3 FIRST MEET

Leonardo, pemuda yang tampan dan berkharisma. Punya segudang prestasi dan juga piala penghargaan. Berbagai macam julukan melekat erat padanya. Banyak orang menganggapnya malaikat hidup. Tak hanya gemilang dalam dunia bisnis, Leonardo juga terkenal sebagai seorang yang dermawan. Ia banyak menyumbangkan keuntungan perusahaannya pada dinas sosial dan kemanusiaan.

Hanya segelintir orang yang tahu akan sifat aslinya yang kejam dan dingin. Orang-orang itu adalah kepala pelayannya Carl, lalu sekretaris pribadinya Kesya, dan juga pengawalnya yang paling setia Kato. Carl pria berdarah Asia. Kesya adalah wanita berdarah Indo-Rusia, sedangkan Kato adalah pria berdarah Jerman-Jepang. Selain itu ada juga beberapa pengawal lain, namun tidak sedalam Carl, Kesya, dan Kato mengenali boss mereka itu.

Dan, orang yang mengetahui kekejaman Leonardo akhirnya bertambah satu lagi, dia adalah Jasmine.

BRUK!!

Leonardo menghantamkan sebuah upercut ke arah seorang pria malang. Usianya sekitar empat puluh tahun. Dia adalah seorang direktur pada salah satu anak perusahaan Leonardo. Leonardo mendapati pria itu mengkhianati perusahaan, selain korup, dia juga membagi rahasia perusahaan pada orang lain. Entah siapa itu.

"Bangunkan dia, Kato!"

Kato tak banyak bicara, ia bahkan tak menggubris apapun permohonan ampun dari korbannya. Pria kaku itu hanya tunduk dan menurut pada perintah Leonardo. Bahkan jika Leonardo menyuruhnya melompat dari gedung tertinggi di negeri ini pun pasti Kato akan melakukannya.

"Ampuni saya, Tuan Leon. Ampuni saya!" Tangisnya pilu. Ketakutan terpatri jelas pada wajah pria paruh baya itu.

"Heh? Kau takut sekarang?" Leonardo memincingkan alisnya.

"Iya, iya, saya takut, saya bersalah, ampuni saya!" Ibanya.

BRUK!!

Namun lagi-lagi Leonardo menghantamkan tinjunya. Hook keras mengenai wajah pria itu, darah berhamburan.

"Cih! Saat kau masih menjabat kenapa tidak takut padaku?!" Leonardo berdecis.

"Sungguh, Tuan. Saya hanya menjalankan perintah darinya." Pria itu meranggak dan memohon ampunan di bawah kaki Leonardo.

"Siapa?"

Pria itu berpikir sesaat, teringat akan ancaman yang di terimanya. Kalau sedikit saja ada kebocoran maka orang itu akan mencincang istri dan juga putrinya untuk makanan anjing penjaga.

"Maafkan saya, Tuan. Saya tak bisa mengatakannya, nyawa istri dan anak saya terancam," katanya ketakutan.

Leonardo menendang pria malang itu sampai terjungkal dan jatuh pingsan.

"Cih, berani-beraninya dia mengkhianatiku. Aku tak butuh orang yang lebih takut pada orang lain dibanding denganku." Leonardo mengelap keringatnya.

"Mau saya apakan pria ini, Tuan?"

"Bunuh dia, buat kematiannya seakan-akan adalah kecelakan kerja. Kau mau masukan tubuhnya ke mesin pencacah batu atau mesin rotary kayu pun, aku tidak peduli. Yang pasti jangan tinggalkan jejak apa pun." Leonardo memberi perintah pada pengawalnya.

"Baik, Tuan Leon."

"Dan kau Kesya. Kirim santunan pada istri dan anaknya. katakan aku berbelasungkawa atas kematiannya. Perusahaan akan membiayai kuliah putrinya sampai lulus." Leonardo beralih pada sekretarisnya.

"Baik, Tuan Leon." Wanita berperawakan bak model internasional itu mengangguk paham.

Jasmine menutup mulutnya lalu bergegas pergi dari sana. Dengan langkah tertatih Jasmine masuk kembali ke dalam ruang kerja Leonardo. Keringat dingin membut wajah cantiknya kacau. Andai saja Jasmine tak memakai perona bibir, pasti warna bibirnya akan sepucat kertas saat ini. Jasmine menenggak Isi cangkirnya sampai habis. Sangking tegang dan ketakutan Jasmine bahkan lupa tentang hasratnya untuk pergi ke kamar kecil.

Tenanglah, Jasmine . Anggaplah kau tak pernah melihat semua Itu. Jasmine memejamkan mata, mengambil napas panjang dan mulai menata hatinya. Kini wanita itu tahu, seperti apa sifat asli Leonardo Wijaya.

Bayangan wajah kejam Leonardo dan pria menyedihkan itu berputar dalam benak Jasmin. Membuat tubuh Jasmine bergidik. Semakin ingin melupakan, otaknya justru semakin mengingat kejadian mengerikan itu.

Sebaiknya aku pergi dari sini. Tapi bagaimana dengan surat ini? Pak Sam pasti akan memecatku besok. Jasmine bergumam dalam hatinya.

Ayolah, kau pasti bisa Jasmine. Hanya berakting seakan tak terjadi apa-apa, lalu dapatkan tanda tangannya dan pergi dari sini, pikir Jasmine menyemangati diri sendiri. Jemarinya bergelung semakin erat.

Setengah jam berlalu begitu saja, tak ada sesuatu yang berarti. Jasmine juga telah berhasil menata hatinya yang gundah. Menarik napas panjang sebanyak tujuh kali sembari memeluk diri sendiri, ternyata teknik ini memang sangat ampuh untuk mengusir rasa panik.

Tubuh ramping Jasmine berjengit saat pintu model kupu tarung besar itu terbuka. Pintu kayu gelap dengan permukaan mengkilap menyambut kedatangan Leonardo. Pria itu terlihat masih memakai kimono mandi, rambutnya juga masih basah, air sesekali menetes dari ujung rambut hitam legam itu. Dada bidang Leonardo menyembul dari balik kimono mandinya, tampak betul begitu kencang, kerja keras tak pernah mengkhianati hasil.

Andai saja Jasmine tak melihat kejadian mengerikan itu, sudah pasti dia akan mengaggumi pesona Leonardo. Dengan tubuh kekar dan wajah bak Dewa Yunani, siapa yang bisa menolak pesonanya? Bahkan Jasmine yakin teman-temannya di kantor akan merasa iri dengan dirinya saat ini.

Leonardo hanya duduk pada sofa di depan Jasmine, Kesya dan juga Kato berdiri di belakang Leonardo. Jasmine mendadak kikuk, atmosfirnya terasa begitu berat dan menekan.

"Erm ... se--selamat siang, Tuan Leon," gagap Jasmine membuka pembicaraan.

.... Tak ada jawaban hanya keheningan yang menyesakkan.

"Erm ... sa-ya kemari untuk memberikan dokumen perpanjangan aset." Jasmine menyodorkan map coklat dari dalam tasnya ke depan Leonardo.

... hening, lagi-lagi tak ada jawaban. Bahkan wanita cantik dan pria sangar di belakang Leonardo pun tak bersuara sama sekali.

Orang-orang yang aneh, apa mereka ini patung? Kenapa diam saja? Aku jadi seperti orang bodoh. Jasmine menggigit bibirnya sebal.

"Tuan Leon, tolong baca dan pelajarilah dokumennya lagi sebelum Anda memberikan tanda tangan." Sekali lagi, Jasmine mendorong map coklat semakin dekat dengan Leonardo.

Leonardo mengamati wanita cantik di depannya ini lekat-lekat. Mata bulat yang berbinar indah, rambut hitam lurus sebahu yang terlihat lembut, bibir ranum yang merekah, juga bentuk badan yang bagus, lekukan dada dan pinggulnya di atas rata-rata. Tampak cantik meski hanya memakai baju seragam khas perbankan.

Apa-apaan pandangannya itu? Dia seakan ingin menelanjangiku. Jasmine membetulkan posisi duduk, menyatukan rapat-rapat kedua pahanya.

Leonardo menghenyakkan punggungnya pada sandaran sofa tunggal, menyangga kepala dengan kepalan tangan, masih mengamati Jasmine. Pandangan matanya masih menyelusuri tubuh wanita itu dengan seksama, membuat Jasmine risih.

Sungguh pertemuan pertama yang penuh kejutan.

oooooOooooo

Vote PS y

review dan comment biar rame đŸ„°đŸ„°

makasih

avataravatar
Next chapter