webnovel

Bab 4

Lapangan Basket

Saat di lapangan usai meninggalkan kantin, tiba - tiba ada seseorang yang menarik tanganku

"Hei tunggu Cha"

"Ih apalagi sih sekarang? Revo?"

"Iya. Terima kasih ya sudah menyelamatkan Alika. Tapi perkataan mu tadi sungguh keterlaluan (nada judes)"

"Dih apaan sih. Orang gue mau ngelawan orang yang nindas gue kok. Bukan mau nyelamatin dia"

"Ye yaudah sih gue juga ga mau tau, pokonya makasih (nada judes)"

"Eh elu kalo ngomong biasa aja dong. Gak usah sok - sok an kayak gitu. Dih diajak ngomong malah kabur gitu aja"

"Woi Cha. Sini lu, gue mau ambil barang yang gue titipin sama lu tadi"

Gawat Devan manggil gue lagi, gue harus kabur.

"Woi Cha elu jangan coba - coba kabur dari gue yaa"

"Dih siapa juga yang mau kabur dari lu. Orang gue mau duduk di tepi lapangan kok"

"Udah deh elu ga usah basa - basi, sekarang mana barangnya"

"Oo iya Van tadi gue kan buru - buru berangkatnya, terus kelupaan. Maapin gue ya Pan"

"Whatt. Elu kok bisa lupa si apa yang gue suruh"

Diseberang sana sudah ada anak - anak yang matanya sudah memanas karena kedekatan ku dengan si ganteng Devan. Tapi asal kalian tahu ya, Keitaro Devan ini dia adalah kakak ku. Ya meskipun cuma kakak tiri si. Tapi meskipun dia kakak gue tapi kita sama - sama kelas 11 kok. Tapi dia lahir ditahun 2002. Karena program akselerasi yang kujalani saat SMP lah yang membuat ku dapat berada di kelas 11 sekarang. Keitaro Devan, tinggi, ganteng, gak terlalu pintar si, pantesan dia ada di kelas 11 C. Tapi mungkin kepintaran bukan salah satu keahliannya, keahliannya adalah dapat memimpin. Maka dari itu dia adalah ketua osis di SMA ini.

"Udah lah Pan gue capek"

"O iya gue denger lu tadi abis berantem sama Veronica yaa?"

"Iya kenapa emang? Lu khawatir sama adik lu yang cantik ini yaa?"

"Dih najis. Terus siapa yang menang"

"Ye dasar dodol garut, lu pikir pertandingan apa?"

"Ye serius gue nanya, siapa yang menang"

"Ya gue lah. Gue gitu loo. Zaviera Xaveria Chamomile. Siapa sih yang berani ngelawan gue. Sini gue jabanin deh"

"Songong banget si lu"

"Udah aa gue abis ini ada kelas seni"

"Lu kelas seni sama siapa?"

"Sama kelas B"

Ruang Seni

"Eh Cha lu abis dari mana aja si?"

"Abis dimarahin sama Depan gue. Hiks hiks hiks"

"Udah deh lu gak usah ngedrama segala"

"Eh Cha liat tu siapa yang dateng. Rosie si dewi musik"

"Dih dewi musik pala lu"

"Ayo anak - anak cepat berkumpul. Disini ibu akan menjelaskan tentang materi kali ini. Kita akan mempelajari musik zaman dahulu. Rosie bisa bantu ibu untuk memberikan contoh pada yang lain"

"Baiklah bu" Rosie mulai memainkan alat musik seruling.

"Nah kira - kira begitu cara mainnya. Apakah ada orang lain yang bisa"

"Dih begitu saja mah gampang. Sambil tutup mata gue juga bisa"

"Oh siapa yang bicara itu. Chaca ayo maju, kamu tunjukkan pada teman - teman mu"

Aku mulai maju kedepan dengan bangganya. Kumainkan seruling yang ada digemgaman ku. Kututup mataku. Sejenak alunan merdu dari seruling mampu menghipnotis seluruh siswa yang ada di ruang seni. Setelah selesai kumainkan, semua orang membuka matanya.

"Wah gila lu hebat banget Cha. Gak salah gue milih lu jadi calon istri gue"

"Apaan si lu Vin"

Setelah kelas usai, aku tetap berada di ruang seni dan disana juga masih ada Rosie

"Eh elu gue peringatin ya elu ga usah deket - deket sama si Devan deh"

"Oh apa ini ceritanya si adik tiri yang menyukai sang kakak yang telah menyelamatkan hidupnya?"

"Eh elu ga usah sok polos deh didepan semua orang. Gue tau elu itu sebenernya siapa. Elu itu lebih jahat daripada monster. Dasar jalang murahan"

"Jalang? lalu apakah ibumu tidak termasuk jalang?"

"Cih memang buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Bapaknya tukang selingkuh anaknya jadi kupu - kupu malam. Masih mending gue kali. Gue gak bakalan tu yang ngejual diri gue"

Gubrak. Terlihat disana ada Veronica yang sedang berdiri. Sepertinya dia mendengar semua pembicaran ku dengan Rosie. Lalu Veronica pergi.

"Gue peringatin ya. Lu jangan deketin Devan" Lalu aku pergi meninggalkan Rosie di ruangan itu sendiri

Cerita Berlanjut...