webnovel

Part 38

Ron sedang berada di sebuah kelab malam dalam kondisi mabuk. Beberapa kali ia menggerutu tentang Sia dan juga Anne, hingga orang-orang di sekitarnya merasa tidak nyaman. Seorang wanita mendekati Ron, mencoba untuk menenangkan lelaki itu dengan mengajaknya mengobrol.

"Tuan, apa kau sedang patah hati?" tanya wanita itu.

"Apa terlihat jelas?"

"Kau sangat kacau, Tuan. Apa kau ingin aku menemanimu?"

"Tentu, temani aku di sini."

"Bagaimana jika kita ke ruanganku?" tawar wanita itu.

"Baiklah," jawab Ron.

Wanita itu membantu Ron untuk berjalan menuju kamar yang ada di lantai atas kelab malam itu. Meski tengah mabuk, tetapi Ron masih menyadari apa yang ia lakukan saat ini. Rasa kecewanya sangat tinggi kali ini. Setelah bertahun-tahun mencoba untuk melepaskan Anne dan mencintai Sia. Kini semua itu harus berakhir dengan sia-sia.

"Siapa namamu, Nona?" tanya Ron.

"Julia, Tuan."

"Temani aku malam ini, aku sedang tidak ingin kembali ke Mansion itu," ujar Ron.

"Tentu saja, Tuan. Aku akan menemani dirimu hingga kau puas dengan pelayananku."

Ron tersenyum mendengar perkataan Julia. Kini mereka sudah berada di sebuah kamar besar, dengan ranjang berukuran king size dan beberapa perabot yang melengkapi isi kamar itu. Ada dua pintu di sisi kanan dan juga kiri. Jika pintu sebelah kanan menuju kamar mandi, maka pintu sebelah kiri menuju walk in closet.

Ron memilih berbaring di atas ranjang. Sementara Julia yang mengenakan dress mini ketat, tengah melepaskan pakaiannya itu hingga terlihat jelas bentuk tubuh indah miliknya. Julia mendekati Ron perlahan, wanita itu dengan cekatan membantu Ron melepaskan pakaiannya. Satu persatu pakaian Ron dilemparkannya sembarangan. Dan yang terakhir adalah sebuah celana dalam berwarna hitam, dibalik sana terdapat sebuah kejantanan yang siap untuk dimanjakan.

Julia membuka perlahan celana dalam itu, hingga kejantanan Ron kini terlihat berdiri dengan sempurna. Ron hanya berdiam diri, membiarkan Julia bekerja dengan profesional. Benar saja, tanpa perlu aba-aba Julia langsung mengulum kejantanan Ron. Julia memainkan kejantanan itu, dengan menghisap dan menjilatnya seperti lolipop. Sementara Ron hanya memejamkan mata, merasakan kenikmatan yang Julia berikan.

"Aahh, yeah ... good girl," ujar Ron.

Julia tersenyum mendengar pujian yang Ron berikan. Ia semakin bersemangat memuaskan lelaki itu. Kini setelah puas mengulum kejantanan Ron, Julia segera beranjak untuk berpindah posisi. Ia naik ke atas tubuh Ron, lalu memasukkan kejantanan itu ke dalam pusat gairah miliknya.

"Aaahhh ..," desah keduanya saat penyatuan itu terjadi.

Julia bergerak bebas di atas tubuh Ron. Dengan menggerakkan pinggulnya, Julia mencari kenikmatannya di sana. Sementara Ron hanya menikmati apa yang dilakukan wanita itu.

"Ahhh," desah Julia.

Tangan Ron memegang pinggang Julia, lalu membantu wanita itu agar bergerak lebih cepat. Setelah beberapa detik bergerak cepat, pusat gairah Julia terasa berkedut dan tubuhnya juga menegang. Wanita itu telah mendapatkan pelepasan pertamanya.

Ron membalikkan posisi mereka. Dan kini lelaki itu mengambil alih kendali atas pergulatan panas itu. Ron melebarkan posisi kaki Julia, ia memperdalam posisi kejantananya hingga menabrak dinding rahim wanita itu. Ron memompa tubuh Julai dengan tempo yang tidak beraturan.

"Ahh, ahh ... yeah, teruss ... aahhh," desah Julia saat Ron menghujani kewanitaannya dengan gerakan yang memberikan kenikmatan.

"Aahh, milikmu sepertinya sangat terawat, Nona ... aahh, kejantananku terasa terjepit di dalam sana," ujar Ron.

"Ahhh, tentu saja Tuan."

Selama sepuluh menit, Ron bergerak memompa tubuh Julia. Lalu ia menghentikan kegiatan itu dan mengubah kembali posisinya. Julia berposisi menghadap badan ranjang, lalu Ron kembali memasukkan miliknya melalui belakang.

"Aahhh."

Ron kembali melakukan gerakan yang membuat keduanya mendesah berkali-kali. Suara keduanya menggema di dalam kamar itu, bahkan dengan suhu rendah tidak dapat membuat keduanya kedinginan. Justru keduanya kini diselimuti kabut gairah yang semakin menggila. Peluh membasahi tubuh keduanya dan semakin membuat persetubuhan itu memanas.

Tubuh Ron sedikit membungkuk, tangannya menakup kedua gundukan kenyal milik Julia. Ron memainkan gundukan itu dengan meremasnya dan memberikan sentuhan lembut agar Julia kembali mendapatkan pelepasannya.

"Aahh ... Tuan, nikmat sekali ... aahhhh."

"Milikmu juga nikmat, sayang."

Ron semakin mempercepat gerakannya, hingga Julia merasa akan mendapatkan pelepasan sekali lagi. Desah panjang Julia menandakan jika cairan bening itu telah kembali keluar dari dalam sana, membasahi kejantanan Ron yang masih setia berada di dalamnya.

Kini giliran Ron yang akan sampai puncaknya. Ia bergerak dengan cepata dan tubuhnya mulai menegang. Ron menghentakkan miliknya lebih dalam, lalu mengeluarkan cairan putih kentalnya di dalam rahim wanita bernama Julia itu.

Ron langsung mengeluarkan kejantananya dari dalam sana, ia beranjak dari atas ranjang menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah itu, Ron kembali mengenakan pakaiannya, ia meninggalkan beberapa lembar uang untuk Julia.

"Terima kasih, Tuan."

"Anggap kita tidak pernah bertemu karena aku tidak akan kembali ke kelab malam ini."

Ron melangkah keluar dari kamar itu, ia menuju mobilnya yang terparkir pada basement.

"Dasar bodoh!" seru Ron.

Lelaki itu terlihat menyesali perbuatannya, kini ia merasa kebingungan karena tidak tahu harus ke mana. Saat ia ingin menginjak pedal gas mobilnya, suara dering ponselnya begitu nyaring hingga membuat Ron harus menerima panggilan masuk itu.

"Kau di mana, Ron?" Suara Anne membuat Ron terdiam untuk beberapa saat.

"Di jalan."

"Aku benar-benar minta maaf, kembalilah Ron."

"Ya, aku akan pulang."

"Aku menunggumu."

Ron segera mengemudikan mobilnya kembali menuju Mansion Evacska. Dengan kondisi setengah mabuk, Ron melaju dengan cepat. Hanya memerlukan waktu tiga puluh menit saja untuk Ron sampai di Mansion.

Lelaki itu berjalan sedikit sempoyongan saat turun dari mobil. Granger yang melihat lelaki itu merasa kesal. Bagaimana bisa ia meninggalkan wanita yang baru saja kembali dengan datang dalam kondisi mabuk.

Ron membuka pintu utama Mansion dan mendapatkan Anne sedang bersidekap menunggunya di balik pintu itu. Ron sedikit tersenyum melihat wanita di hadapannya itu, lalu tiba-tiba saja ia terjatuh dan tidak sadarkan diri. Anne memanggil Granger untuk membantunya membawa Ron masuk ke dalam kamar.

Anne dengan sabar melepaskan sepatu Ron, lalu sedikit melonggarkan kerah pakaiannya. Wanita itu ikut berbaring di samping Ron, dengan memeluk tubuh lelaki itu. Mereka terlelap bersama, hingga sang fajar kembali metampakkan diri.

Paginya, Ron terbangun dengan kepala yang masih terasa berat. Ia tidak menemukan Anne di sampingnya, tetapi Ron mendengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi. Tidak lama kemudian, Anne keluar dari dalam sana hanya dengan mengenakan handuk yang menutup tubuh bagian dada hingga atas lututnya. Anne tersenyum menyapa Ron, sedangkan lelaki itu hanya memasang wajah datar.

"Mari bicara," ujar Ron membuka suara.

"Mandilah terlebih dahulu, kita memiliki waktu yang cukup banyak," ujar Anne.

Ron memutar kedua bola matanya, lalu ia segera masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan diri. Sementara Anne mengenakan pakaian di dalam walk in closet dengan wajah yang sedikit menahan rasa sakit dari dalam hatinya.

"Apa yang akan kau bicarakan, Ron?" gumam Anne.

Wanita itu segera keluar dari sana, lalu duduk di sofa yang ada di dalam kamar itu. Sembari menunggu Ron keluar dari dalam kamar mandi, Anne berkutat pada ponsel miliknya. Ia melihat beberapa pesan masuk dari Layla dan Sia. Mereka mengirim beberapa berkas yang harus Anne periksa. Saat Anne terlalu fokus pada layar kecil di tangannya, Ron sudah duduk di sampingnya dengan pakaian lengkap.

"Ayo kita mulai perbincangan ini."