26 Pentas Seni tahun 2005

Mendekati pekan kelulusan siswa kelas tiga, perasaan Mika tak karuan. Sebagai anggota komite 2, OSIS Smasa Amerta, dia merupakan salah satu tim kreatif acara pekan seni untuk merayakan kelulusan siswa di tahun itu.

Beserta beberapa anggota komite lain, mereka berembuk untuk menyelenggarakan mini konser dengan panggung terbuka dan terdapat bazar, yang semuanya dihelat di gedung sekolah mereka sendiri. Persiapan mulai sewa panggung, mengontrak band lokal, mencari sponsor, hingga urusan dekorasi mereka lakukan setiap hari selama hampir seminggu. Mika sebagai ketua tim kreatif, ingin mempersembahkan acara perpisahan yang lain dari tahun-tahun sebelumnya, karena dia ingin acara tersebut sebagai pengingat yang berkesan untuk kekasihnya, Doni.

Dalam acara tersebut, tak lupa Mika mempersiapkan sesi 'Pemberian Hadiah' bagi siapapun yang ingin saling bertukar cinderamata khususnya dengan siswa kelas tiga. Sesi puncak dari selebrasi tahunan yang pasti akan ditunggu seluruh siswa.

***

TIGA HARI JELANG PENSI

"Mikaa... pulang sana.. kamu tuh udah capeekk. Besok dilembur lagi!" seru teman Mika, yang merupakan salah satu tim dekorasi.

"Beloom ah, masih jam 7 kali. Masi sore," jawab Mika.

Matanya sudah tampak mengantuk. Hampir tiap malam, dia dan teman-temannya pulang ke rumah di atas pukul 9 malam. Setelah mendapat izin dari orang tua, tentunya. Malam itu dia sibuk memasang dekorasi untuk background panggung.

Sekilas tampak Doni datang hendak menjemput Mika di gerbang sekolah. Namun karena malam hari dan dengan pencahayaan yang kurang, Mika tak melihat kehadiran Doni. Hingga akhirnya Doni memutuskan untuk pergi tanpa berpamitan pada Mika. Berlangsung tiap hari, hingga mendekati due date.

Mika sadar, semenjak kepulangan Doni dari Bandung, baik dia ataupun Doni jarang bersama di sekolah. Doni harus fokus mempersiapkan ujian akhirnya, sedangkan Mika mulai sibuk dengan latihan Paskibra juga kegiatan OSIS lainnya. Nyatanya, Doni memang sengaja menghindari Mika bukan karena agar dia fokus menghadapi ujian akhir, melainkan agar Mika memiliki kesempatan lebih banyak bergaul dengan teman-teman lainnya.

Nyaris tiap hari mereka mengalami pertengkaran-pertengkaran kecil. Mika sering merasa Doni mengabaikannya. Namun Mika sadar bahwa waktunya untuk dekat dengan Doni semakin menipis maka tak jarang pula Mika meminta maaf terlebih dahulu agar komunikasi mereka kembali membaik. Konflik kecil yang justru kian mendekatkan chemistry diantara keduanya.

"Mas, Mas Doniii..." Mika mengintip ke dalam kelas Doni, beruntung baginya hari itu kelas kosong, dan tak ada guru di kelas Doni. Doni berdiri menyambut Mika.

"Apaa.. ngapain disini? Ketauan guru kalo kamu keliaran gimana?"

"Anterin ke toilet. Duh.. Ayo.."

"Kenapa, lagi mens? Gak bawa pembalut lagi? Ya Tuhan.. Sayaangg.." Doni menepuk dahinya. "Tunggu sini, dasar kamu!" Doni beranjak mengambil jaketnya untuk dikenakan Mika menutupi roknya. Seperti yang biasa ia lakukan.

Kemudian mereka berjalan berdua menyusuri lorong ruang lab, melintasi depan ruang guru, dan terhenti di depan UKS.

"Napa berhenti?" tanya Doni.

"Mas, mas yang ambilin pembalut di lemari UKS deh, Mika mau ke toilet kebelet pipis dulu."

"Baiklah tuan puteri.." Doni menggerutu.

Dia rela meninggalkan kelas demi mengantar pujaan hatinya yang sedang mengalami masalah bulanan, meminjami jaketnya bukan untuk yang pertama kali, dan sekarang Mika memintanya mengambilkan pembalut wanita. Namun Doni melakukan itu semua dengan sukarela. Dia merasa, waktunya dengan Mika tak lama lagi.

Dari kejauhan, Boy melihat kejadian antara Doni dan Mika. Mika menarik tangan Doni agar mempercepat langkah. Dia tersenyum melihat tingkah keduanya. "Semoga hanya maut yang dapat memisahkan kalian, Don.. Mik.."

***

1 HARI SEBELUM PENSI

"Gimana Ding, dapet?"

"Yang beruang, Ding! Be.. ru.. ang!! Jelas gak?"

"Ya! Bear! The blue one!"

Setelah berteriak sedari tadi di telpon, Doni menghempaskan badannya ke sofa. Dinyalakan sebatang rokok, dan diluruskan kakinya naik ke atas meja.

"Dasar Gading bego, orang nyuruh belikan boneka beruang malah dikasi panda!"

***

PENTAS SENI SMASA AMERTA TAHUN 2005

Dentuman suara drum dan lentingan gitar bass terdengar keras. Siapapun diperbolehkan naik ke atas panggung untuk menyumbangkan setidaknya satu atau dua lagu sembari menunggu Guest Star acara pensi tiba. Di sisi timur, stand bazar berderet menjajakan makanan dan minuman beraneka ragam. Gantungan bendera warna warni memeriahkan acara hari itu.

Genk Roxette berkumpul tepat di tengah lapangan, di depan panggung. Beberapa dari mereka setuju untuk tampil mempersembahkan sebuah lagu aliran rock. Mika tersenyum dari kejauhan melihat tingkah mereka yang tengah kebingungan membagi tugas, siapa yang akan menjadi vokalisnya. Beberapa hari lagi, setahun ke depan, sekolah akan sepi dari keributan yang biasa mereka perbuat, batin Mika dalam hati.

Dihampirinya Doni yang duduk melantai menyaksikan teman-temannya di atas panggung. Mika menyandarkan kepalanya pada bahu kiri Doni. Seketika itu, Doni menggenggam tangan kanan Mika. Ada yang berbeda kali itu, yakni gelang kecil berwarna hitam, yang mereka kenakan bersama.

"Ciee.. yang bentar lagi LDR." seru Dior pada Mika dan Doni. Hampir menangis Mika membayangkan atas apa yang dikatakan Dior. Dengan sigap, Doni langsung membelai pipi Mika dan menyeka linangan airmata Mika.

"Jangan nangis.. please jangan nangis, sayang."

Mika berusaha menguasai emosinya. Dikerjapkan matanya berulang kali dan diangkat kepalanya agar air mata tak sempat menetes mengaliri pipinya. Lalu kembali disandarkan kepalanya pada bahu Doni.

Berada pada sesi 'Pemberian Hadiah', Doni berbisik pada salah satu temannya. Entah, Mika tak peduli. Lalu tak lama, MC acara menyampaikan sesuatu kepada Guest Star yang baru saja tiba menaiki panggung.

"Persembahan dari Doni untuk Mika.. Sebuah lagu dari Peterpan, 'Ku Katakan Dengan Indah'.."

Mika terkejut mendengarnya. Dia sama sekali tak menyangka, bahwa lagu yang biasa dinyanyikan oleh Doni ketika mereka awal berpacaran, kini di-request khusus oleh Doni untuk Mika. Lagu di saat Doni menanti hati Mika yang saat itu belum dapat move on dari Rio.

"Ingat bagaimana kita di awal dulu, Sayang?" ucap Doni pada Mika.

Mika tak perlu menjawab apapun. Dia turut bernyanyi mengikuti alunan musik dari Guest Star ditemani Doni di sampingnya.

Sebelum lagu berakhir, tiba-tiba dua orang siswi teman seangkatan Mika menerobos dalam kerumunan genk Roxette. Mereka adalah Lala dan Rara, duo sahabat yang sudah lama menyukai Doni.

"Mas Doni.. ini buat Mas Doni. Diterima ya. Love Youuu, Mas.. Mwuaahhh."

Mika terhenyak menyaksikan kejadian tersebut. Tepat di depan matanya, pacarnya sendiri menerima pemberian bunga mawar dan sekotak coklat dari orang lain. Doni pun tak sempat berkata apapun. Baik Lala atau Rara berbicara namun tak terdengar jelas oleh Doni, karena suara musik yang begitu keras.

"Ini dariii Raraa.. Semoga suka yaa Mas..."

Tangan Doni dipaksa menerima pemberian mereka. Doni pun tak kalah kagetnya dengan Mika. Sejenak dia mengira, bahwa Mika akan marah. Namun ketika dia menoleh, Mika tengah menutup mulutnya, menahan tawa.

"Thank You! Makasiii banget yaa.." Setengah berteriak, Doni mengucapkan terima kasih kepada Lala dan Rara. Namun Lala dan Rara tak segera beranjak dari tempatnya. Mereka mengulurkan tangan ingin memberi selamat pada Doni. Doni tak dapat menerima uluran tangan mereka.

"Ngapain pake salaman? Ini bukan lebaran, kan?" jawab Doni.

Mika semakin tak sanggup menahan tawanya. Akhirnya dia tertawa terpingkal-pingkal di balik punggung Boy. Sungguh Doni sama sekali tak tergiur dengan godaan perempuan lain, batinnya senang.

Lala dan Rara tampak kesal dengan sikap Doni yang menolak uluran tangan mereka. Di saat yang sama, Doni justru menyerahkan bunga mawar dan sekotak coklat itu pada Mika.

"Sayaangg.. ini buat kamu aja!" seru Doni pada Mika.

"Eh.. Lho.. kok dikasih ke aku.." Mika terbata-bata menjawabnya. Seketika tawanya terhenti. Di hadapannya, Lala dan Rara berdiri mematung. Mika khawatir jika Lala dan Rara merasa sakit hati karena Doni tak menghargai pemberian mereka.

Memang sudah menjadi sifat Doni untuk mudah bersikap acuh. Tak digubrisnya Lala dan Rara, Doni pergi begitu saja meninggalkan mereka berdua, dengan menarik tangan Mika agar turut serta menjauhi kerumunan.

***

"Sayang, lain waktu, kalo Mika kangen.. mungkin ini bisa sedikit membantu.."

Doni mengeluarkan bungkusan kertas kado berwarna putih dari dalam tas ranselnya.

"Dua minggu lagi, aku berangkat ke Bandung." imbuh Doni.

Diserahkannya bungkusan itu untuk Mika. Kenangannya kembali pada saat awal mereka bertemu. Time flies, huh..

Kemudian Mika mengeluarkan sesuatu pula dari tasnya. Benda kecil yang tempo hari tanpa sengaja terinjak oleh sepatu June di kelas. Mika menyimpannya beberapa hari karena lupa mengembalikan pada Doni. Ya, KTP Doni.

"Sayang, ini punyamu, kan?" Mika tersenyum dengan mengangkat alisnya. Senyumnya begitu menggoda.

"Hei, kok bisa ada di kamu?" Doni mengulurkan tangannya hendak mengambil benda miliknya tersebut. Seketika tangan Mika berkelit.

"We..heee... main ambil.." godanya pada Doni.

"Balikin naaa, sayang.. Jatuh kapan itu?" pinta Doni memelas.

"Kapan hari siihh, di kelasku, hehe.."

"Ya udah balikin yok. Penting itu, sini..!" Doni berusaha merebutnya dari Mika.

"You know what, fotomu lucu gemesin bangetttt.. makanya aku simpan lama.. hahaa," Mika tertawa dengan lepas. Tangannya masih saja berkelit dari Doni agar tak dapat merebutnya dari Mika.

Saking gemasnya Doni dengan sikap Mika, sekali lagi secara tiba-tiba dikecupnya bibir Mika. Doni sadar ada banyak mata di sekitar mereka duduk, namun beruntung bagi mereka karena banyak lalu lalang siswa yang tak peduli dengan dua orang yang sedang kasmaran.

Ketika bibir Mika beradu dengan bibir Doni, Mika sadar bahwa bisa saja teman-teman memergoki mereka. Mika berteriak namun mulutnya terbungkam oleh desiran lembut bibir Doni. Tangannya yang mencubit paha Doni pun tak mendapat respon yang berarti. Doni menahan kepala Mika dengan kuat sehingga Mika sulit melepaskan diri.

"Mmmm.. mmm... bbbmmmm.." hanya itu yang dapat terdengar keluar dari mulut Mika.

Tak lama, berangsur Doni melepaskan ciumannya dengan ekspresi puas karena telah membuat Mika panik.

"Kalo gak dibalikin, aku cium lagi. Mau?"

Mika pun menyerahkan KTP Doni kembali dengan raut kesal. Dia hanya tak ingin berciuman di tempat terbuka, bagaimana jika ada yang melapor pada guru BK, gerutunya.

KTP Doni berada dalam genggaman. Sebelum Doni memasukkan ke dalam dompetnya, Mika menunjuk sesuatu pada kolom tanggal lahir yang tertera.

"9 September, right?" ucap Mika.

"Iya, ulang tahunku tanggal 9 bulan 9, kenapa?" tanya Doni keheranan.

Secepat kilat, Mika mengeluarkan secarik kartu berwarna pink, bertuliskan Kartu Tanda Siswa Smasa Amerta. Doni menggumam membaca keterangan yang terdapat dalam kertas tersebut.

"Mi..kaa..ila..., Sembilaann... Seppp..." Doni berhenti membaca dan hanya menatap tajam ke arah Mika.

"Ulang taun kita sama?" tanya Doni berusaha memastikan pada Mika. Pandangan matanya berbinar karena bahagia.

Mika mengangguk, "Iya. Sama. Cuma beda di tahun lahir doang, hehe.."

"Kok bisaa samaa ya, haha.. Jadi setelah ini kita akan merayakan ultah kita barengan" tutur Doni dengan mengacak-acak rambut Mika.

"Kita tukeran kado ya nanti, haha.. Gak nyangka ya." Jawab Mika sembari melepaskan tangan Doni dari rambutnya. Lalu diciumnya sebentar tangan Doni.

Tapi, saat ulang tahun kita beberapa bulan lagi, mungkin aku sedang berada di Bandung, dan tak bisa merayakannya bersamamu. Batin Doni.

***

avataravatar
Next chapter