webnovel

Molded World

Spesies pasca-manusia terjebak dalam sebuah perang yang tidak berkesudahan. Seorang android yang telah tertidur selama ribuan tahun, bangun untuk mempelajari manusia dalam dunia yang tumbuh oleh sisa-sisa peradaban itu.

Kattapulto · Sci-fi
Not enough ratings
10 Chs

Serangan Malam

Malam itu, regu milik Elviet ditugaskan untuk melakukan patroli malam. Elviet, Sonya, dan Pravda, mengudara untuk memeriksa sisi tenggara perairan sejauh 80 kilometer, tentu saja dengan [Engine], mereka hanya butuh terbang selama 40 menit, dan kembali melaporkan hasil patroli.

Elviet memimpin penerbangan dengan formasi segitiga, sementara Pravda dan Sonya masing-masing terbang di kanan dan kirinya.

"Hoaahm... Aku benci patroli malam, malam itu harusnya untuk tidur yang nyenyak dan mimpi yang indah! musuh yang menyerang pada malam hari harusnya mendapat cap pengecut di tubuh mereka!" teriak Pravda, dia adalah perempuan dengan rambut perak kepang, mengenakan seragam berupa blazer serta rok pendek. [Engine] nya ada di kedua kaki serta tangannya, membantunya untuk terbang.

"Bukankah kamu sudah mendapat jatah istirahat tadi siang Pravda? kita kan memang mendapatkan tugas patroli malam ini." tukas Sonya.

Sonya, mungkin adalah yang paling muda di antara mereka. Ia memiliki rambut hitam panjang yang dikepang menjadi satu jalinan. [Engine] Sonya adalah tipe radar, berbeda dengan Elviet maupun Pravda, ia tidak memiliki kemampuan tarung yang tinggi.

"Yang benar saja! mana bisa aku tidur ketika matahari sedang tinggi! Siang itu waktunya untuk terbang, menembak, dan membelah musuh!" protes Pravda.

"Pravda, tolong kecilkan suaramu dan fokus. Jika kita bisa menemukan musuh, yang pertama menembaklah yang bertahan hidup." Elviet menasehati rekannya.

"Buuu ketua nggak asik!" balas Pravda. "Ah! aku ingat! tadi siang kamu juga malah ikut mengejar para pengintai Martian itu kan!? harusnya siang itu jatahku!"

Elviet melengos pasrah. Tapi hal itu memang benar, ia menghiraukan perintah untuk siaga, dan meluncur bersama pasukan penyerbu.

Hal itu ia lakukan karena keputusan tindakannya didasarkan pada emosi.

"Elviet! aku menangkap objek bergerak dari arah jam 2 kita berada!" teriak Sonya. Elviet dan Pravda siaga.

"Semua bersiap! cari apapun sumber cahaya atau sumber suara di lautan!" perintah Elviet.

Mungkin Elviet tidak usah terlalu khawatir, karena seluruh regu pengintai yang mereka temui tadi siang berhasil mereka hancurkan. Tapi mungkinkah ada kapal kedua? atau mungkin... penyintas?

"Sesuatu mendekat! awas!" teriak Sonya.

Semuanya terjadi begitu cepat, kilasan [Engine] bewarna merah serta rambut pirang lewat tepat di depan wajah Elviet.

"Sonya!" namun teriakannya terlambat. Tiba-tiba, sosok dengan [Engine] merah itu sudah menancapkan pedang lasernya di dada Sonya.

***

Selalu serang pembawa pesannya dahulu, baru bunuh pengawalnya.

Itu adalah kalimat yang diajarkan oleh senior Collen pada misi pertama mereka. Tujuan dari ajaran ini tentu saja sebisa mungkin menghalau intel sampai ke markas musuh, dengan begitu bantuan dari markas juga akan terlambat, dan regu bisa fokus bertarung dengan sesama [Engine] yang memiliki kapabilitas tarung.

Hal itu sudah menjadi kebiasaan bagi Collen, karena itu, ketika bilah panas pedang lasernya menembus dada Sonya, ia tidak menghiraukan ekspresi musuhnya itu yang penuh ketakutan.

Ketika bilah laser itu hilang, Collen membiarkan tubuh Sonya yang sudah tidak bernyawa terjun bebas ke arah lautan. Setidaknya hingga Elviet sigap menangkap tubuh rekannya itu.

"BERENGSEK!"

Amarah Pravda meluap, ia mengarahkan moncong senapan mesinnya, dan menghujani Collen dengan peluru.

"Pravda, tahan posisi! kita tidak tahu berapa banyak bantuan yang mereka punya dalam kapal itu!" teriak Elviet.

"Kau melukai temanku! Berengsek!" Pravda menghiraukan perintah Elviet, ia memacu [Engine] nya semakin cepat, mendekati Collen sambil menghujaninya dengan tembakan.

Sementara Collen hanya bermanuver, menghindari tembakan Pravda. Akan tetapi, Collen memiliki rencana sendiri, Pravda tidak sadar bahwa ia tidak memperhatikan arahnya pergi.

"Kapten! sekarang!"

Pravda yang tidak sadar bahwa ia mendekati kapal Martian milik Collen, melihat kilasan cahaya biru, Ia baru sadar apa yang musuhnya lakukan. Pravda menarik badannya, melipat kakinya seakan sedang melakukan jungkir balik di udara, dan mundur. Energi cahaya biru yang hampir menghabisinya itu berasal dari kapal perusak yang tersamarkan gelapnya malam. Disana, Rose menyeringai, [Engine] nya yang berwujud meriam raksasa mengeluarkan uap panas setelah membuka satu tembakan.

"Regu tembak! Serang!" teriak Rose.

Menyusul kapten, seluruh kru, memunculkan [Engine] mereka. Semua orang memegang senapan otomatis, dan menyambut Pravda dengan tembakan. Pravda yang tidak memiliki kesempatan untuk bermanuver hanya bisa berteriak ketika tembakan dari kapal tersebut mencabik-cabik seluruh tubuhnya.

"PRAVDA!!!" Elviet, sebagai ketua regu tidak dapat menahan teriakannya. Ia tidak percaya bahwa dua anggota yang telah ia kenal selama satu tahun akan kehilangan nyawa secepat ini.

"Tinggal seorang lagi!" Sementara Collen tidak membuang waktu. Ia melesat ke arah Elviet dengan bilah pedang lasernya teracung.

"SIALAN!"

Elviet berteriak, dan sebuah gelombang suara menghantam Collen dengan sangat kuat, hingga membuat Collen mundur. Gelombang energi mengelilingi Elviet, membuat udara di sekitarnya bergetar seperti air yang beriak. Elviet sendiri menggeram marah, air mata mengalir dari kedua bola mata yang memancarkan sinar fraktal.

Sebuah layar muncul di samping wajah Collen, layar tersebut bertuliskan 'Peringatan terhadap peningkatan gelombang kejut'

Tanpa perlu berpikir dua kali, Collen sadar bahwa berada dalam posisi bahaya. Ia mulai memacu mesinnya untuk mundur.

"JANGAN KABUR!" teriak Elviet, empat buah mesin berwujud seperti perisai, melesat ke arah Collen. Perisai-perisai tersebut menembakan laser, dan semuanya dikendalikan hanya dengan emosi Elviet.

Collen bermanuver untuk menghindari serangan laser itu, namun kecepatan engine nya kalah telak. salah satu laser berhasil menembus unit pendorong miliknya, memaksa Collen untuk melepas unit tersebut, atau ia akan terluka akibat ledakan.

Tanpa pendorong yang dapat membuatnya terbang, Collen terjun bebas ke laut. Akan tetapi sistem keamanan Collen aktif, dan membuatnya mengambang, Collen melihat bagaimana prajurit putih itu kini meluncur ke arahnya. Matanya bersinar merah dengan nafsu membunuh, bagai hewan buas yang sigap menerkam mangsa.

"Seluruh penembak! arahkan senapan ke Venusian putih itu! Tembak!"

Rose meneriakan komando dari kapal tepat pada waktunya. Sekilas, belasan cahaya laser meluncur dari atas dek kapal yang dipenuhi oleh penembak, semuanya diarahkan pada Elviet.

Energi panas laser bertabrakan dengan perisi kinetik Elviet, menghasilkan bunga api, dan juga memaksa Elviet untuk mundur. Nampaknya bagaimanapun, perisai tak kasatmata itu tidak dapat menahan gelombang dari tabrakan antara dua kekuatan.

Collen melihat kesempatan emas ketika perhatian Elviet teralihkan.

"SEKARANG!" teriaknya.

Cahaya kebiruan menyelimuti pedang Collen, pedang laser yang sebelumnya berwujud katana kini bertambah besar, bahkan lebih besar dari badan Collen sendiri.

Collen mengayunkan pedang raksasa itu, tepat ketika Elviet mengalihkan matanya. Saat itu, konsentrai Elviet buyar, dan begitu pula dengan perisai kuat yang nampaknya tak dapat ditembus itu. Hanya dengan satu tebasan, Elviet merasakan kesakitan yang luar biasa, seakan badannya akan terpotong jadi dua.

Nyatanya, pedang raksasa Collen ini hanya memberikan serangan listrik, dan bukan bilah laser seperti yang sebelum-sebelumnya. Listrik itu melukai Elviet, tetapi tidak membelah tubuhnya jadi dua.

Akan tetapi dengan listrik kejut yang begitu dahsyat, Elviet kehilangan kesadaran. [Engine] yang ia kenakan tidak berfungsi, dan ia hendak jatuh sebelum Collen menangkap tangannya.

Napas Collen terengah-engah. Hari ini dia berhasil kabur dari maut, dan lebih dari itu, ia berhasil menangkap Venusian putih yang selalu mengejarnya. Walau sedikit lega, sebuah pikiran terlintas di benaknya tentang apa yang harus ia lakukan pada [Ningyo] dengan [Engine] putih itu.