webnovel

Misteri Sinden Pasar Rebo

Karsih adalah seorang wanita cantik yang memilih untuk menjadikan sinden sebagai profesinya dalam mencari nafkah untuk menghidupi keluarganya. Karsih adalah pesinden baru namun dengan keahliannya Karsih berhasil memberikan banyak sekali tepuk tangan juga sanjungan dari banyak orang yang mendengar setiap tembang yang dibawakan. Jelas sekali membuat para pesinden lainnya merasa sangat iri sebab sejak kedatangan Karsih banyak dari kawan-kawan Karsih yang tidak mendapatkan job untuk manggung. Hingga suatu hari sebelum Karsih bernyanyi seorang laki-laki bernama Fajar melihat Karsih sedang berdandan tetapi wajah yang tampak di cermin itu bukan wajah Karsih melainkan wajah seorang wanita yang sangat cantik rupawan wajahnya mirip seperti wajah seorang Ratu. Sejak hari itu Fajar menjadi yakin bahwa Karsih tidak sendiri, melainkan ada kekuatan gaib lain yang menemaninya. Fajar sangat ingin menjaga Karsih karena dia iba kepada Karsih dan juga anak yang saat ini diasuh oleh Karsih. Tapi rasa iba tersebut kemudian diartikan berbeda oleh Pak Broto laki-laki kaya pemilik gudang beras yang berada di kotanya. Pak Broto merasa bahwa Fajar akan mengambil Karsih, itu sebabnya Pak Broto berambisi untuk menyingkirkan Fajar. Pak Broto adalah laki-laki yang hanya menginginkan tubuhnya saja. Pak Broto acapkali mengirimkan hadiah kepada Karsih namun Pak Broto juga seringkali menggoda Karsih. Mampukah Karsih bertahan dengan segala godaan yang datang? Lalu sebenarnya siapa wanita yang ada di tubuh Karsih?

LANINA · Horror
Not enough ratings
24 Chs

KETIKA KARSIH TAMPIL

Mbak Tina memberikan isyarat kepada salah satu pemain orkestra yang saat ini sedang manggung di rumah Pak Broto agar mereka memberikan Karsih kesempatan untuk bernyanyi.

Itu adalah cara Mbak Tina untuk memperkenalkan Karsih pada banyak orang.

."Tolong berikan dia kesempatan untuk bernyanyi!" kata Mbak Tina.

"Tapi, apa mungkin, Mbak?"

"Bukannya dia orang baru."

"Mungkin saja. Coba suruh dia bernyanyi dulu, kalau nanti ternyata suaranya tidak enak, kita suruh dia untuk berhenti."

"Kalau juragan Darsa merasa malu, kemudian dia marah bagaimana, Mbak?"

"Ihhh, kalau juragan Darsa marah, dia tidak akan memarahimu. Dia akan memarahi aku, Tina. Bukan kamu, oke!!!"

Akhirnya pemain orkestra itu tidak dapat menolak permintaan Tina. Bagaimanapun juga, jabatan tertinggi orkestra ini adalah Tina. Tina sebagai tangan kanan juragan Darsa. Dia berhak untuk menentukan apapun yang dia mau dan dia kehendaki. Tina juga merupakan istri kedua dari juragan Darsa. Dia dipercaya untuk mengelola orkestra ini sebagai nafkah bagi dirinya dari juragan Darsa. Karena sebagai seorang pengusaha, juragan Darsa sudah memiliki usaha tetap yang telah diketahui oleh istri pertamanya. Tentang orkestra ini, tidak ada seorangpun yang berani melawan ketika Tina sudah mengeluarkan sebuah keputusan.

Melawan Tina artinya berhenti dari pekerjaan.

"Baiklah Mbak, kalau memang itu yang Mbak Tina inginkan."

Tina memberikan isyarat kepada Karsih untuk duduk seperti juga sinden sinden yang lain.

Karsih kemudian mengambil mikrofon itu, mencoba suaranya dan melantunkan sebuah tembang Jawa Timuran yang dipilihnya saat ini.

Semua orang menatap ke panggung. Semua merasa heran, mengapa ada sinden baru yang diajak untuk bermain di acara mewah milik Pak Broto. Biasanya dalam acara-acara mewah semacam ini yang tampil adalah sinden-sinden terkenal. Sinden-sinden ternama itu sudah memiliki tempat istimewa di hati Pak Broto. Seusai mereka bernyanyi, biasanya mereka akan mendapatkan tips tersendiri dari Pak Broto. Terlebih lagi bagi yang berwajah cantik dan mau diajak tidur oleh Pak Broto. Dia pasti akan mendapatkan tips yang lebih banyak daripada teman-temannya.

Namun kali ini yang tampil justru Karsih.

Apa hebatnya Karsih dibandingkan dengan sinden sinden yang lainnya?

Semua mata menatap ke arah panggung ketika Karsih bersiap untuk membawakan sebuah tembang.

Juragan Darsa mendekati Tina, dia berbisik ke telinga istrinya.

"Perempuan itu siapa? Kenapa dia tiba-tiba tampil di atas pentas dan memegang mikrofon?"

"Jangan khawatir Mas! Kita coba dulu kemampuannya. Dia juga seksi dan cantik, kan?"

"Iya, tapi untuk menjadi sinden seksi dan cantik saja tidak cukup. Suaranya juga harus menarik dan geal-geol nya harus jelas!"

"Aku paham, Mas. Aku ini kan jadi sinden sudah lama. Jadi, tentang persyaratan sinden dari kamu, tidak perlu mengajari aku. Lagipula kalau misalnya pilihanku tidak tepat maka yang akan dirugikan juga aku, to?"

"Kita dengarkan saja dulu dia bernyanyi. Sudah kamu diam saja! Dia mau bernyanyi, kita dengarkan saja suaranya seperti apa!"

"Justru aku mendatangimu sebelum dia bernyanyi. Aku khawatir dia malah justru menyebabkan kamu dan aku malu di hadapan Pak Broto. Pak Broto itu adalah pelanggan kita, dia orang yang kaya raya di desa ini. Kalau urusan kita sampai cacat dengan dia, maka orkestra ini tidak akan pernah dipanggilnya lagi!"

Juragan Darsa dan Mbak Tina masih berbincang-bincang. Mereka sepertinya sedang berdebat hebat sampai kemudian ketika suara Karsih mulai mengalun.

Semua orang menatap takjub kepada Karsih. Suaranya mendayu-dayu, mimik wajahnya sangat pas dengan apa yang dia sampaikan. Gayanya juga memukau. Setiap tarikan dari desahan nafasnya membuat para lelaki terpesona padanya.

Juragan Darsa melihat ke arah Karsih tanpa mengedipkan mata.

Mbak Tina melihat itu, dia tersenyum mencibir. Mbak Tina juga memandang ke arah Pak Broto sepertinya Pak Broto benar-benar terpesona dengan apa yang sudah Karsih tampilkan.

Ada pandangan penuh nafsu dari tatapan mata pak Broto. Mbak Tina mengetahuinya.

Dulu sebelum Mbak Tina menikah dengan juragan Darsa, Mbak Tina adalah perempuan yang juga mendapatkan jebakan dari Pak Broto.

Mbak Tina sangat hafal dan paham watak lelaki itu.

"Mohon maaf bila suara saya tidak secantik sinden sinden yang lain, karena saya baru pertama kali ini menjadi sinden. Itu juga atas kebaikan yang telah diberikan oleh Mbak Tina. Beliau yang memberi saya kesempatan untuk bernyanyi saat ini." Begitu pitutur Karsih di atas pentas.

Semua orang bertepuk tangan, riuh sekali suaranya. Banyak pujian untuk Karsih. Beberapa lelaki malah nekat naik ke atas pentas kemudian menjabat tangan Karsih dan memberikan uang kepadanya. Banyak sekali uang yang diterima oleh Karsih saat ini. Dia kemudian melemparkan di kardus yang ada di sampingnya. Kardus itu memang disediakan oleh teman-teman orkestra sebagai tempat untuk melemparkan uang hasil saweran untuk para sinden.

Tepuk tangan itu belum berhenti sambil teriakan-teriakan muncul, "Lagi...lagi...lagi," kata penonton melihat ke arah Karsih.

Karsih memandang ke arah Mbak Tina, Mbak Tina tersenyum sambil mengacungkan jempolnya.

Karsih bertanya kepada Mbak Tina, "Apakah aku harus menyanyi lagi?" kata Karsih sambil matanya yang membulat itu bergerak-gerak membuat gemas.

"Atas permintaan penonton, sebaiknya Mbak bernyanyi lagi," kata pak Broto dari bawah pentas itu.

Kemudian Karsih pun membawakan satu tembang lagi.

"Sepertinya pak Broto menyukai perempuan itu," ujar juragan Darsa kepada Mbak Tina istrinya.

"Biar saja, yang penting perempuan itu tidak meladeni, sudah beres urusan. Apakah sekarang kamu percaya kepadaku? Ternyata, aku bisa kok mencari sinden sinden berkualitas yang bisa membesarkan orkestra ini. Bukan hanya sinden sinden yang bisa bergeol saja seperti sinden sinden mu itu!"

"Iya, iya aku percaya.Cuma masalahnya perempuan itu benar-benar mau menjadi sinden kita atau tidak?"

"Itu tidak usah dipikirkan. Biar aku nanti yang akan bertanya kepadanya. Kamu santai saja, Mas!

Tapi satu ya, jangan coba-coba merayu sindenku. Awas kamu!!!"

Juragan Darsa diam. Dia masih menyaksikan para penonton yang sedang terhibur dengan apa yang saat ini Karsih bawakan. Dia merasa bahagia, akhirnya ada juga sinden yang bisa diandalkan untuk membawa orkestra ini menjadi besar.

Karsih telah selesai bernyanyi, kemudian Pak Broto naik ke atas pentas. Dia mengeluarkan beberapa lembar uang lima puluh ribuan dan meletakkannya di antara selipan kebaya dan kulit dada Karsih. Orang-orang yang melihat itu tertawa sambil bertepuk tangan. Sedangkan Karsih yang merasa terkejut, dia mundur beberapa langkah menghindari tangan lancang Pak Broto.

Melihat ketidakberesan di atas pentas. Tina kemudian naik ke atas pentas dan membawa Karsih untuk menepi.

"Ayo! sekarang giliran kalian untuk melanjutkan membawakan tembang dan menghibur penonton," perintah Tina kepada sindennya yang lain.

"Maaf, Pak Broto. Perkenalkan ini, Karsih. Karena dia baru saja bernyanyi, jadi dia tidak tahu bagaimana kebiasaan yang ada di sini. Semoga Pak Broto tidak tersinggung," ucap Tina kepada pak Broto.

Pak Broto tersenyum. Dia kemudian mengelus-ngelus dagunya sendiri sambil menatap penuh nafsu kepada Karsih.