webnovel

Moon Eclipse

Clara : Gadis biasa yang terjebak didunia berbeda, memiliki sifat pemberani, pintar dan melakukan apapun yang dia suka. Alveno : Pangeran kerajaan Orion yang tampan dan disukai rakyatnya. Sayangnya ia bersifat songong, pemarah dan terlalu percyaya diri. Pada gerhana bulan di malam yang penuh bintang seorang perempuan berjalan ditengah kebisingan kota. Dengan air mata yang terus menetes, dan keadaan yang tidak baik sama sekali setelah kesedihan yang menimpanya. Sebuah kecelakaan terjadi dan membuatnya menatap gerhana bulan total saat menutup mata. Saat ia terbangun, ia sudah berada disebuah dinasti berbeda, zaman yang berbeda dengan zaman yang sebelumnya.

ghkamilah · Fantasy
Not enough ratings
153 Chs

8

Hitung hari sudah kembali berjalan, dan besok Clara sudah harus bertanding pedang dan panahan dengan gadis terpilih lainnya. Rose dan Bianca juga sudah berada di istana setelah perjalanan yang panjang.

"Ma! Bagaimana dengan pakaian ku?"

"Pergi saja ke Madam Sera, ajak Diva!"

Clara yang berada dikamarnya pun segera menuju pintu rumah setelah berteriak sahut menyahut dengan mamanya. Karena luka yang di tangannya ia tidak ikut ke istana bersama diva pagi tadi. Tapi sekarang ia akan mengajak diva keluar sebentar, lagi pula pihak istana pasti sibuk termasuk guru yang mengajari Diva.

Selama perjalanan Clara hanya bersenandung kecil mencoba mengalihlan pikirannya yang mengkhawtirkan hari esok.

"Huft....tenang Clara, mereka juga perempuan kan? Pasti tidak pandai pedang. Lagian kau menguasai karate kan? Kau pandai berkelahi jadi apa yang kau takutkan?" Ucapnya pada dirinya sendiiri

Karena motivasi yang ia buat untuk beberapa saat ia merasa percaya diri

"Tapi ini pake pedang...."

Semangatnya kembali hilang saat mengingat sebuah pedang tajam yang akan menjadi pelindung dan musuhnya sekaligus. Masih berlatih saja pergelangan tanganya sudah terluka.

Tidak terasa Clara sudah tiba di gerbang istana dan tanpa menjelaskan siapa dirinya lagi para prajurit yang menjaga langsung memberikan jalan padanya.

"Mana Diva?" gerutunya yang sudah berada di halaman

Clara segera mengitari istana untuk mencari Diva, biasanya dia akan berada di ruangan obat herbal untuk belajar bersama gurunya itu

"Diva..." ucap nya sambil memasuki ruang yang penuh rempah dan tumbuhan obatan lainya

Tidak ada siapapun disana, jadi ia memutuskan untuk keluar dan mencari ditempat lain. Saat ia sudah melewati pintu ia bertemu dengan seseorang yang baru ia lihat. Karena pakaiannya yang seperti anggota kerajaan Clara menunduk dan berusaha pergi dari sana.

"Astaga...dimana Diva" batinnya yang sudah mulai kesal

Dilain tempat Diva yang sedang dicari-cari sedang berjalan-jalan dengan ozey. Semenjak Diva datang ke istana Ozey sudah melirik Diva yang sangat anggun dimatanya.

"Bagaimana pelajaran mu dengan tabib?"

"Semuanya lancar, aku sangat senang bisa mempelajari ilmu pengobatan lebih dalam disini"

"Baguslah kalau kau betah"

Mereka berdua terus berjalan sambil berbincang menuju taman istana untuk beristirahat. Karena sejak tadi pagi mereka berdua ikut heboh untuk mengurus persiapan besok.

"Ozey!"

Dengan cepat Ozey melihat kearah sebelah kanannya karena mengenali suara itu

"Ikut aku" ucap Alveno yang baru saja menghampiri mereka.

Dengan terpaksa Ozey harus mengakhiri kebersamaannya dengan diva dan mengikuti titah pangeran sekaligus sahabatnya itu.

"Ada apa?"

"Aku curiga dengan kerajaan Lordaron"

"Maksudmu dengan kerajaan putri Bianca?"

"Iya, aku tidak bisa menjelaskannya sekarang. Kita harus keluar karena kemungkinan kelompok gelap mereka masih ada disini"

Saat tibanya putri Bianca tadi Hamze menyuruh beberapa prajurit untuk menyamar dan melihat kelompok mencurigakan. Dan benar saja para penyamar itu ada di rombongan penyambutan para gadis terpilih yang datang dari tempat jauh tadi.

Alveno dan Ozey pergi ke istana sebelum melaksanakan aksinya. Mereka juga memakai pakaian biasa kalangan menengah beserta jubah bertudung. Tidak lupa mereka juga membawa topeng untuk menutup wajah mereka nanti. Setelah selesai dengan perlengkapannya mereka pun pergi dengan memacu dua ekor kuda.

Di tempat yang berbeda Clara sudah memutuskan untuk pulang karena tidak menemukan dtiva. Ia akan pergi ke rumah Madam Sera sendiri daripada menunggu temannya yang belum pasti bisa ikut itu. Clara juga asik melihat jalanan yang masih ramai karena penduduk yang ikut menyambut gadis terpilih yang lain tadi datang.

"Lihatlah... saingan ku dua putri raja dan anak sahabat raja" batin Clara seperti kecewa.

"Loh, bukannya itu bagus? Aku tidak harus malu kalau kalah karena sainganku susah semua" lanjutnya

Clara melanjutkan langkahnya menuju pasar tempat Madam Sera membuka toko butiknya, ia harus menemukan baju pertandingan yang cocok untuk besok.

Saat clara sudah sampai di pasar ia tidak tahu bahwa ada orang yang menguntitnya, mereka terdiri dari beberapa orang laki-laki berpakaian biasa. Sampai saat Clara mencoba berhenti berjalan dan membeli sesuatu dia bisa melirik orang-orang yang bertopi itu ikut berhenti.

Melihat dari penampilannya clayra merasa ia mengenal mereka.

"Rasanya aku kenal dan pernah lihat..."

Clara yang teringat siapa orang-orang itu langsung menjatuhkan buah yang tadi pura-pura ia tawar. Orang yang mengikutinya seperti orang yang ia lihat dikilas balik Clara yang asli saat di kejar dihutan.

"Saat itu aku dikejar dihutan, berarti mereka orang jahat" batin Clara

Dengan berusaha agar tetap terlihat tenang Clara kembali melanjutkan perjalanannya, ia tidak jadi menuju ke tempat Madam Sera karena takut melibatkan wanita itu dalam bahaya.

Para penguntit yang melihat Clara melanjutkan perjalanannya kembali melancarkan aksinya. Mereka berpencar untuk memantau Clara dari setiap sudut.

"Dia belok kanan" ucap salah satunya

Temannya yang lain pun berusaha mengikuti Clara dari arah yang lain. Sekitar tiga menit ia mengitari jalanan yang clara masuki tadi tapi ia tidak menemukannya.

"Dimana dia?"

"Hilang, aku tidak menemukannya"

"Bodoh! Cari sampai dapat cepat berpencar!"

Laki-laki yang berjumlah lima orang itu kembali berpencar untuk mencari clara.

Disebuah toko roti clara sedang berjongkok dibawah meja yang tertutup. Ibu penjual roti itu mengizinkan Clara bersembunyi disana meski tahu akan bahayanya jika ketahuan.

"Kenapa kau dikejar?" Ucap sang ibu penjual roti itu sambil tetap sibuk dengan rotinya. Clara sedang berkongkok dibawahnya sekarang

"Aku tidak tahu, kemarin aku kehilangan ingatan dihutan tapi aku ingat saat terakhir kali merekalah yang mengejarku"

Ibu itu langsung terkejut

"Astaga kau dalam bahaya!, mereka sudah pergi sekarang kau harus mencari tempat yang lebih aman"

Setelah ibu itu melihat keadaan sekitar aman Clara pun keluar dari tempat persembunyiannya. Ibu penjual roti itu memberikannya jubah bertudung untuk menyamarkan baju yang clara pakai

"Aku tidak tahu harus menyuruhmu kemana, tapi pakai jubah ini agar mereka tidak mengenali pakaianmu"

Clara sangat berterima kasih pada perempuan yang menbantunya ini meski dia tahu resiko jika membantu orang yang dikejar penjahat sepertinya. Ia pun segera keluar dari sana dan melangkahkan kakinya dengan cepat.

"Jika aku pulang mungkin aku lebih dahulu tertangkap, astaga aku harus kemana...." batin Clara panik

Ia berusaha berfikir sambil berjalan menuju arah pulang. Akhirnya ide aneh terlintas lagi dibenaknya.

"Aku sampai disini saat Clara yang asli dikejar mereka kan?, dan itu dihutan... karena Clara bertemu kuda putih jadi kami tertukar. Siapa tahu kuda itu akan datang saat aku juga dalam bahaya disana" batinnya yang kini justru sedikit senang memiliki kesempatan untuk reka ulang kejadian

Meskipun perkiraan yang ia buat belum tentu pasti, Clara sudah membalikkan badannya berjalan menuju arah hutan. Jika ia tertangkap dan matipun, siapa tahu dia kembali ke dunia asalnya.

Setelah beberapa lama berjalan Clara melihat orang yang masih mencari-carinya berlalu lalang dan masih tidak mengenalinya. Ia sudah hampir sampai di pengujung pasar yang ada peternakan kuda disana. Clara yang memang membawa uang untuk bajunya besok menyewa sebuah kuda berwarna coklat.

"Hei!"

Baru saja Clara membawa kuda itu menuju jalanan sayup-sayup dari kejauah ada orang yang memangilnya. Clara yang takut kehabisan waktu segera menaiki kuda

"Hei berhenti!"

Clara menoleh kebelakang sebelum memacu kudanya, salah satu dari gerombolan yang mengejarnya sudah melihatnya dan memberi kode pada teman-temannya yang tidak terlalu jauh.

Dengan cepat dan panik clara memacu kudanya menuju hutan, setidaknya ia harus sampai disana saat para penguntit itu menangkapnya untuk memancing kuda putih misterius yang hadir di mimpinya datang.

Entah sudah berapa lama Clara memacu kudanya dengan cepat, ia bahkan merasa dirinya melayang dan akan jatuh dari kuda itu, dibelakangnya orang-orang itu sudah menutup wajah mereka dengan kain dan  mulai mencari jalan lain agar berpencar menjebak clara.

"Kuda putih....apa memang itu yang mengantar ku kesini" batin clara yang sudah mulai ragu dengan pilihannya ini

Dibagian hutan yang lain Ozey dan Alveno sedang berada disebuah sungai setelah menunggu target mereka yang tak kunjung lewat. Mereka sedang beristirahat di sana sampai mendengar suara kuda yang masih jauh.

"Ada orang lewat" ucap Ozey

Alveno memberikan isyarat pada ozey agar mereka segera beranjak dari sungai. Mereka pun berjalan mencari tempat persembunyian dan meninggalkan kuda mereka.

Mereka berdua mencari tempat bersembunyi, Alveno bersembunyi dibalik sebuah batu besar dan Ozey dibalik ilalang yang lumayan lebat. Suara langkah kuda semakin dekat dan sudah kelihatan semakin mendekat.

"Clara?" Ucap Alveno yang sudah melihat wajah Clara yang sedang mendekat dengan menunggangi kuda.

Diposisi yang lain Clara sudah hampir mabuk diguncang diatas kuda yang ia pacu. Ia sudah ingin berhenti entah itu untuk menyerahkan diri atau bertemu kuda putih.

"Sepertinya kuda putih itu akan muncul saat aku ada dalam bayaha" batinnya

Akhirnya setelah beberapa meter lagi Clara menghentikan kudanya dan segera berlari, terlihat bodoh memang lebih memilih berlari untuk kabur. Tapi belum sempat ia melangkah jauh dirinya sudah tidak tahan.

"Huekkk...uhuk uhuk, huekkk"

Karena tidak biasa berkuda begitu lama clara merasa mual layaknya orang yang mabuk mobil. Ia memuntahkan isi perutnya di atas dedaunan kering.

"Akhirnya kau menyerah"

Salah satu dari lima orang yang mengejarnya turun dari kudanya dan mulai mendekati clara.

"Berhenti!"

"Kenapa? Mau ngucapkan kata kata terakhir?"

"Aku hanya akan bertanya satu hal, kenapa kalian mengejarku?"

"Tidak usah pura-pura, siapa orang yang sudah kau beritahu? Karena orang itu juga harus dan akan kami binasakan sepertimu"

"Kenapa? Aku tidak tahu alasannya, aku hilang ingatan"

"Atau pura-pura hilang ingatan? Kau pikir jika kau hilang ingatan kami membebaskan mu?"

"Ayah!!" Teriak Clara tiba-tiba sambil memasang wajah terkejut seolah melihat ayahnya

Kelima orang itu langsung refleks melihat kebelakang dan Clara langsung lanjut berlari.

"Dia kabur!"

Mereka langsung kembali mengejar clara yang belum jauh

"Kuda putih! Kuda putih kuda putih!" Ucap Clara sambil berlari

Clara semakin kelelahan karena jalanan yang semakin menanjak, ia pun segera berlari kearah kanan untuk mencari jalan lain

Dibelakang mereka Alveno dan Ozey sudah mengejar dengan kuda, saat melihat Clara dan hendak menghentikannya mereka melihat gerombolan kuda yang mengejar clara. Akhirnya mereka menjemput kuda mereka yang ada di pinggiran sungai untuk menyusul.

"Kau akan menyesal membuat kami kelelahan" ucap salah satu laki-laki penjahat yang mengepung clara.

Ternyata dibawah sana ada sungai yang terlihat dalam dan ber arus deras, clara sudah terjebak di tepian  tebing tinggi itu dengan para penjahat yang mengepungnya.

Pedang sudah diangkat hendak menebas Clara tapi dengan cepat clara melompat kedalam air

Byurrrr

Meski pandai berenang clara harus kesusahan melawan arus air yang membuatnya terombang ambing dan kesulitan mengambil oksigen.

"Sial! Susul dibawah!" Teriak sang pemimpin kelompok itu

Mereka mundur kebelakang untuk menuruni hutan yang merupakan sebuah gunung itu. Mereka berniat akan menyusul Clara di sungai bawah.

Langkah mereka berhenti saat Alveno dan Ozey sudah berada dihadapan mereka.

Alveno sedikit takut saat melihat mereka berbalik arah, Clara tidak ada bersama mereka dan tidak mungkin para penjahat itu menyerah begitu saja.

"Mana gadis itu?" Ucap Alveno yang sudah mulai panik

"Kau tidak akan menemukannya"

Akhirnya Alveno dan Ozey beradu pedang dengan kelima orang itu. Ozey yang merupakan panglima kerajaan tentu saja sangat mudah melawan mereka begitu juga dengan Alveno.

"Katakan dimana gadis itu!"

"Aku tidak akan beritahu sampai kapanpun!"

"Atau kalian semua kubunuh!"

Sang pemimpin pasukan itu memang tidak takut jika ia harus mati, tapi ternyata salah satu anak buahnya yang masih berharap hidup mengatakan keberadaan dimana clara

"Dia melompat dari tebing dan masuk ke sungai yang deras! Kami ingin menyusulnya!"

Laki-laki yang sudah dikalahkan dan diikat ozey mengatakan keberadaan Clara

"Kejar dia Alveno! Biar aku yang mengurus mereka"

Dengan cepat Alveno menaiki kudanya dan mengejar Clara yang sudah terbawa arus. Ia berjalan mengambil arah di pinggiran tebing agar bisa melihat keberadaan clara.

"Kenapa kau memberitahunya!?"

"Mereka membiarkan kita hidup jika memberi tahu gadis itu dimana"

Alasan Alveno dan Ozey tidak membunuh mereka karena informasi yang mereka bawa. Para penjahat itu tidak akan dibiarkan mati melainkan di siksa sampai memberitahu rahasianya.

Ozey sudah mengikat kelima penjahat itu disebuah pohon yang besar dan berjalan menuju tebing untuk melihat keadaan. Ia tidak menyadari kegiatan yang dilakukan tawanannya itu.

Sang pemimpin kelompok mengeluarkan pisau dari lengan bajunya dan menyayat tali. Tapi dengan insting yang cepat ozyey kembali melihat salah satu dari mereka lepas.

Kelima penjahat itu sudah luka dimana-mana sehingga meskipun melawan ozey yang seorang diri mereka akan kalah. Akhirnya pemimpin mereka yang bebas bukannya membebaskan bawahannya melainkan menebas mereka dengan pedang satu persatu.

Ctasss..... singgg.....

Ozey yang baru saja hendak menghentikan mereka terlambat, empat orang sudah mati ditebas pemimpin kawanan nya sendiri. Pemimpin itu tidak ingin salah satu anak buahnya membocorkan rahasia hanya karena ingin hidup

"Apa kau gila ??! membunuh teman mu sendiri!" Teriak Ozey yang sudah memegang pedangnya hendak melawan

Laki-laki yang tersisa itu tidak ingin melawan Ozey, ia juga mengakhiri hidupnya dengan menusukkan pedang pada jantungnya sendiri. Karena meskipun ia dipenjara di istana dengan penjagaan yang ketat, para suruhan pemimpinnya yang lain akan berusaha membunuhnya untuk menjaga rahasia mereka semua.

Jlebbb

Akhirnya kelima orang yang mengejar clara itu tewas disana. Ozey merasa frustasi karena tidak akan mendapatkan informasi apa-apa dengan mayat mayat itu. Ia pun menggeledah semua barang dan pakaian yang mereka pakai.

Disebuah piggiran sungai yang lain Alveno sudah menyebur untuk menyelamatkan clara yang tersangkut disebuah batu dalam keadaan tidak sadar. Posisi badan clara sangat mengerikan dengan kepalanya yang menghadap kedalam air sehinga sudah pasti ia tidak bernafas.

Alveno langsung menarik Clara dan membawanya ketepian. Ia menampar nampar pipi Clara pelan

"Clara, clara...."

Ia berusaha mencek nafas clara yang cenderung habis karena pelannya. Alveno pun melaksanakan pertolongan pertama pada Clara, ie menekan badan clara agar mengeluarkan seluruh air yang ia hirup, tanpa ragu Alveno juga memberikan nafas buatan untuk clara.

Selang beberapa kali Alveno memberikan CPR Clara pun terbatuk dan mengeluarkan air yang banyak dari mulutnya.

"Uhuk! Uhuk...uhuk!!"

Clara terus terbatuk untuk melegakan paru-parunya yang terasa sangat sakit.

Alveno yang melihat clara sudah terbatuk dan mengeluarkan air dari rongga pernafasannya akhirnya terduduk lemas dengan perasaan yang lega. Keadaan mereka sama kacaunya sekarang.