🍁🍁🍁
"Masa lalu, biarlah masa lalu. Jangan kau ungkit, jangan ingatkan aku. Masa lalu, biarlah masa la-," belum selesai Sam konser dadakan, Satya memitingnya gemas, di keadaan genting begini Sam dan Alvaro terkadang bercanda.
"Swtyw! Lpswn gwe!" teriak Sam, wajahnya tenggelam di dada Satya.
Baroto yang melihat itu menggeleng heran. "Kalian gak ada yang mau pulang?"
"Nanti dulu pak. Masih laper nih," curhat Radit dan Adit. Keduanya tukang makan, sama seperti Sam dan Alvaro.
"Ya sudah, kalau ada apa-apa hubungi saya langsung ya," pak Baroto pamit, meskipun Alvaro berandalan, urakan, namun bagaimanapun juga Baroto sayang pada Alvaro.
Ponsel Juna berdering, nama Yudha terpampang jelas.
"Gawat bos! Markas kita di obrak-abrik sama Batalion. Mereka Ngepung markas, cuman beberapa yang lolos bos," lapor Yudha, di seberang sana motor Yudha melaju kencang. Jalanan sudah ia taklukan, menyetir satu tangan pun tak masalah.
"Terus? Yang lain jadi tawanannya Batalion sekarang?" tanya Juna khawatir, beberapa anak buah di bawah jabatan Satya kemampuan bertarungnya tak seberapa. Anggota lain di gunakan sebagai cadangan jika berada di titik lemah dan hampir merenggang nyawa.
"Iya bos! Mereka jadi tawanan sekarang. Anak-anak yang lain gak bisa maju, mereka bawa senjata tajam dan pistol bos," jawab Yudha menggebu.
Juna semakin takut. Semoga anggota yang lain masih aman, Batalion tidak akan menghabisi nyawa anak buah terlemahnya.
"Kenapa?" tanya Satya setelah sekian lamanya terdiam. Tak seperti biasanya Juna se-takut ini.
"Ke markas sekarang!" titah Juna tegas, menaiki motor ninjanya dengan kecepatan penuh, sebagai Leader Meteor tentunya tanggung jawab Juna lebih besar menyangkut terutama keselamatan.
Ketujuh cowok ganteng turunan dewa Zeus itu pun menuju markas Meteoroid, dimana barang-barang yang berbahaya seperti golok, celurit, pisau lipat, hingga kapak dan pistol tersimpan rapi di ruang bawah tanah.
Juna semakin khawatir saat kondisi markasnya dari depan seperti di demo habis-habisan oleh Batalion. Kaca pecah, dan beberapa darah yang tercecer dimana-mana. Suara teriakan, memohon ampun, minta tolong menjadi satu.
Juna dan keenam bawahannya memasuki markas Meteoroid. Namun Juna harus melumpuhkan beberapa penjaga di ambang pintu itu.
Menangis, menendang, memukul, hingga sikutan ala Silat Juna berhasil menumbangkan 3 orang sekaligus. Sam dan Alvaro? Tidak menampakkan batang hidungnya, asyik bersantai di atas motornya sambil mabar game. Jaka mendorong 4 orang yang berusaha mengepungnya dengan pistol yang siap di tembakkan, namun kemampuan Jaka jangan di remehkan. Kemampuan Krav Maga-nya pun sudah mahir. Radit dan Adit memasuki markas nya lebih dalam, mencari keberadaan temannya yang di sekap.
"Arghhh!! Stop nan! Sakiiitt!" teriak Rafael saat Adnan kembali menggoreskan luka di bagian pipinya. Darah mengalir deras, Adnan tertawa keras.
Radit yang melihat jiwa psikopat Adnan pun geram.
Saat Radit dan Adit maju, mereka di halangi oleh Reza, Irham dan Rizky.
Radit menangkis pukulan Reza yang begitu gesit. Radit membalas bogeman mentah di rahang tegas Reza, cowok itu tersungkur. Radit tak tinggal diam, ia menyeret kaos Reza dan menyerahkannya pada Jaka, hama apapun akan di habisi dan di basmi bersih oleh Jaka.
Adit kewalahan dengan tonjolan Irham yang begitu beringas, Adit lemah. Hingga Irham dan Rizky menginjak kedua tangannya. Adit mengerang kesakitan.
"Arghh!! Kalian memang pengecut! Sukanya main keroyokan!" teriak Adit murka, Batalion tak pernah melawan one by one. Selalu membawa pasukannya dengan jumlah banyak.
Mendengar erangan Adit, Radit menghampiri adiknya yang tengah di bawa kendali Irham dan Rizky. Radit menjegal kaki Irham dan Rizky hingga keduanya jatuh, Radit kembali menginjak tangan keduanya sebagai pembalasan.
"Dit, lo di luar aja. Disini bahaya," peringat Radit tegas, sang adik mengangguk. Ia tau Radit tak ingin dirinya kenapa-napa.
Setelah Juna, Jaka, dan Satya membantai habis 6 orang penjaga pun beralih ke ruang tengah, dimana Adnan tengah bermain-main dengan Rafael, Raffa dan Kananda.
Jaka membantu Radit yang tengah melawan Irham dan Rizky. Sedangkan Satya melawan Adnan yang tengah menodongkan pisau lipatnya. Untungnya Satya belajar Krav Maga terutama mengambil alih senjata dari sang lawan.
Setelah Adnan merasa lemah dan kurang tenaga, Satya membebaskan Rafael, Rafa dan Kananda. Ketiga bawahannya ini terluka parah, luka sayatan di pipi, tangan, hingga hidung Rafael yang berdarah membuat Satya khawatir akan kondisinya.
Irham dan Rizky terduduk lemas setelah menerima pukulan telak dari Juna dan Jaka yang begitu kuat dan beringas tanpa jeda dan alinea.
Juna membantu Kananda, mempobongnya keluar. Kananda begitu lemah, jalannya terseok dengan wajah pucatnya karena darah mengalir terus di pipinya.
Jaka membantu Rafa yang begitu parah dari Rafael, Rafa hampir pingsan jika Jaka tak menggendong Rafa langsung. Rafa paling lemah diantara lainnya.
Juna semakin ketar-ketir dengan kondisi anak buahnya yang lemah.
"Bawa mereka ke rumah sakit!" titah Juna menggebu, jangan sampai lukanya semakin parah.
Satya mengangguk. "Baik bos. Jaka, lo bawa Rafael ya. Gue sama Radit bawa Rafa aja. Dan, eh woy! Kalian ngapain ngakak bahagia di bawah pohon? Kesambet apa lo berdua?" tanya Satya beralih melihat Sam dan Alvaro begitu santainya berteriak menang. Beberapa kali suara good, excellent, nice bersahutan. Entah game apa yang di mainkan keduanya.
Sam kikuk, Alvaro menyapa Satya seolah cowok itu fans-nya.
"Iya-iya, gue pingin deh Sat. Jadi the next e-sport di GTV," ucap Alvaro mengungkapkan mimpi tingginya.
Jaka menepuk dahinya, Alvaro ada-ada saja.
"Bantuin gue nih! Gak berperikeorangan lo berdua," semprot Jaka ngegas. Sam dan Alvaro kerap kali mengulur waktu sebelum game yang di mainkannya menuju level paling tinggi, poin terbanyak, dan menunggu nyawa terkumpul kembali meski itu 30 menit.
Dengan langkah lemas, lesu, lunglai, Sam dan Alvaro menghampiri Jaka.
"Ayo dah. Gue ngebut kok," ucap Sam seenak jidat.
Satya mendelik tajam. "Mau gue cemplungin ke kali Ciliwung?"
"Udah, kalian terus aja bergosip. Buruan bawa teman kalian yang sekarat ini," suruh Radit jengah. Ia membopong Adit ke motornya, mungkin tendangan Irham-lah yang begitu beringas daripada Rizky.
🍁🍁🍁