurasakan dari tehku hanyalah manis dan manis, bahkan menyebutnya sebagai air gula sama sekali tidak berlebihan.

Dan hal yang sama juga teraplikasikan ke kue yang dia berikan padaku. Daripada kue, jauh lebih tepat kalau benda yang baru saja kumakan tadi dinamakan gula batangan. Dengan kata lain, yang aku baru saja minum dan makan gula. Bahkan gigiku sudah terasa ngilu.

"Tapi Onii chan bilang kalau apapun yang kubuat selalu enak."

"Kakakmu itu cuma siscon!."

"Taishi kun juga billang kalau mereka itu enak."

Aku melihat ke arah Kawasaki san, tapi kakak kelasku itu langsung mengalihkan pandangannya ke jendela sambil bersiul.

Kenapa semua orang sangat memanjakan Hikigaya san? Aku tahu kalau dia itu manis tapi dia itu sudah cukup dewasa untuk melihat kenyataan secara langsung. Jika kalian berdua memberikan komplain aku juga yakin kalau Hikigaya san tidak akan marah dan membenci kalian berdua.

Laki-laki itu memang bodoh, dan kebodohan mereka itu jadi berlipat ganda ketika mereka berada di depan gadis yang mereka suka atau sayangi. Tidak! aku tidak bermaksud untuk menjelek-njelekan ayahku. Ayahku itu orang baik, sebab dia tidak pernah banyak tanya saat aku minta sesuatu dan langsung memberikannya begitu saja.

"Apa yang kau berikan pada Kawasaki san dan kakamu sama sekali tidak sehat, sekarang mungkin masih belum ada masalah tapi ketika mereka berdua sudah berumur lebih dari tiga puluh tahun mereka akan banyak kena penyakit."

Dan bukan tidak mungkin kalau mereka berdua akan kena diabetes lalu setiap bulan jari-jari tangan dan kakinya akan harus dipotong.

"Aku akan menyita kue yang kau buat Hikigaya san, aku tidak akan membuangnya jadi kau tidak perlu khawatir hari ini kebetulan aku membawa kue yang kubuat sendiri tolong makan punyaku saja."

Aku punya kebiasaan untuk membawa makanan ringan ke manapun aku pergi, sebab aku selalu tidak bisa menghabiskan waktu dengan orang lain aku selalu berakhir harus menghibur diriku sendiri. Biasanya aku akan membawa buku untuk kubaca dan jika tidak ada orang di sekitarku aku akan mulai ngemill. Kue yang kubawa adalah untuk perisapan hal itu.

Setelah Kawasaki san dan Hikigaya san menghabiskan teh air gulanya, aku membuatkan keduanya teh yang sesungguhnya.

"Rasanya mungkin tidak terlalu enak, tapi silahkan dinikmati."

Besok aku akan membawa teh yang sesungguhnya dan bukan hanya teh celup instant. Sementara ini skill membuat tehku tidak bisa kutunjukan.

"Ada apa Hikigaya san? Apa ada sesuatu di wajahku."

"Tidak ada apa-apa aku hanya sedang mengagumimu."

Tolong jangan ingatkan aku pada Touma, kau membuatku jadi langsung merinding Hikigaya san.

"Kau benar-benar feminim Rumi-rumi, aku jadi iri padamu."

"Kau tidak perlu iri Hikigaya san, ini hanya sebuah skill dan skill ini diperlukan semua orang yang ingin jadi ibu rumah tangga."

"Kau ingin jadi ibu rumah tangga? Impianmu manis sekali Rumi-rumi."

"Impianku sama sekali tidak manis Hikigaya san, impianku normal."

Ketika seorang gadis kecil bilang kalau besar ingin jadi pengantin itu bukanlah karena mereka polos maupun ingin kelihatan imut. Apa yang mereka katakan adalah hasil dari insting seorang wanita untuk menyerahkan semua urusannya pada laki-laki lalu santai di rumah.

Dengan kata lain, wanita punya insting untuk tetap di rumah. Dan sebagai seorang wanita yang baik dan bependidikan, memutuskan untuk menuruti insting dasarnya adalah tindakan yang benar. Sebab kebanyakan insting yang ada di dunia ini dibuat untuk menuntun seseorang pada kebenaran.

"Aku agak tidak paham dengan apa yang kau katakan Rumi-rumi."

Sebelum aku sempat menjawab pertanyaan yang dilontarkan Hikigaya san, Kawasaki san bicara terlebih dahulu.

"Sederhananyana Tsurumi san bilang kalau dia tidak ingin bekerja."

"Tapi dia bilang dia ingin jadi ibu rumah tangga Taishi kun, bukankah ibu rumah tangga itu orang sibuk."

"Ahem. . . Hikigaya san, hanya karena Tsurumi san itu manis tolong jangan anggap semua hal yang dia lakukan itu manis pada dasarnya apa yang dikatakannya sama dengan apa yang dikatakan Onii san! Aku tidak ingin bekerja dan cita-citaku adalah jadi bapak rumah tangga! Seperti itu."

Laki-laki yang berani mengatakan apa yang kukatakan di depan orang lain benar-benar hebat, hanya orang tidak tahu malulah yang bisa mengatakannya dengan bangga. Kakaknya, aku yakin kalau dia pasti itu orang yang tidak punya malu.

"Kau benar juga Taishi kun, jika aku membayangkan Onii chan yang mengatakannya malah jadi kedengaran menjijikan."

Kuharap kakakmu tidak pernah mendengar kata-katamu tadi Hikigaya san, dia akan menangis kalau dia berada di sini.

"Tapi yang mengakannya bukan Onii chan jadi tidak masalah, Rumi-rumi sangat imut! Aku tidak keberatan kalau harus mengurusinya seumur hidup."

"Meski aku bilang aku tidak ingin bekerja, tapi aku akan tetap mengerjakan tugasku sebagai seorang istri yang baik."

Aku ingin punya dua orang anak, kalau satu nanti anaku kesepian dan kalau tiga nanti rumah jadi terlalu berisik. Kalau bisa aku ingin punya anak laki-laki dan perempuan supaya tidak ada yang berebut mainan, untuk urutannya aku tidak perduli.

Setelah itu aku akan mendidik mereka dengan baik dan kujadikan anak yang penurut, lalu begitu mereka berumur sembilan tahun lebih aku akan menyerahkan pekerjaan rumahku pada mereka berdua dan akupun bisa santai.

"Rumi-rumi, apapun rencana hidupmu tolong jangan sebutkan satupun hal yang kau katakan di sini pada siapapun calon suamimu nanti."

Tentu saja tidak, lagipula aku masih punya banyak waktu. Dan di umurku yang sekarang aku masih belum perlu untuk memikirkan hal-hal semacam itu.

"Tapi menikah ya? Kurasa aku juga harus mulai memikirkannya, aku juga tidak ingin seperti Hiratsuka sensei yang terus-terusan single."

"Kurasa tidak kau tidak perlu terlalu memikirkannya Hikigaya san."

Selain punya wajah cantik kau juga punya kepribadian yang cerah, kemampuan sosialisasimu juga sangat bagus sehingga kau bisa punya banyak kenalan. Lalu. . . . di sini juga ada seseorang yang sedang melihat ke arahmu dengan wajah berharap. Jadi untuk sekarang, kurasa yang perlu kau lakukan hanyalah fokus belajar.

"Ngomong-ngomong soal menikah, kalau aku tidak menemukan seseorang aku masih bisa menikah dengan Onii chan aku yakin kalau aku bilang ingin menikah dengannya dia akan melakukan apapun termasuk melanggar hukum."

Kedua bersaudara ini kedengaran berbahaya, kakaknya bersedia melanggar hukum hanya karena adiknya memintanya melakukan sesuatu? Seberapa besar level ke sisconannya? Dan yang lebih berbahaya lagi ternyata Hikigaya itu brocon.

"Yang tadi itu tentu saja hanya bercanda, Onii chan sudah punya calon jadi aku harus menyerah."

Jadi kau serius ingin menikah dengan kakakmu Hikigaya san? Aku juga akan memberikan saran padamu. Siapapun calon suamimu itu, sebaiknya kau jangan mengatakan apapun tentang hal yang kita bicarakan di sini. Meskipun mungjkin orangnya sudah tahu.

"Jangan kelihatan khawatir begitu Rumi-rumi, aku sudah bilang kalau aku cuma bercanda kan."

"Apa iya?"

Wajahmu tadi kelihatan serius.

"Tapi membicarakan Onii chan saat dia sedang tidak ada rasanya tidak menarik, seberapa banyakpun aku menggodanya kalau tidak ada orangnya aku jadi tidak bisa merasa puas."

Hikigaya san menarik nafas panjang lalu meletakan tubuh bagian atasnya di meja. Setelah itu, entah kenapa suasananya jadi sepi. Aku bukan tipe orang yang bisa memulai pembicaraan jadi aku tidak mengatakan apapun, sedangkan Kawasaski san sepertinya juga tidak punya topik yang bisa diangkat sehingga pada akhirnya dia hanya bisa kabur dengan membuka buku lalu membacanya.

Aku bisa mengikuti langkah Kawasaki san dan ikut membaca, lalu sebab aku ini orang yang ahli dalam membuang-buang waktu aku sangat ahli dalam membaca. Hanya saja, Hikigaya san itu tidak kelihatan seperti orang yang bisa duduk diam.

Orang sepertinya biasanya akan langsung mencari topik untuk dibicarakan begitu suasana jadi sepi, dan topik yang dibawanya bisa apa saja. Lalu sebab dia juga adalah orang yang punya komunitas sosial besar, aku agak khawatir kalau dia akan membawa topik tentang aku yang tidak punya teman dengan polosnya.

Dan aku tidak ingin membahas topik semacam itu.

Kalau ada sebuah pembicaraan, akulah yang harus mengatur arah jalannya.

"Apa aku boleh menanyakan sesuatu Hikgaya san?"

"Tentu saja."

Eeee. . . dengan hanya diajak bicara saja dia tiba-tiba langsung kelihatan senang.

"Isshiki senpai kemarin bilang kalau service club itu langsung berada di bawah dewan perwakilan siswa, kenapa memangnya?"

Kalau memang service club berada langsung di bawah dewan perwakilan siswa bukankah berarti service club itu bukan sebuah club melainkan divisi lain dari dewan perwakilan siswa.

"Sebenarnya daripada di bawah dewan perwakilan siswa, kurasa lebih tepat dibilang kalau service club itu langsung berada di bawah komando ketua dewan perwakilan siswa, service club itu independen."

Heh? Apa-apaan posisi service club dalam susunan organisasi ini? Kenapa kami langsung dapat perintah dari ketua dewan perwakilan siswa. Memangnya kami ini ANBU? Kalau begitu bukankah orang-orang yang ada di sini semuanya ninja elit.

"Ceritanya sangat simple."

Setahun yang lalu, semua anggota service club yang lama akhirnya masuk ke kelas tiga. Dan siswa kelas tiga sayangnya tidak boleh lagi mengikuti kegiatan club enam bulan sebelum ujian nasional. Oleh sebab itulah, service club menglami vakum selama beberapa bulan dan sebab sudah jadi rahasia umum kalau semua anggotanya akan keluar begitu ujian nasional selesai. Service club tidak punya pilihan lain kecuali dibubarkan.

Untuk mencegah hal itu sampai terjadi, Isshiki senpai terpaksa masuk dan menjadi anggota. Tapi dengan masuknya satu anggota saja masih belum cukup untuk membatalkan pembubaran service club, karena itulah dia menyatukan club ini ke dalam susunan organisasi dewan perwakilan siswa.

Untuk posisi official service club sendiri adalah pembantu dari divisi general affair. Tapi dalam prakteknya, service club tidak menerima perintah dari divisi general affair dan hanya hanya melakukan perintah dari ketua dewan perwakilan siswa.

Kenapa? Karena ketua dewan perwakilan siswa adalah juga ketua service club. Dan sebab yang sedang kita bicarakan adalah Isshiki senpai, tentu saja dia menyalahgunakan kekuasaanya untuk membuat service club memiliki imunitas terhadap sistem pemerintahan.

"Tapi meski terpaksa Isshiki san benar-benar mengerjakan tugasnya, pekerjaannya di dewan perwakilan siswa tetap dia lakukan tapi pekerjaannya di service club juga tetap dia laksanakan dia bahkan sukses menyelesaikan banyak masalah sendirian saja selama setengah tahun lebih."

"Heh. . . . Isshiki senpai hebat juga ya."

Kalau hanya dilihat dari penampilannya, aku sama sekali tidak percaya kalau Isshiki senpai adalah orang yang bisa diandalkan. Tapi ketika dia dipaksa harus melakukan sesuatu, dia akan melakukannya dengan baik sampai selesai.

"Isshiki san memang hebat, normlanya orang yang ditekan akan kehilangan konsentrasi dan jadi tidak mengerjakan apa-apa tapi pekerjaan yang dilakukan Isshiki akan semakin baik semakin dia ditekan."

Perhatian Kawasaki san akahirnya terarah pada kami, pembicaraanku dengan Hikigaya san sepertinya sudah berhasil mengambil perhatiannya. Dia menutup bukunya lalu ikut bicara.

"Lebih tepatnya! Dia tidak bisa bekerja kalau tidak ditekan, dengan kata lain dia tidak mau bekerja sebelum benar-benar kepepet."

Kekagumanku langsung menguap begitu saja.

Sebenarnya dia itu orang hebat atau bukan?

Aku menghela nafas lalu berniat untuk keluar dari ruangan untuk menemui Isshiki senpai dan meminta petunjuk tentang pekerjaanku sebagai ketua service club. Kemarin dia sempat bilang kalau dia selalu sibuk menolak permintaan yang masuk ke club, itu berarti ada banyak permintaan yang masuk ke dalam club.

Setelah mendengar cerita dari Hikigaya san, rasanya aku jadi ingin membantunya meski hanya sedikit.

Hanya saja.

"Apa ini benar service club?"

Seseorang mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruang club. Dan orang itu adalah.

"Touma san? Kenapa kau ada di sini?"

"Eeeemmm. . . Hiratsuka sensei bilang masalahku bisa selesai kalau aku datang ke sini."

Guru ituuu! jadi ini yang dimaksud Touma dengan akan ada orang yang menyelesaikan masalahnya. Hiratsuka sensei melemparkan pekerjaan ini pada kami, sekarang aku benar-benar menyesal sudah merekomendasikan Touma untuk lapor pada Hiratsuka sensei.

Akan kucatat. Jika ada orang yang mencari bantuan, jangan pernah biarkan mereka bertemu dengan Hiratsuka sensei. Sebab ujung-ujungnya, wanita itu pasti akan melemparkan masalah itu balik kepadaku.

7

"Jadi apa masalahmu Touma san?"

"Itu . . . . . . aku. . . agak sulit menjelaskannya . . . . . terutama jika di sini ada laki-laki."

Touma melihat ke arah Kawasaki san dengan agak takut, setelah dia kembali duduk di kursinya dengan tidak tenang. Kalau aku harus kuberikan perbandingan, keadaanya sekarang persis tupai yang sedang makan kacang. Benar-benar lucu.

Tidak-tidak. Aku harus berhenti berpikir seperti ini. Kalau tidak, aku akan ketularan Touma.

"Kalau begitu aku akan keluar."

"Tidak perlu!."

Kawasaki san sudah dalam posisi setengah berdiri untuk keluar dari ruangan, tapi aku langsung menghentikannya.

"Maafkan aku Touma san, yang butuh pertolongan itu kau jadi kurasa yang berhak mengajukan sarat adalah kami?"

"Kurasa juga begitu. . . hehee. . . maaf."

"Kau bisa duduk lagi Kawasaski san."

Semua orang di service club adalah murid bermasalah, selain itu. Meski tidak mau mengakuinya kami itu adalah kumpulan orang aneh. Aku tidak kelihatan seperti seorang anak SMA sehingga omonganku sering tidak didengarkan meski aku ini benar. Sedangkan Hikigaya san, meski kelihatan bisa diandalkan tapi sebenarnya dia selalu bertindak tanpa berpikir dan hanya menuruti hatinya saja. Dan masalah logika tidak bisa diselesaikan dengan hati.

Lalu Kawasaki san. Di luar penampilannya yang biasa saja serta auranya yang sangat lemah dia memiliki pandangan yang sangat objektif pada sesuatu. Dia juga kelihatan pintar. Kami membutuhkannya untuk menarik menggali masalah. Karena itulah kehadirannya dalam sesi tanya jawab sangat penting.

Aku tidak bisa membiarkannya keluar.

"Kalau begitu silahkan."

Touma menarik nafas panjang. Lalu bicara.

"Sebenarnya sekarang di internet fotoku sedang meyebar. . dan itu tanpa sepengetahuanku."

Touma menjelaskan kalau sekarang foto-foto memalukannya sedang menyebar di internet. Dan orang-orang yang melihat fotonya itu bukan hanya orang luar yang tidak dia kenal. Melainkan siswa-siswa sekolah ini. Dan sebagai catatan saja, foto-foto yang dimaksud oleh Touma adalah foto yang sama dengan foto yang dikerubungi oleh anak-anak laki-laki di kelas.

Dia meminta kami untuk menghentikan penyebaran fotonya di internet. Sebuah permintaan yang kedengaran sangat simple tapi secara logika sudah hampir tidak mungkin dilakukan. Selain itu. . . .

"Ngomong-ngomong memangnya foto memalukan seperti apa yang sedang menyebar di internet? Aku jadi penasaran dan ingin melihatnya."

Jika seseorang melihat sesuatu yang memalukan pasti sesuatu itu akan jadi bahan olok-olokan dan ditertawakan. Tapi di kelas tadi tidak ada anak laki-laki yang tertawa, jadi kesimpulannya mungkin foto yang menyebar itu tidaklah terlalu memalukan dan yang menganggapnya memalukan hanya si pemilik saja.

Semua orang kurasa pernah mengalaminya. Aku juga pernah mengalaminya. Saat itu aku memotong poniku terlalu pendek sehingga aku menganggap kalau foto itu memalukan lalu tidak ingin orang lain melihatnya. Tapi ternyata, teman-temanku tidak ada yang menyadari apapun dan melewati fotoku yang ada di album sekolah begitu saja.

"Aku tidak memilikinya, aku terlalu malu untuk melihatnya sendiri jadi aku tidak menyimpannya."

Sekarang aku benar-benar jadi penasaran.

"Kalau foto itu, aku memilikinya."

Kawasaki san mengeluarkan ponselnya lalu menunjukan foto yang ada di ponselnya.

Foto yang kami lihat adalah seorang gadis manis yang sedang memakai seragam pelayan ala era ratu victoria tapi dengan versi yang semua bagiannya lebih minim. Lengannya lebih pendek dan roknya juga lebih tinggi.

Seragam biasanya digunakan untuk meningkatakan efisiensi, tapi seragam yang kulihat bukan ditujukan untuk melakukan hal itu melainkan untuk meningkatkan daya tarik dari pemakainya.

Wajah manis pemakainya jadi lebih manis, paha dan lengan putih pemakainya jadi kelihatan menggoda, tubuhnya yang dibalut seragam memperlihatkan bentuk tubuh pengguanya secara tepat dan menambah aura menggoda yang mereka pancarkan.

Dan bagian atas pakaian mereka benar-benar memberikan empasis pada dadanya. Entah kenapa bagian terakhir ini membuatku agak kesal.

"Tapi kurasa tidak ada yang salah dengan foto-foto ini."

Hikigaya san mengangguk dan menyetujui omonganku. Kemudian dia menanyakan apa yang ingin kutanyakan pada Touma.

"Jadi bagian mananya yang memalukan Touma san? dan kau kelihatan sangat berbeda di sini! aku bahkan hampir tidak bisa mengenalimu."

Dia malah kelihatan jauh lebih cantik dan menarik di dalam foto-foto itu. Aku tidak bisa melihat ada bagian yang ekstrim, foto yang kami lihat hanyalah selevel orang yang melakukan selfie. Meski kali ini yang melakukannya adalah orang lain.

"Semuanyaaa!."

Jawabannya sama sekali tidak mengandung keraguan, jadi aku yakin kalau dia memang benar-benar malu. Muka merahnya serta ekspresi malunya benar-benar lucu. Tidak-tidak! apa-apaan perasaan ini. Aku tidak bisa membiarkannya.

Padahal kurasa tidak ada yang memalukan dari foto itu. Foto-fotonya hanyalah pada level seorang cosplayer. Aku tidak tahu bagaimana hal seperti itu sangat hit di kalangan anak laki-laki. Dan jika yang dibicarakan adalah urusan laki-laki, maka tentu saja akan lebih baik tanyakan saja pada laki-laki.

Masalah gender itu sulit sekali dipahami. Sama seperti anak laki-laki yang tidak paham di mana letak seninya boneka beruang aku juga tidak paham kenapa anak laki-laki suka dengan sesuatu yang bermesin.

"Kawasaki san? kenapa foto-foto itu sangat ngehit di sini?"

Untuk pertama kalinya, aku melihat Kawasaki san kelihatan gugup.

"Itu. . . kau tahu sendiri kan kalau laki-laki pasti suka dengan perempuan cantik. . . apalagi yang masih muda, lalu. . . aku tidak bisa menjelaskan lebih dari ini karena kau masih di bawah umur Tsurumi san."

"Ok! Ok! Ok! Aku paham! Kau tidak perlu melanjutkannya Kawasaki san."

Sebab aku ini sama-sama perempuan aku sempat tidak menyadarinya. Tapi kebanyakan yang ingin melihat cosplayer bukanlah ingin melihat kostumnya melainkan orangnya dan mengharap kalau mereka mendapatkan fanservice.

Dan jika yang dicari adalah celana dalam yang sedikit terlihat, pangkal paha yang hampir terlihat karena rok mini yang dikenakan tersingkap, paha super mulus, lekukan dada yang terlihat saat seseorang sedang menunduk, dan juga pose menggoda atau interaksi fisik yang dekat maka aku bisa melihat beberapanya tadi.

Jika aku seorang laki-laki. Aku juga akan menyimpan gambar-gambar seperti itu. Foto-foto itu sebenarnya tidak bisa dibilang mesum. Tapi di tangan orang-orang mesum foto apapun akan kelihatan mesum di mata mereka.

"Aku juga ingin bertanya sesuatu padamu Taishi kun."

"Tanya apa Hikigaya san?"

"Kenapa kau memiliki foto-foto itu?"

Tolong lebih sensitif Hikigaya san, kau tidak bisa menanyakan sesuatu seperti itu secara langsung. Apalagi kalau ada orang lain di depan si yang ditanya. Dia akan kesulitan untuk menjawab, dan kalau menjawabpun pasti dia tidak bisa jujur.

Dia itu laki-laki, jadi hal itu kurasa normal. Jika anak laki-laki bertanya pada anak perempuan kenapa mereka menyimpan foto-foto artis laki-laki yang mereka gunting dari majalah di buku dirinya mereka juga akan bingung menjawabnya.

Sumber : aku.

"Ah . . eh. . Ini. . . kau tahu kan. . Email spam! Ya ini spam! Aku mendapatkannya dari seorang bernama mailer daemon! Jadi aku sama sekali tidak lari ke sana ke mari meminta seseorang memberikan foto-foto ini padaku!"

"Jadi kau tidak sengaja mencari-carinya dan hanya mendapatkan kiriman ya."

Kawasaki san mengangguk dengan keras.

"Kalau begitu tidak apa-apa."

Kawasaki san memperlihatkan foto-foto tadi lewat galeri dan bukannya aplikasi e-mail. Dengan kata lain, meski mungkin memang dia tidak sengaja mencari tapi pada akhirnya dia tetap mengunduh foto-foto itu dan menyimpannya sendiri.

Jika Hikigaya san tahu akan hal itu, mungkin dia tidak akan bisa langsung memaafkan Kawasaki san begitu saja. Tapi meski begitu, aku juga tidak akan memberitahukannya. Aku agak kasihan juga pada Kawasaki san.

"Kami mengerti situasimu, kami juga ingin membantu tapi Touma san. . . kurasa masalah ini terlalu besar untuk diserahkan pada kami, aku sarankan kau laporkan masalah ini pada polisi saja."

Tugas utama dari ketua club ini adalah menolak permintaan masuk, tapi alasanku menolak permintaan tolongnya bukan karena hal itu.

Masalah yang dihadapi oleh Touma sudah bisa dikategorikan dalam hal yang serius. Yang dikeluhkan oleh Touma hanyalah menyebarnya foto-foto dirinya di internet tapa ijin dan sepengetahuannya. Tapi masalahnya bukan hanya itu. Sebuah foto tidak akan bisa muncul sendiri kalau tidak ada yang memotretnya.

Dengan kata lain seseorang terus mengikutinya dalam jarak yang dekat tanpa sepengetahuannya. Dan tindakan seperti itu sudah masuk dalam jenis tindakan kriminal, yang tentunya adalah tugas dari polisi untuk menyelesaikannya.

"Hehe. . . aku akan melakukannya, kalau sudah kepepet."

Kalau kau menunggu kepepet untuk lapor ke polisi, orang itu pasti tidak akan memepetmu agar kau tidak pernah lapor polisi.

"Tapi kalau bisa aku ingin menyelesaikan masalah ini tanpa melakukannya."

Dia bekerja di sebuah kafe kecil yang tidak banyak pengunjungnya, dan bisnis mereka tidaklah terlalu baik. Tapi bagi Touma yang pemalu, tempat itu adalah tempat kerja yang sangat nyaman. Jadi dia tidak ingin membuat masalah dengan menarik terlalu banyak perhatian.

Meski namanya penegak hukum. Yang namanya polisi itu cenderung punya aura yang menakutkan dan bukannya bisa diandalkan. Jika tiba-tiba mereka muncul di suatu tempat biasanya mereka akan membuat impresi buruk. Dan hal itu lumayan gawat untuk tempat kerjanya.

"Itu malah menambah sulit."

Kawasaki san menghela nafas panjang.

Aku paham kenapa dia melakukannya.

Yang ingin Touma ingin kami lakukan adalah mungkin untuk menghentikan penyebaran foto-fotonya di internet. Tapi yang namanya internet adalah area bebas hambatan tanpa peraturan.

Foto yang sudah disebar di internet itu akan disimpan oleh orang lain, lalu orang lain itu akan menyebarkannya lagi dan lagi. Efek berantai itu tidak akan berhenti sampai topik tentang foto-fotonya tidak lagi hangat. Dan meski berhentipun orang yang sudah menyimpan foto-foto itu bisa tetap melihatnya dengan mudah.

Dengan kata lain mencegah foto itu menyebar lebih jauh maupun menghentikan penyebarannya atau menarik kembali foto-foto itu sudah jelas tidak mungkin.

"Tapi aku ingin membantunya, apa tidak ada cara lain Rumi-rumi?"

"Tolonglah aku Tsurumi san, aku yakin kasus ini tidaklah sebesar itu! aku tidak pernah diancam dan aku juga tidak merasa pernah diikuti seseorang! aku yakin kalian tidak akan mati hanya karena menyelidikinya."

"Tapi. . ."

Masalahnya bukan terletak di besar kecilnya masalah, tapi pada kekompleksannya. Masalahnya sendiri kecil, tapi penyelesaiannya itu rumit.

Semua orang jadi diam, dan orang yang pertama berhenti merengek adalah Hikigaya san. Dia melihat ke arah Kawasaki san dengan mata berharap.

Kawasaki san mencoba mengalihkan pandangannya, tapi begitu Hikigaya san memandangnya dengan tatapan seperti itu semuanya sudah check mate. Hikigaya san baru saja menggunakan jurus yang hanya bisa digunakan oleh wanita dan anak kecil saja.

Jurus memelas.

Jurus ini sangat susah digunakan sebab yang bisa terpengaruh hanyalah orang yang benar-benar perduli padamu dan cukup dekat denganmu sampai mereka bisa tahu apa yang kau inginkan.

Biasanya jurus ini sangat ampuh digunakan oleh anak kecil pada orang tuanya. Aku pernah mencobanya dan pada akhirnya ayahku selalu memberikan apa yang kumau kalau aku sudah memandanganya dengan cara itu.

Dan jurus itupun sudah berhasil membuat Kawasaki san menghela nafas panjang lalu mau kembali menatap kami betiga.

"Kalau permintaanmu bisa ditawar kami bisa melakukan sesuatu."

Touma terlihat bingung. Tapi aku bisa menebak arah pembicaraan ini mengalir ke mana.

"Ditawar?"

"Kami tidak bisa melakukan apa-apa tentang masalahmu yang sekarang, tapi kalau mencegahnya terjadi lagi mungkin kami bisa melakukannya."

"Maksudnya?"

Masalah yang Touma bawa pada kami tidak bisa kami selesaikan. Tapi mencegahnya terjadi lagi bisa kami usahakan. Foto-foto itu tidak mungkin tiba-tiba muncul lalu menyebar di internet begitu saja. Seseorang pasti mengambilnya lalu menguploadnya.

Dengan kata lain, dengan mengetahui siapa orang itu kami bisa menghentikan foto-foto milik Touma untuk kembali menyebar di internet. Asalkan kami bisa mencabut akar masalahnya, Touma tidak akan mendapatkan masalah lagi.

"Berhubung semua fotomu itu diambil dari jarak dekat pasti orang itu harus mendekat saat memotretmu, saat itu aku akan menangkap dan mengancamnya sampai dia ketakutan dan tidak mau keluar rumah lagi."

Kawasaki san, memangnya kau orang yang sekasar itu. Dan kalau dia itu orang dewasa apa kau bisa melawannya?

"Tasihi kun kau tidak boleh menggunakan cara seperti itu untuk menyelesaikan masalah, yang kita perlu lakukan hanyalah mencari keluarganya lalu bilang kalau kita akan membunuhnya kalau dia tidak berhenti."

Kau bahkan lebih parah Hikigaya san!.

"Kalian berdua berhentiii! kalau kita menemukannya kita akan menangkapnya lalu menyerahkannya pada polisi."

Touma mengangkat tangan kanannya dan meminta perhatian dari kami bertiga.

"Kuharap masalahnya bisa diselesaikan sedamai mungkin."

1

Dari keterangan Touma san, semua foto yang diambilnya adalah saat dia sedang berada di tempatnya bekerja. Karena itulah kami memutuskan untuk mengunjungi tempat kerjanya di hari minggu sebab ada kemungkinan besar pelakunya berada di antara para pelanggan di tempat bekerjanya.

Sebagai seorang penyendiri, tidak menganggu kegiatan orang lain adalah sudah seperti sebuah peraturan tidak tertulis yang harus kutaati. Karena itulah, dalam acara yang melibatkan beberapa orang untuk pergi ke suatu tempat aku selalu berusaha untuk menjadi orang yang tidak pernah terlambat.

Selain itu, sebab rumahku lokasinya paling jauh aku harus berangkat minimal setengah jam lebih cepat dari waktu yang sudah dijanjikan.

Kukira dengan begitu aku bisa menjadi orang pertama yang sampai. Tapi ternyata, ada seseorang yang jauh lebih berdedikasi daripada diriku.

Ketika aku sampai, Kawasaki san sudah berada di sana. Yang artinya dia bahakan lebih cepat dariku untuk sampai. Mendekatinya hanya akan membuatku kebingungan akan melakukan apa, karena itulah aku mencoba menjauh dan menghindari masuk ke pandangannya.

Tapi sayangnya usahaku gagal sebab tiba-tiba dia melambaikan tangan padaku. Kawasaki san tidak memintaku untuk mendekat, tapi meski begitu kalau sudah dihadapkan pada situasi seperti tidak mungkin juga aku bisa lari.

Karena itulah aku mendekatinya dan mengangkat topik tidak penting seperti kenapa dia cepat sekali berangkatnya. Yang hanya dijawab dengan sebuah alasan kalau jamnya rusak dan berjalan satu jam lebih cepat.

Yang jelas adalah bohong. Dia sama sekali tidak kelihatan seperti orang yang datang dengan buru-buru.

Hanya saja sebab aku ini orang yang perhatian, aku tidak melanjutkan topik itu sebab aku tahu kalau Kawasaki san tidak bisa menjawabnya dengan jujur. Kalau kutebak, mungkin alasannya datang lebih cepat adalah untuk mendapatkan poin plus dari Hikigaya san.

Ketika aku sedang bingung untuk mengangkat topik macam apa lagi, tiba-tiba Kawasaki san melihat ke arahku dan bilang kalau aku boleh beristirahat di tempat lain sebab Kereta yang dinaiki oleh Hikigaya san bermasalah dan harus terlambat.

Untuk ukuran tempat kerja seorang anak SMA, lokasi di mana Touma san bekerja bisa dibilang sangat jauh. Jika aku melanjutkan ke dua stasiun lagi maka aku akan bisa sampai ke stasiun Akihabara.

Dan dengan jarak yang sejauh itu, sedikit keterlambatan saja bisa berpengaruh besar. Anggap saja kalau Hikigaya san harus berhenti lima menit di setiap stasiun, jika angka itu dikalikan jumlah stasiun yang ada sampai ke sini maka total keterlambatannya adalah empat puluh lima menit.

Uwaa. . . kalau aku dan Hikigaya san adalah sepasang anak kecil yang pernah bersekolah di SD yang sama tapi terpaksa berpisah karena pekerjaan orang tua masing-masing, mungkin kejadian ini akan bisa dibuatkan filmnya. Mungkin judulnya, lima meter p*r detik.

Mari kita bulatkan saja jadi satu jam. Dengan kata lain kami harus menunggu Hikigaya san selama satu jam di tempat super ramai dan panas ini. Memikirkannya saja sudah membuatku jadi gerah dan tidak nyaman.

Orang yang tidak punya skill khususpun bisa langsung tahu kalau aku ini orang tipe indoor yang lebih mirip vampire sebab tidak suka matahari. Tapi jangan meremehkanku! aku tidak selemah itu sampai kabur dari tantangan ini.

Aku bisa mengukur apa yang bisa kulakukan dan apa yang tidak bisa kulakukan. Jika sesuatu sudah pasti tidak bisa kudapatkan aku tidak akan ragu untuk menyerah, tapi jika sesuatu masih punya kemungkinan untuk kulakukan aku akan mencapainya.

"Tsurumi san, aku ingin mengingatkan kalau kita ini tidak sedang bertanding siapa yang paling tahan terhadap panas."

"Tenang saja! aku tidak akan kalah."

"Sudah kubilang kalau kita ini sedang tidak bertanding."

Dia menghela nafas lalu membiarkanku duduk di sampingnya. Dan kamipun mulai menunggu.

"Agghhhhh. . . . ."

Panas. Padahal aku baru duduk selama sepuluh menit di tempat ini. Tempatnya sendiri terlindung dari sinar matahari, tapi udaranyalah yang panas. Selain itu di sekitar kami ada sangat banyak orang yang menambah panas suasana.

"Mau minum?"

Aku terlalu malas untuk menjawab. Tapi dia tetap memberikannya dan aku menerimanya. Sepertinya Kawasaki san sudah biasa menghadapi orang malas. Atau mungkin dia sudah biasa disuruh-suruh tanpa mendapat terima kasih.

Entah kenapa aku bisa membayangkannya dengan mudah.

Kawasaki san kembali melihatku dengan tatapan meneliti. Setelah itu dia mengambil ponselnya dan mengotak-atiknya selama beberapa saat.

"Aku agak lapar jadi aku akan sarapan dulu."

Menunggu di sini selama banyak menit lagi memang sama sekali tidak bisa dibilang sebagai kegiatan yang menyenangkan. Selain panas, ramai, dan juga sesak, di sekeliling kami juga ada banyak sekali orang sehingga kami agak sedikit memancing perhatian.

Tapi. Jika dia mengajakku untuk ikut sarapan aku akan langsung menolaknya. Bukan karena aku tidak lapar atau baik-baik saja di sini. Tapi karena kebiasaan lama yang tertanam sangat dalam setelah ribuan kali mendapat ajakan yang ternyata hanyalah basa-basi.

Bahkan aku sering melihat teman-teman sekelasku dulu yang akan langsung menarik nafas lega ketika aku menolak ajakannya.

"Tolong temani aku Tsurumi san."

Orang ini benar-benar sesuatu. Aku tidak tahu dengan siapa saja dia sudah berinteraksi. Tapi orang ini benar-benar tahu kelemahan seorang penyendiri. Dia tidak menawariku untuk ikut bersamanya, malahan dia memintaku untuk ikut bersamanya.

Tidak seperti tawaran atau ajakan, permintaan adalah sebuah kalimat terang-terangan yang menunjukan niat dari orang yang bicara. Di saat tawaran atau ajakan tidak akan membawa efek apapun saat ditolak. Permintaan akan memberikan efek positif saat diterima, yang artinya akan ada efek negatif saat ditolak.

Kata-katanya benar-benar efektif untuk menyerang salah satu kelemahan seorang penyendiri. Yaitu kelemahan yang membuat mereka ingin selalu dalam area netral dan tidak masuk fraksi manapun.

Tapi.

Aku tidak akan mundur begitu saja.

"Memangnya kenapa aku harus menemanimu."

Full Counter.

Seorang penyendiri adalah ahli dalam perang proxy, jika para penyendiri mendirkan sebuah negara tidak diragukan lagi kalau negara itu akan besar kekuatan politiknya dan lemah kekuatan militernya.

Tapi bukan berarti aku tidak bisa ikut menyerang secara langsung, kalau musuh menyerang menggunakan permintaan yang jelas maka yang perlu kulakukan hanyalah menolak dengan tegas dan jelas. Lalu memberikan sedikit argumen untuk mendukungku.

Begitulah rencananya.

"Aku malu kalau makan sendirian, selain itu kau juga tidak perlu menunggu di sini sebab aku sudah bilang ke Hikigaya san kalau kita akan menunggu di sana!"

"Geh. . itu. . ."

Aku tidak bisa melawannya lagi.

Mari kita artikan apa yang Kawasaki san coba katakan padaku.

Kalau kau tidak ikut aku akan kerepotan, selain itu kau sudah tidak punya alasan untuk tetap menunggu di sini. Kemudian akan menyusahkan kalau kita berpisah sebab aku sudah memindah tempat kita semua berkumpul. Jika kau tetap di sini kita harus bolak-balik untuk menjemputmu.

"Mau bagaimana lagi, kalau begitu aku akan ikut."

Jalur kaburku sudah ditutup semua.

Kalau sudah begini yang bisa kulakukan sekarang hanyalah menggunakan skill mengikuti arus yang kumiliki. Skill ini berguna ketika kau sedang berada di dalam sebuah perkumpulan tapi tidak punya hak bersuara sehingga ujung-ujungnya kau hanya bisa mengikuti orang lain.

Seperti yang sudah dikatakannya, kawasaki san langsung memesan makanan lalu sarapan. Dia tidak menawariku apa-apa sebab sepertinya dia tahu kalau aku akan menolak apapun yang ditawarkannya.

Aku tidak tahu oleh siapa dia dibesarkan, tapi dia benar-benar paham dengan jalan pikiran seorang penyendiri. Normalnya jika seseorang sedang makan maka dia akan menawarkan orang di depannya untuk ikut makan.

Yang tentu saja pasti akan ditolak oleh sebagian besar orang. Jika dia menawariku untuk ikut sarapan maka aku akan bilang kalau aku sudah sarapan, jika dia memesan sesuatu maka aku akan bilang nanti, dan jika dia mengajaku untuk ngobrol aku hanya akan menjawab seperlunya.

Oleh karena itulah sekarang dia hanya fokus makan dan tidak mengatakan apapun.

Dari luar kami mungkin kelihatan aneh. Meski dekat dan saling kenal, kami tidak berbicara satu sama lain. Tapi bagi para penyendiri, tidak harus berbicara dan membicarakan apa yang tidak disukainya maupun sesuatu yang tidak dia anggap penting adalah sebuah hal yang normal.

Dan Kawasaki san tahu akan hal itu.

Sekarang aku benar-benar penasaran siap orang yang mengajarinya semua skill killer yang dia miliki.

Sekitar setengah jam kemudian, akhirnya Hikigaya san datang. Dan kami bertigapun langsung berangkat ke tempat kerja Touma san dengan bantuan peta buatan tangannya.

"Hikigaya san, apa kau yakin ini jalan yang benar?"

"Aku tidak yakin tapi kurasa aku benar."

Jawabanmu benar-benar tidak bertanggung jawab.

"Lagipula kalau salah di sini ada Taishi, jadi tidak usah khawatir."

He? sejak kapan Kawasaki san bisa jadi GPS? aku tidak pernah melihat dia punya antena. Lagipula, asuransi macam apa itu?

Dengan bantuan peta yang tidak jelas dan pemandu yang lebih tidak jelas lagi, akhirnya kami bertiga sampai di depan sebuah bangunan yang sepertinya sebuah kafe setelah melewati jalan belakang, lorong, gang sempit dan juga bangunan-bangunan kosong.

"Ini agak lebih buruk dari yang kubayangkan."

Tembok luarnya penuh retakan serta catnya juga sudah banyak sekali yang mengelupas. Area di sekitar bangunan itu juga sangat sapi. Jika Touma san tidak memberikan peta aku tidak akan pernah sadar kalau di ada tempat seperti ini, dan ada orang yang mendirikan bisnis di tempat tidak strategis ini.

Yang jelas, kafe ini tidak mungkin punya banyak pelanggan. Kalau dilihat dari penampilan dan lokasinya saja.

Hanya saja pikiranku keliru.

Pelanggannya memang sedikit, tapi di dalamnya ada beberapa orang yang sedang berbicara akrab dengan teman atau pelayannya. Dan sebab tempat ternyata lumayan luas, kami bertiga bisa langsung menemukan tempat duduk.

Hikigaya san melihat ke kanan dan kiri, ke depan dan belakang. Mungkin dia sedang mencoba mengukur nilai dari tempat ini.

"Normal, terlalu normal."

Area di dalamnya teras lega. Lalu, tidak seperti di luar, bagian dalam tempat ini bersih dan terawat. Tapi tidak ada dekorasi yang terlalu menarik, suasanyanya juga tidak berbeda dari tempat-tempat yang pernah kudatangi sebelumnya. Seratus persen tipikal. Tidak punya ciri khas, dengan kata lain sangat normal.

Setelah duduk selama beberapa saat, seorang pelayan menghampiri kami. Dan pelayan itu adalah Touma san.

"Kalian sudah datang ya."

Kami bertiga hanya mengangguk.

"Untuk sementara pesanlah sesuatu, masalah akomodasi aku bisa sedikit membantu tapi jika kalian tidak mendapatkan apa-apa tolong segera pergi setelah dua jam."

Dari wajahnya yang agak grogi dan khawatir, aku bisa tahu kalau dia juga merasa agak bersalah. Dia meminta tolong kepada kami tapi dia juga mencoba mengusir kami secara halus.

"Hey Touma san, bolehkah aku menanyakan sesuatu?"

Sambil mengembalikan menu dan menunjukan mana pesanannya pada Touma san, Kawasaki san mengajak bicara client kami dengan lugas. Aku sudah tahu kalau dia itu lihai dalam membaca atmosfir, tapi tetap saja aku masih agak terkejut melihat skillnya yang mampu melihat waktu yang tepat untuk bicara sambil menyelipkan pertanyaan yang biasanya susah di tanyakan di dalamnya.

"Silahkan saja."

"Kenapa kau ingin bekerja di sini?"

"Karena aku ingin dapat uang."

Ok, tipikal. Semua orang yang bekerja juga pasti ingin mendapatkan uang. Meski tidak semua orang yang ingin mendapatkan uang mau bekerja. Dan jika disuruh memilih, tentu saja aku ingin bisa mendapatkan uang tanpa bekerja.

"Tapi tempat ini jauh, apa gajimu cukup untuk akomodasimu ke sini? selain itu kurasa bolak-balik ke tempat ini dan rumahmu lumayan melelahkan."

Kali ini Hikigaya san yang meneruskan pembicaraan. Sebenarnya aku ingin bicara, tapi berhubung pertanyaanku tidak jauh berbeda dengan mereka berdua aku memutuskan untuk tetap diam dan memilih-milih menu yang tidak menyakiti dompetku.

Setiap kali aku diajak orang dewasa untuk keluar dan makan aku selalu dibayarkan sebab mereka menganggapku anak kecil. Lalu begitu aku protes dan bilang untuk tidak memperlakukanku seperti anak kecil mereka hanya akan tertawa dan tetap membayariku.

Mau bagaimana lagi, orang dewasa memang seperti itu. Keras kepala dan sok tahu, mereka kira mereka tahu apa yang paling baik bagi seorang anak kec. . . maksudku bagi seorang remaja sepertiku dan dengan seenaknya menggunakan standar mereka sendiri untuk diaplikasikan padaku.

Tapi sekarang situasinya berbeda. Yang berada di di sekitarku bukanlah orang dewasa melainkan orang-orang seumuranku. Meski memang beda beberapa tahun. Tapi meski begitu, gap umur di antara kami tidak terlalu jauh dan kami bisa melihat satu-sama lain sebagai satu level.

Jika mereka membiarkanku membayar sendiri hal itu bagus, tapi jika mereka bilang ingin membayarkanku aku akan menolak dan memberikan alasan kalau aku ke sini untuk main-main. Jika mereka tetap memaksa maka aku akan menolak dengan halus. Ok, battle plan sudah siap.

Sekarang yang harus kulakukan tinggal melihat menu dan memperhatikan harganya.

"Seragamnya imut."

Yang ini jawabannya tidak tipikal, tapi aku paham dengan apa Touma san maksud. Seragam kafe ini memang kelihatan bagus, lalu seorang wanita itu secara natural tertarik pada hal-hal imut. Dan dari desain serta bahanya, mungkin seragam di tempat ini adalah order made, yang artinya tidak bisa dibeli di tempat lain.

Aku juga sesekali ingin memakainya, meski sepertinya tidak ada yang sesuai dengan sizeku.

"Cuma itu?"

Dari perhitunganku, plus dan minusnya sama sekali tidak sebanding. Dan bagian yang lebih beratnya adalah minusnya. Kali ini Hikigaya san kembali mengatakan apa yang ingin kukatakan.

"Kalau kau cuma ingin kerja paruh waktu bukankah di Chiba juga bisa?"

Ya benar, kalau dia hanya ingin mendapat uang tambahan di sana juga bisa dilakukan. Dia tidak harus pergi jauh-jauh ke sini.

"Aku takut ada yang melihatku."

"Kenapa kau harus malu?"

Hikigaya san, kau sama sekali tidak paham. Orang yang tidak biasanya menarik perhatian tidak akan nyaman jika dia jadi bahan perhatian. Sekarang coba bayangkan saja kalau ada teman sekelasnya yang datang ke tempatnya bekerja. Di sana mereka akan menggoda Touma san, lalu di sekolah semua orang akan tahu di mana Touma san bekerja. Dan hari berikutnya lagi akan ada banyak teman sekelasnya yang datang ke tempat kerjanya hanya untuk melihatnya.

Jika aku dijadikan tontonan seperti itu aku akan langsung keluar dari tempat kerjaku dan pada akhirnya tujuanku untuk mendapatkan uang tambahan tidak terlaksana.

"Lagipula di sana aku tidak bisa mendapatkan ijin untuk bekerja dengan umurku yang sekarang, aku bisa berbohong tapi aku tidak mau melakukannya. . kemudian aku dengar gajinya tidak terlalu bagus."

Sekarang aku benar-benar kesulitan menilai kepribadian Touma san. Sebenarnya dia itu pemalu atau pemberani, sebenarnya dia itu polos atau perhitungan, dan dia itu sebenarnya polos atau materialistis?

Kawasaki san memperlihatkan wajah penasaran dan diapun bertanya.

"Memangnya di sini gajinya berapa?"

Touma san agak kebingungan, sepertinya dia sedang berada dalam dilema. Gaji adalah masalah pribadi dan juga urusan perusahaan, tentu saja informasi semacam itu tidak diperbolehkan untuk sembarang diberitahukan kepada orang yang tidak berkepentingan.

"Berikan estimasinya saja."

Biasanya Kawasaki san akan mundur jika melihat lawan bicaranya mengalami kesulitan, tapi kali ini meski Touma san sudah terpojok Kawasaki san tetap maju dan menekan.

Memangnya hal itu penting ya?

"Sekitar dua ribu yen per jam. . hmmm sekitar itu. . "

Jangan mencoba meyakinkan diri kalau kau tidak berbuat salah Touma san, hal itu malah akan membuatmu semakin sadar kalau kau baru saja melakukan kesalahan dan malah jadi tidak bisa melupakannya. Percaya padaku!

Aku pernah memecahkan gagang gelas favorit ayahku tapi aku tidak mau kena marah olehnya. Oleh sebab itu aku mengelemnya dengan lem kramik dan kubuat bekas pecahanya setidak kelihatan mungkin. Tapi meski kulem aku membuatnya agar bisa dengan mudah lepas lagi.

Niatnya adalah akan menyimpan gelas itu sampai ayahku pulang dan tidak membiarkannya disentuh oleh siapapun. Setelah itu aku akan membuatkan teh untuknya, lalu ketika dia mengangkat gelasnya gaganya akan copot sendiri. Dengan begitu ayahku akan mengira kalau dia yang merusaknya.

Rencanya begitu, tapi pada akhirnya aku tidak tega melihat wajah kecewanya dan mengakui kesalahanku.

Percaya atau tidak, rasa berdosa yang kurasakan jauh lebih menyakitkan dari pukulan yang ayahku lancarkan ke pantatku waktu itu.

"Besar juga."

Aku mendapatkan kesempatanku untuk bicara. Aku tidak tahu seberapa standar gaji kerja paruh waktu, tapi menurutku nilai itu sangat besar.

"Kalau segitu aku juga ingin kerja di sini sambil mengenakan seragam imut itu! bagaimana menurutmu Taishi kun?"

" . . . . . . "

Sesuatu yang tidak normal terjadi lagi, Kawasaki san tidak langsung memberi respon. Aku tidak tahu seberapa dekat mereka tapi aku sangat yakin kalau Kawasaki san itu punya perasaan pada Hikigaya san. Jadi agak tidak normal kalau Kawasaki sana tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Hikigaya san.

"Taishi kun?"

"Kurasa tidak, kita punya kegiatan club jadi kau mungkin kecapekan selain itu Onii san juga pasti tidak akan mengijinkanmu kerja paruh waktu di tempat yang sejauh ini."

"Ahh . . . haha . . kau benar juga! mungkin Onii chan akan menagis kalau aku tidak pulang seharian."

He kau tidak perduli kalau kau capek Hikigaya san? dan kakakmu sepertinya sudah keterlaluan. Kalau dia itu adikmu aku bisa sedikit paham, tapi jika dia itu kakakmu yang artinya dia itu lebih tua darimu menangis hanya karena adik perempuannya tidak pulang seharian.

Aku menyarankanmu untuk segera membawanya ke dokter.

"Kemudian, selain gaji aku juga mendapatkan banyak teman di sini."

"Ada berapa orang yang kerja di sini? apakah kalian semua saling kenal?"

Tiba-tiba Kawasaki san berubah ke mode detektif, tempat ini memang tidak terlihat normal dari luar tapi isinya normal-normal saja. Um, semuanya normal.

Eh. Apa iya semuanya normal?

"Totalnya ada sekitar dua puluhan kami semua bekerja secara bergantian dalam setiap minggunya, lalu sebab kebanyakan dari kami seumuran kami semua mudah akrab dan bisa saling kenal."

Seumuran ya? mmm. . . pantas saja dia tidak mau tempat ini kena masalah. Di kelas Touma san agak tertutup jadi dia belum dapat banyak teman dan mungkin juga tidak masuk club apapun. Di sini dia bisa mendapatkan teman yang tidak tahu latar belakangnya dan juga mendapatkan uang yang lumayan banyak. Mungkin juga dia bisa lebih relax di sini daripada di sekolah atau rumah sebab suasananya yang tenang.

"Ngomong-ngomon tentang pelayan, mereka semua kelihatan sangat manis."

Plak.

Hikigaya san memukul kepala Kawasaki san dengan menu di tangannya sebelum meminta menu yang ada padaku dan memberikannya ke Touma san bersamaan dengan miliknya.

"Jelas saja mereka manis, mungkin mereka baru tiga belas atau paling tua mungkin lima belas! bisa dibilang mereka adalah gadis-gadis yang sedang segar-segarnya berkembang."

Deskripsimu tentang mereka membuatku agak merinding Hikigaya san. Kau baru saja mengatakan hal yang mungkin hanya akan dikatakan oleh pria paruh baya mesum.

"Daripada pelayannya kurasa kita lebih perlu memperhatikan pelangganya, bukankah kita ke sini untuk mencari tahu apakah ada pelanggan yang mengambil foto Touma san secara diam-diam."

" . . . ."

". . . . aaa . . . kau benar juga. . . Rumi-rumi."

Keduanya mengalihkan pandangannya dariku.

Apanya yang benar juga? tolong jangan bilang kalau kalian berdua lupa tujuan awal kita ke sini. Untuk Hikigaya san aku bisa paham, dia kelihatan seperti orang yang terbawa suasana tapi Kawasaki san. Aku agak sedikit berharap padamu, aku agak berharap kalau kau tidak langsung melupkan misi kita hanya karena melihat gadis cantik.

"Ok. . . pelanggan ya."

Kawasaki san mencoba memperhatikan pelanggan di sekitarnya, tapi sepertinya dia agak kesulitan untuk berkonsentrasi sebab pandangannya sering terganggu saat ada pelayan yang lewat.

Aku tahu kalau kau ini laki-laki Kawasaki san, tapi apa kau yakin ingin melakukannya di depan Hikigaya san. Maksudku apa kau yakin ingin melihat ke arah gadis di bawah umur dengan tatapan mesum seperti itu.

Hanya saja kekhawatiranku sama sekali tidak ada gunanya.

Aku melihat ke arah Hikigaya san, dan sebelum kusadari dia sudah memanggil seorang pelayan lagi. Kali ini, yang dia panggil bukan Touma san tapi seorang gadis yang kelihatannya masih muda. Mungkin yang paling muda di sini.

"Mau pesan apa Onee chan?"

"Kuh . . . . kau imut sekali. . .kyuu. . . apa boleh aku menciummu?"

Hikigaya san! tolong segera sadar! kau benar-benar berubah jadi mesum sekarang.

" . . . .uhmmm. . . jadi mau pesan apa?"

Jangan bertingkah seperti itu di depan kakak kelas mesumku ini! kau malah akan membuatnya jadi semakin panas. Apa kau tidak bisa melihat kalau sekarang dia sudah kelihatan ingin memakanmu. Cepat kabur gadis kecil!.

Kurasa aku juga harus segera kabur.

" . . . ."

Hikigaya san menegakan jari telunjuknya.

"Aku pesan satu senyuman."

Uwah . . . klise sekali. Jika aku yang jadi pelayan itu aku akan meninju muka Hikigaya san.

"Baiklah."

Tapi gadis pelayan itu dengan ceria memberikan senyuman terbaiknya lalu berlari ke arah teman-temannya yang lain.

"Hikigaya san!."

"Maafkan aku Rumi-rumi! tapi pelanggan di sini kelihatan biasa saja! tidak ada yang aneh atau luar biasa karena itulah aku lebih suka melihat pelayannya yang imut-imut itu."

"Hah. . . ."

Aku tidak bisa membantahnya. Pelanggan yang datang ke sini semuanya adalah orang-orang yang bisa kau temukan di manapun. Anak kuliahan yang membawa buku ataupun laptop, pria paruh baya yang kelihatannya membolos kerja untuk datang ke sini, bahkan pria yang kelihatannya tidak bekerja tapi punya uang.

Mengesampingkan yang terakhir. Tidak ada orang yang kelihatan mencurigakan atau orang yang kelihatan ingin menyembunyikan dirinya sendiri.

Malah bisa dibilang kalau pelangganya terlihat akrab satu sama lain, yang mungkin disebabkan oleh seringnya mereka bertemu di tempat ini.

"Justru itu yang kelihatan aneh."

Kawasaki san sepertinya masih bisa berpikir lurus dan mendengarkan pembicaraanku dengan Hikigaya san.

"Maksudmu Kawasaki san?"

Aku agak penasaran dengan kata-katanya.

"Kau bisa bilang kalau selain pelanggannya semuanya aneh, kalau kita mengesampingkan fakta bahwa orang normal, normalnya tidak akan datang ke sini."

Kalau dipikir-pikir memang begitu. Normalnya seseorang tidak akan repot-repot datang ke sini hanya untuk ke kafe yang dari luar kelihatan angker tapi di dalam semuanya biasa saja. Selain itu menemukan kafe inipun sudah susah sehingga aku yakin kalau orang yang tidak mengetahui tempat ini tidak akan pernah tahu akan tempat ini.

Dengan kata lain, cara agar kafe ini bisa mendapat pelanggannya adalah menyuruh pelanggannya mengajak temannya untuk jadi pelanggan dan seterusnya dan seterusnya. Kalau begitu, ada sesuatu hal lain yang menarik pelanggan untuk datang ke sini. Sesuatu yang membuat mereka rela datang ke tempat ini dan sesuatu yang cukup menarik untuk mereka rekomendasikan agar teman mereka mau datang.

"Bukankah mereka cuma datang ke sini untuk melihat pelayanannya? maksudku mereka semua itu imut-imut."

"Hikigaya san! tolong berhenti bicara seperti pria mesum! meski aku setuju kalau mereka semua itu imut-imut."

Kawasaki san benar Hikigaya san, kau benar-benar berbicara seperti pria mesum. Secantik apapun kau kalau kau mengatakan semua itu sambil menggerak-gerakan tanganmu seperti sedang meremas sesuatu, tetap saja kau akan kelihatan mesum.

"Apanya yang mesum? bukankah normal bagi seorang laki-laki untuk ingin melihat dan berinteraski dengan gadis manis! apalagi kalau mereka masih muda."

Sayangnya kau bukan laki-laki Hikigaya san. Kau bukan laki-laki. Malah akan lebih normal kalau Kawasaki san yang mengatakan semua itu.

"Aku tidak bisa membantahnya, tapi Hikigaya san! kau itu juga seorang gadis! kalau kau belum lupa."

"Tapi datang ke sini untuk melihat mereka bukanlah suatu keburukan, jadi kurasa pelanggannya masih normal."

"Kau berpikir begitu . . .? mu-mungkin aku perlu ke sini setiap minggu."

". . . ."

" . . . "

"Jangan menatapku dengan pandangan seperti itu!. . . kau sendiri yang bilang kalau mencari gadis manis yang lebih muda itu normal bagi seorang laki-laki! iya kan? Hikigaya san? tolong jawab aku."

Aku menarik nafas panjang.

Tapi apa yang dikatakan oleh Hikigaya san dan apa yang ingin dilakukan oleh Kawasaki san memang benar. Semua itu bukanlah sebuah masalah. Meski memang benar kalau pelanggan tempat ini datang hanya untuk berinteraksi dengan pelayannya yang imut-imut, hal itu bukanlah sebuah tindakan kriminal.

Mereka hanyalah sarana untuk menarik pengunjung, itu saja. Selain itu mereka juga mendapat gaji yang cukup besar, jadi kurasa bekerja double sebagai poster girl dan pelayan sama sekali bukan masalah. Kemudian, para pelayannya juga tidak kelihatan tidak nyaman, mereka semua terlihatan senang-senang saja saat berinteraksi dengan pelanggannya. Yang artinya tidak ada masalah.

Jika ada masalah harusnya Touma san juga akan melaporkannya pada kami tempo hari.

"Ternyata Tasihi kun suka anak di bawah umur."

Seberapapun manisnya seorang gadis, ketika dia sedang cemburu entah kenapa dia jadi menyebalkan. Aku bukan laki-laki tapi aku bisa paham kenapa sekarang Kawasaki san jadi agak bingung merespon.

Bukankah yang bilang kalau laki-laki tertarik dengan gadis manis yang lebih muda itu normal adalah Hikigaya san sendiri?

"Sebenarnya mereka tidak di bawah umur! bukannya aku ingin membela diri tapi age of consent di negara ini adalah minimal tiga belas! dengan kata lain mereka dianggap sudah cukup dewasa untuk memutuskan tindakannya sendiri! selain itu kalau bilang masalah di bawah umur, kita juga masih di bawah umur"

"T-Taishi kun . . ak-aku tahu kalau kau sedang panik tapi jangan membawa topik semacam itu di sini! apa kau tidak bisa melihat tatapan aneh dari pelanggan lain? lagipula normalnya orang dianggap dewasa adalah enam belas tahun."

"Tapi umurku dengan mereka tidak sejauh itu bedannya, bukannya aku ingin melakukannya tapi kalaupun aku melakukannya bukankah masih legal-legal saja? enam belas dan delapan belas adalah umur seseorang diperbolehkan untuk menikah."

He? kedua orang ini sedang membicarakan apa? jika mereka ingin bertengkar kenapa mereka hanya berbisik satu sama lain.

"Kri-kriminal. . . . . di sini ada calon kriminal."

"Aku tidak ingin melanggar hukum, meski peraturannya sendiri agak abu-abu dan tidak diajarkan di sekolah tapi tetap saja hal itu bukan tindakan kriminal."

"Jangan mendekat! jangan mendekat! menjauh dariku!."

Sebenarnya apa yang sedang terjadi? kenapa Hikigaya san jadi histeris seperti itu?

"Ne Kawasaki san, memangnya kau ingin melakukan apa?"

Lama-lama aku jadi tidak tahan juga dan memberanikan diri untuk bertanya.

"Itu. . . . ."

Jangan membuatku tambah menunggu! ini bukan quiz.

"A. . aku tidak bisa mengatakannya."

Dengan itu suasana jadi tenang kembali, dan ketenangan yang kurasakan jauh lebih dalam dari yang sebelumnya.

Seperti yang sudah Touma san insturksikan, setelah berada di kafe selama lebih dari dua jam kami semua memutuskan untuk pulang. Sementara ini investigasi kami masih belum menghasilkan temuan yang positif.

Sorenya kami semua kembali menggunakan kereta dan pulang menuju Chibaku yang tercinta. Berhubung kami semua sudah capek, semua anggota club memutuskan untuk membicarakan masalah Touma san besok saja di ruang club.