18 18. Ini Alther

"Ay, gue cium bibir lo ya?" Manik mata Sagara terpaut lekat pada bibir merah muda milik Shayna. Bibir tipis yang tampak penuh. Warna merah mudanya begitu alami, dengan tekstur yang sepertinya akan selembut sutra.

Darah Sagara berdesir hebat hanya dengan membayangkan bagaimana rasa dari bibir manis itu. Seumur hidupnya, dia hanya bisa membayangkan. Tetapi malam ini… dia akan merasakannya.

Berbeda dengan Sagara yang sangat antusias, Shayna justru ketakutan. Bukan takut dalam arti yang sesungguhnya. Dia hanya merasa belum siap. Karena bagaimanapun juga, Sagara tidak mencintainya begitu pula sebaliknya.

"Mas… Ehm, kita 'kan pada akhirnya akan pisah… gimana kalau gak usah kayak gini?" Shayna tiba-tiba berpikir demikian. Dia menelan ludahnya sudah payah, menanti respon Sagara yang sungguh tidak bisa ditebak.

Pada empat detik pertama, Shayna bisa melihat Sagara diam dengan mata yang intens menatap bibirnya. Pria itu seperti sedang berpikir keras. Seolah apa yang ada di pikirannya begitu berat sampai membuat keningnya berkerut.

"Mas? Mas Sagara?" Sadar Sagara bagai patung, Shayna mencoba menggoyangkan lengannya dengan harapan Sagara bisa tersadar.

Dan benar saja, pria itu mengerjapkan mata, langsung duduk dengan tatapan tajam yang berkilat amarah.

Itu membuat Shayna heran. Sagara marah?

"Mas Saga marah?" Tanya Shayna ragu. Dia duduk persis di samping Sagara.

Pria bermata coklat tersebut masih setia bungkam. Hanya saja tatapannya berubah drastis. Tidak setenang sebelumnya.

Sampai akhirnya, suara dering telfon memecah keheningan. Juga membuat suasana mulai sedikit mencair.

Shayna meraih ponselnya yang ternyata berbunyi, melihat nama Kakek Dome di sana. "Dari kakek." Kata Shayna seolah menginterupsi Sagara.

Pria itu melirik Shayna tajam. Dia berdiri, berkata ketus. "Angkat aja. Gue mau ngerokok dulu di depan." Katanya, merogoh saku di sebuah celana yang tergantung dekat sana dan meraih sebungkus rokok.

Tau Sagara marah, Shayna jadi tidak enak hati. Dia menyusul Sagara, mencekal pergelangan tangannya. "Mas… Sorry ya? Tapi, gue beneran belum siap buat itu. Lagian… kita juga pada akhirnya bakalan cerai. Jadi, ya… mendingan gak usah ngelakuinnya."

Dia mengira Sagara akan marah besar karena penolakannya ini. Tetapi, pria itu hanya mengendikkan bahunya. Apa Sagara sudah sekecewa itu sampai tak berkata-kata lagi?

"Marah ya?" Shayna yang tidak enak hati mulai mendekat. Namun, Sagara mencegahnya. "Masuk! Angkat itu telfon dari kakek." Seru Sagara, memerintah Shayna.

Shayna tersentak kaget. Dia merasa sangat bersalah sampai membuat Sagara semarah ini. Tetapi, mau bagaimana lagi?! Jika nantinya dia tidak sengaja hamil dan kontrak pernikahan berakhir, Shayna yang akan merugi. Sebagai seorang perempuan, dia akan mengalami kerugian besar. Sudah dicap sebagai janda, memiliki tanggungan anak satu pula.

***

***

"Ada apa Kek?" Sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Sagara, Shayna menjawab panggilan dari kakeknya.

"Gimana kabar kamu di sana? Baik?" Kakek Dome bertanya basa-basi.

Shayna tidak tau harus menjawab bagaimana. Ingin menjawab baik, namun sedikit tidak baik karena dia merasa seperti terjebak dengan Sagara. Sudah begitu dia akan terjebak dalam waktu lama. Bukan dalam waktu singkat, namun seminggu.

"Shayna? Kamu gak apa-apa? Ada masalah?" Karena tak mendapat jawaban dari cucu palsunya, Kakek Dome merasa khawatir.

Shayna yang mendengar itu menghela nafas panjang. Dia mulai berbaring di atas ranjang, menenangkan diri atas semua yang terjadi hari ini. Dari mulai gugup karena hendak berhubungan, sampai marahnya Sagara pada dia.

"Nduk? Ono masalah po ora? Jawab Mbah mu iki loh." Kakek Dome kembali bersuara. Dia seperti tidak sabaran mendengar suara Shayna.

"Baik-baik aja, Kek. Ayna cuman… kangen kerjaan aja." Katanya beralasan.

Bisa Shayna dengar, Kakek Dome menghembuskan nafas lega. "Lagi bulan madu malah kangen kerjaan. Perusahaan aman sentosa. Kamu gak perlu khawatir."

Shayna tersenyum simpul. Dia sebenarnya tau perusahaannya baik-baik saja. Lagipula selama di sini Shayna memantaunya.

Dia tidak mungkin bisa tenang tanpa memastikan perusahaan baik-baik saja.

"Iya Kek…"

"Sagara gimana? Baik-baik aja?" Kakek Dome menanyakan Sagara.

Shayna tidak tau harus menjawabnya bagaimana. Dia tidak mungkin menjawab bahwa Sagara sedang marah bukan? Bisa-bisa pertanyaan Kakek Dome akan menjalar kesana-kemari.

"Sagara baik-baik aja. Dia lagi ngerokok di depan. Kakek mau ngomong sama Sagara?" Shayna bertanya.

Tak ada suara dari Kakek Dome selama beberapa detik. Hingga akhirnya dia menyetujui ucapan Shayna. "Iya dong. Kakek mau bicara sama Sagara. Mau ngasih tips malam pertama buat Sagara."

Mata Shayna mendelik, tidak menyangka Kakeknya akan mengatakan hal seperti ini. "Kakek! Yang bener ah!"

"Loh? Kakek benar loh. Dulu kakek juga perkasa sampai Halwah bisa ada."

"Astaga Kek… sadar! Itu 'kan dulu. Sekarang kakek udah tua. Jangan aneh-aneh. Perbanyak pahala aja. Ngerti?" Shayna mulai melangkah turun dari ranjang, menghampiri Sagara yang ada di luar.

Sampai di luar, Shayna berkata. "Ayna udah di luar Kek. Jadi ngomong sama Mas Saga?"

"Jadi. Mana Sagara?"

Shayna menurunkan ponselnya, menutup bagian bawah ponsel agar Kakek Dome tak mendengar percakapannya dengan Sagara.

"Mas, Kakek mau ngomong." Katanya.

Sagara yang semua sibuk dengan ponselnya melirik Shayna tajam. Tatapan Sagara terlihat berbeda jauh. Dia seperti… membenci Shayna?

"Sini!" Meski Sagara tersenyum, Shayna masih bisa merasakan aura yang kelam dari pria itu.

Dia memberikan ponsel tersebut pada kakek, melangkah masuk meninggalkan pria itu. Tepat sebelum dia masuk pintu, Shayna tidak sengaja mendengar sesuatu.

"Ini Alther."

avataravatar
Next chapter