webnovel

Dimanjakan Oleh Tim Produksi (1)

Editor: Wave Literature

Kelembutan He Jichen membuat jemari Ji Yi bergetar sehingga ia otomatis mendongak.

Dia belum membalas pelukan itu ketika kata-kata He Jichen kembali terngiang di telinganya. Tangannya terhenti di udara.

Meskipun Ji Yi tidak tahu apa yang dikatakan oleh Han Zhifan pada He Jichen di telepon, ia dapat merasakan bahwa He Jichen sedang sangat terpukul. Satu-satunya alasan pemuda itu memeluknya seperti ini adalah mungkin karena dia ingin seseorang menghiburnya…

Ji Yi mengangkat jemarinya dan mengepalkan kedua tangannya. Ia seakan bimbang akan sesuatu. Setelah beberapa saat, akhirnya Ji Yi membiarkan dirinya dipeluk dan berhenti memberontak dari pelukan He Jichen yang penuh kasih sayang itu.

Sensasinya sama seperti yang ia ingat. Rambut Ji Yi masih begitu harum.

Keharuman yang sama, yang selalu diimpikannya selama beberapa tahun terakhir.

Seketika itu juga, He Jichen seakan berada di awang-awang, dia merasakan semuanya hanya sebuah ilusi.

Perlahan ia merengkuh punggung Ji Yi. Dia begitu nyata dan lembut dalam dekapannya. Perasaan itu membuat hatinya jauh lebih tenang.

Dia tidak pernah membayangkan akan mendapat kesempatan selama hidupnya untuk dapat mendekapnya seperti ini...

Gelombang emosi yang dahsyat menyelimuti sekujur tubuh He Jichen yang memberinya kepuasan dan kebahagiaan tak terhingga. Dengan lembut ia mengusapkan wajahnya pada rambut Ji Yi, lalu tak kuasa menahan diri, mendekapnya lebih erat lagi.

Kamar itu menjadi sangat hening. Begitu hening sehingga Ji Yi dan He Jichen bisa mendengar suara detak jantung dan tarikan napas satu sama lain.

Kontak tubuh mereka yang begitu lembut dan penuh kasih sayang itu membuat hati He Jichen yang sakit perlahan menjadi lebih tenang setelah begitu terguncang mendengar informasi dari Han Zhifan sebelumnya. Aroma tubuh Ji Yi yang memenuhi rongga hidungnya membuat pemuda itu merenungkan segala hal yang terjadi di antara mereka.

He Jichen selalu berpikir bahwa dia mencintai Ji Yi… sampai malam ini, ketika dia menerima panggilan dari Han Zhifan. Baru setelah penyesalan mengoyak hatinya, ia menyadari bahwa dirinya belum pernah memperlakukan Ji Yi dengan penuh cinta kasih; yang dilakukannya hanyalah karena "suka". Perasaan suka yang membuat seseorang ingin saling mencintai dan pada saat yang sama terus saling menyakiti, kemudian menjadi pahit hati pada akhirnya; berusaha keras tetapi dengan mengharapkan imbalan; berusaha menang tetapi akhirnya hanya melukai kedua belah pihak.

Hanya ketika kita menyukai seseorang, kita jadi bersikap tidak dewasa, serta berpikiran yang bukan-bukan.

Cinta sejati bukanlah seperti itu.

Cinta sejati bukan hanya sekedar menyukai seseorang dan memikirkan orang itu ketika dia juga memikirkan tentang dirimu.

Cinta sejati adalah ketika dia merasa baik-baik saja karena tahu bahwa Ji Yi juga baik-baik saja.

Sayang sekali dia berada dalam kebingungan terlalu lama. Dia sangat terlambat memahami hal ini dan membuat Ji Yi mengalami begitu banyak penderitaan, membuatnya begitu merana.

Memikirkan hal itu, He Jichen tidak dapat menahan diri dan mendekap Ji Yi semakin erat. Sikapnya mulai berubah ketika dia melihat Ji Yi dari sisi yang berbeda.

Maafkan aku, Ji Yi, aku tidak tahu bagaimana cara mencintai sampai sudah sangat terlambat seperti ini.

Maafkan aku, gadis Cola. Aku berkata akan melindungimu, tapi akhirnya justru akulah yang melukaimu paling dalam.

Maafkan aku, aku sungguh sangat menyesal. Dalam proses pertumbuhanmu, aku telah memaksamu menjadi dewasa begitu cepat. Aku juga sudah sangat melukaimu.

Entah berapa lama mereka berdua berdiri di sana, saling berpelukan. Baru ketika kaki Ji Yi mulai terasa sakit karena berdiri terlalu lama, gadis itu perlahan bergerak dan merubah posisi tubuhnya. He Jichen, yang terus memeluknya tanpa bergerak sedikitpun, perlahan mengangkat wajahnya dari rambut Ji Yi.

Telapak tangan di punggung Ji Yi masih berdiam di sana sebelum perlahan mulai mengendur, seakan tidak rela melepaskan gadis itu. Sedikit demi sedikit, dia menarik tangannya dari punggung Ji Yi.

Setelah tangannya benar-benar terlepas dari tubuh gadis itu, He Jichen mundur satu langkah untuk membuat jarak di antara mereka.