8 Part 7

Alfi mengetuk pintu kamat hotel Zayn. Tak lama Zayn pun membuka pintu dan mempersilahkannya untuk masuk.

"Woi bro.. Kuy masuk." ajak Zayn sembari memeluk Alfi ala cowok.

Mereka pun masuk ke kamar hotel itu. Zayn segera memberikan minuman untuknya dan mulai membahas misinya.

"Al"

"Zayn" Ucap mereka bersamaan.

"Hahah... Lo dulu deh " ucap Zayn. Alfi masih bersikap dingin karena hal tadi.

"Well, gue mau tanya ke lo apa bener Ivi sudah nikah sama si kapten?" tanya Alfi serius

"Yups bener.. Mereka sudah menikah kurang lebih ya 2 mingguan. Lo sudah ketemu mereka?"

"Sudah tadi. Gue gak nyangka dia bisa nikah sama orang seposesif kapten itu." ucap Alfi sambil meneguk minuman yang disediakan oleh Zayn.

"Ya begitulah... Mr. Captain sialan itu sudah berhasil merebut hati seorang Relivia. Gue juga gak nyangka sih kok si Livia mau nikah sama dia. Padahal as you know lah pekerjaan seorang Captain itu ya begitu."

"Hmm... Gue juga seorang nautika bro.. So, jangan sangkutpautkan urusan ini dengan profesi. Meskipun gue belum jadi captain, tapi gue 1 alam dengan dia. Ya, laut." Ucapnya menyindir.

"Oh.. Sorry bro gue gak maksud."

"Gue tahu apa maksud lo bicara gitu kok Zayn.. Lo seolah-olah berpikir kenapa Ivi mau nikah sama pria yang jelas-jelas waktunya dihabiskan lebih lama di laut daripada sama dia. It means that you never trust all sailor. Gak semua captain and sailor itu sama bro.. Semua punya karakter masing-masing. So, itu tergantung individual." tegasnya.

"Gue gak maksud bicara gitu bro gue cuma-"

"Stop it Zayn! Gue tahu kok selicik apa lo! So, gak perlu ngelak dan sekarang gue tahu penawaran apa yang akan lo tawarkan ke gue..." Jedanya dan membuat Zayn bungkam

"Lo, mau gue pisahin dua insan itu kan?"

'Sialan! Misi gue sudah kebaca di otak dia! Bodoh! Ternyata dia gak sebodoh yang gue kira!'Batin Zayn

"Lo gak perlu ngebatin Zayn karena gue bisa baca pikiran lo! Ya, gue emang gak sebodoh itu Zayn.. Dan untuk masalah memisahkan kedua insan itu, gue pikir itu sama sekali gak menarik buat gue kerjasama dengan lo! Gue kira itu cuma buang-buang waktu gue yang berharga. Dan lagian apa untungnya di gue?"

"Lo bisa kembali dengan Relivia."

"Gue gak yakin lo sebaik itu.. Gue tahu lo cuma manfaatin gue buat ngerebut Ivi. Zayn Zayn... Ternyata lo lebih bodoh dari seekor buaya yang ditipu seekor kancil."

"Lo ngatain gue?!" geramnya.

"Sans bro... Gue cuma bicara apa adanya. Menurut gue,lo berhenti deh perjuangin Ivi. Cewek di luar sana masih banyak bro," ucapnya dengan smirk dan berdiri menyentuh pundak kiri Zayn.

"Dan, lo itu seorang dokter muda bro. Itu gak sulit buat lo dapatin yang jauh lebih perfect dari Ivi."

"Gak usah sok nasehati gue lo!" Zayn menyingkirkan tangan Alfi yang menyentuh pundaknya. Alfi tersenyum smirk.

"It's ok. Gue cuma ingetin lo. Dan kalaupun suatu hari nanti mereka break or even finish, maka gue lah the winner yang sesungguhnya." ia tersenyum licik.

"Lo jauh lebih licik dari gue Ya Al.." ucapnya tak percaya.

"Lo baru tahu ternyata.. Ya begitulah gue. Gue kapan saja bisa menjadi malaikat namun kapan saja gue juga bisa menjadi iblis. So, hati-hati kalau lo mau main-main sama gue. Gue bukan orang bego bro! Kalau lo mau ngajak kerja sama, ajak yang lebih bego dari diri lo sendiri!" Setelah mengatakan itu, Alfi meninggalkan kamar hotel Zayn. Zayn mengumpat. Ia salah memilih rekan kali ini.

"Sial Sial Sial!!! Gue masuk dalam jebakan gue sendiri! Kalau gini ceritanya, musuh gue semakin banyak! Argh!! Sial!!" ia mengusap rambut gusar.

Sementara Alfi kini sudah berada di kamar hotel yang telah ia pesan. Ia mengistirahatkan dirinya diatas ranjang king size. Kamarnya berada tepat di depan kamar sebelah kamar Ivi.

"Sepertinya gue harus meminta cuti yang lebih panjang lagi.. Maaf God .. Gue terpaksa kembali menjadi seperti ini. Ivi... She's my first love tapi karena cewek bar-bar itu, gue harus pisah sama dia. See, gue akan hancurin hidup cewek bar-bar itu." ucapnya dengan wajah yang menyeramkan. Alfi kemudian mendial nomor seseorang.

"Halo... Kalau lo masih pengen ketemu gue, datang ke alamat yang gue kirim barusan."

"..."

"Good... Gue tunggu lo sampai jam 7 malam. Kalau lo gak datang, lo akan tahu akibatnya"

Telepon End.

"Dasar wanita bar-bar. Semudah itu narik dia kesini." So, yang dihubungi Alfi tadi adalah Sasha. Ja sengaja mengundang Sasha kesini hanya untuk membalas dendam padanya.

"We see siapa yang akan hancur kali ini. Lo atau gue wanita bar-bar! Gue bukan cuma hancurin lo, tapi juga karir lo dan orangtua lo!"

......

Felix dan Ivi kini sudah berada di sebuah pasar. Mereka sedang berada di sebuah toko aksesoris.

"Hon, bagus gak?" tanya Ivi pada Felix tentang bross hijab yang ia pilih.

"Bagus. Pilih aja yang kamu suka..."

"Ok." mereka pun selesai berbelanja. Mereka hanya membeli beberapa aksesoris dan 2 pasang sepatu. Yang satu untuk Felix dan yang satu untuk Ivi. Itu karena Felix yang tak ingin berlama-lama berada di pasar itu sesuai kesepakatan kemarin.

#Di Mobil

"Huuh.. Panas banget ya tadi hon.." keluh Ivi

"Siapa suruh belanja di pasar. Ramai banget lagi."

"Yaudah sih sudah kesana juga. Lagian cuma beli sedikit kok."

"Sedikit tapi sumpek. Malah cowok-cowok disana pada ngelihat kamu kayak mau nerkam aja. Untung kamu slalu pakai hijab jadi aurat kamu ketutup."

"Cemburu cieee... :v" ledek Ivi pada Felix yang fokus menyetir menuju sebuah mall

"Aku normal honey ... Masa aku gak cemburu lihat istri aku jadi tontonan orang-orang. Pokoknya aku gak mau ya kalau nanti di Indo kamu belanjanya di pasar. Gak suka aku!"

"Iya honey iya... Lagian kan ada tukang sayur keliling komplek, ngapain juga aku kepasar?? Kamu ini posesif banget."

"Ya aku mana tahu kalau ada tukang sayur keliling. Iyalah posesif.. Aku kan bakal lama ntar ninggalin kamu. Aku takut aja kalau ada yang lebih menarik dari aku."

"Banyak sih.."

"Tuh kan.." kesel Felix

"Tapi kamu jauh lebih menarik... :)" ucapnya bersandar di pundak Felix. Kemudian langsung kembali pada posisi duduk yang benar, takut suaminya tidak fokus menyetir.

"Tumben kamu gombal.." Ucap Felix disela tawanya.

"Aku gak pernah gombal.. Lagian gak pinter juga gituan. Aku say what it is kok baby.."

"Hmmm...."

Ivi cemberut dengan jawaban sang suami.

...

Setelah berkeliling mall dan menemukan barang-barang yang ingin mereka beli, mereka memutuskan untuk lunch di mall itu.

"Lumayanlah masakan disini ya walaupun masakan aku jauh lebih enak.." Ucap Ivi menyombongkan diri.

"Hmm iyaiya tahu yang masakannya ala ala chef..." ucap Felix meledek

"Awas ya kamu kalau makan masakan aku ntar."

"Ihhh kok gitu sama suami sendiri?"

"Suruh siapa ngeledekin aku mulu.?"

"Aku gak ngeledek. I say what it is honey.."

"Yayaya.. Sudah ah yuk balik. Capek aku."

"Iyaiya.. Kamu tuh makin hari bawelnya makin menjadi ya.."

"Gak suka? Yaudah sana pergi!" ucap Ivi berjalan meninggalkan Felix yang masih membayar bill. Felix mengejar sang istri sambil membawa bungkusan belanjaan yang lumayan banyak.

"Ya Allah Honey... Ngambekkkkk terus sih bawaannya.." ucap Felix mensejajarkan dirinya dengan Ivi

"Bawaan baby mungkin.." candanya

"Ha? Kamu hamil honey?" tanya Felix tak percaya

"Hahah... Aku gak tahu.. Aku bercanda tadi." Mereka pun berada di mobil dan di perjalanan menuju hotel.

"Ya Lord.. Aku kira beneran hamil. Kalau kamu hamil, aku gak jadi tuh berlayar weekend ini."

"Heleh tipu!"

"Serius honey... "

"Lagian gak mungkinlah aku sudah hamil .. Kan kita nikahnya baru 2 mingguan."

"Iya juga ya.."

"Hmm ntar pas kamu berlayar terus dapat kabar tiba-tiba ternyata aku hamil. Kamu mau gak pulang?"

'Apa yang harus gue jawab? Kalau gue jawab iya, Ivi pasti nantinya berharap dan kalau gue jawab gak, nantinya dia kecewa. Bismillah gue ambil jalan tengah aja.' Batinnya.

Felix sedikit tercengang. Ia bingung harus menjawab apa karena ia tahu nantinya setelah cuti ini maka pekerjaannya akan semakin banyak. Ivi melambaikan tangannya dari lamunan Felix yang melamun pada saat menyetir.

"Hey honey.. Kok melamun sih?"

Felix pun tersadar.

"Ha? In Syaa Allah ya honey.. "

"Kok gitu?"

"Ya kamu tahu kan aku sudah ambil cuti sebulan, pastinya setelah ini pekerjaan aku menumpuk. Aku takut aja gak bisa pulang saat dengar kabar kehamilan kamu."

Ivi hanya menunduk kecewa. Kemudian ia memalingkan wajahnya ke arah jendela melihat jalan. Felix melihat raut kekecewaan di wajah Ivi. Ia juga sedih melihat istrinya seperti itu. Namun ia tidak bisa meninggalkan pekerjaannya sebagai captain. Ia menepikan mobilnya. Mengambil tangan kanan Ivi dan digenggamnya erat. Namun Ivi tak kunjung menatapnya.

"Honey.. Maafin aku ya.. Aku gak maksud buat kamu sedih kok. Aku janji akan usahain buat pulang saat dengar kabar kehamilan kamu. Aku janji bakal usahain untuk bisa pulang. Kamu jangan sedih ya.." ucapnya menatap tangan Ivi yang ia genggam. Ivi tetap tidak bergeming.

"Kamu masih marah? Please hon.. Ngertiin aku ya.. Saat disana nanti, aku bakal sering hubungi kamu kok." ucap Felix lembut

"Jalani mobilnya. Aku capek pengen istirahat di hotel." ucapnya datar tanpa menatap lawan bicaranya. Ia pun menarik tangannya yang digenggam oleh Felix. Felix mengalah. Ia mengerti bagaimana yang dirasakan oleh Ivi. Ia pun melakukan mobilnya kembali. Selama diperjalanan, suasana menjadi hening.

.

.

.

.

.

.

.

Hola guys... Happy Reading ya.. :)

avataravatar
Next chapter