webnovel

Menjauhi Cinta Pertama

Seorang gadis yang ditinggal oleh orang tuanya karena sebuah kecelakaan dan membuatnya bertemu anak laki laki yang baik padanya. Kisah mereka berlanjut sampai mereka dewasa.

Ela_Cdj_Putri · Urban
Not enough ratings
67 Chs

39. Sindiran Halus Dokter

"Baik dok , apa ada makanan yang dilarang dok?" tanya Renita.

"Tidak ada larangan untuk makanan yang dimakan pasien,baik cukup itu saja, saya tinggal" ucap dokter Erven meninggalkan ruangan,sebelum keluar ia menoleh pada Esta lalu tersenyum.

Esta sedikit tersenyum saat dokter Erven memasuki ruangan tadi, dokter Erven dokter yang baik dan ramah pada siapapun.

"Sayang kamu mau kapan sesuatu?" tanya Renita.

Esta menggeleng "Dimana kakak?" tanya Esta, ia belum melihat kakaknya ataupun kakak iparnya semenjak ia sadar, yang ia lihat hanya wanita itu.

" Dua hari lalu dia menginap disini lalu harus pulang dulu karena urusan kantor, sekarang lagi dalam perjalanan sayang, kamu mau titip sesuatu?" jawab Renita.

"Tidak" Esta kembali menutup matanya. Ia mengingat wajah dokter Erven.

"Apa aku suka padanya, ah tidak mungkin" batin Esta bertanya pada dirinya sendiri.

Tak lama kemudian Esta sudah masuk kealam mimpinya, bahkan saat Rakel datang ia tidak mendengar. Esta tersenyum dalam tidurnya, kehidupannya di dunia dan di alam mimpi sangat berbeda, Dialam mimpi ia bertemu Laki-lakinyang sangat tampan , baik hati dan bisa menerima segala kekurangan Esta. Esta bertemu dokter Erven disana , Erven datang ketika Esta sedang keadaan terpuruk, Erven yang menyelamatkan nya saat itu. Esta merasa berhutang Budi pada laki-laki itu.

"Terimakasih sudah menyelamatkan ku" ucap Esta berterimakasih pada Erven.

"Aku Erven, kamu baik-baik saja?" Tanya Erven memastikan wanita yang ia tolong baik- baik saja.

"Ya aku baik-baik aja, aku Esta " Esta tersenyum pada laki-laki tersebut.

"Kenapa kamu melakukan itu, apa kamu sedang banyak pikiran?" tanya Erven, yang ia lihat tadi,wanita tersebut menyebrang tanpa melihat kanan kiri, telat satu detik saja mungkin nyawa wanita itu sudah melayang.

"Aku tidak tau kalau tadi sudah menyebrang, ya mungkin aku sedang banyak pikiran" ucap Esta.

"Baiklah, hati-hati jangan melamun saat sedang dijalan ramai, takut terjadi hal yang lebih bahaya lagi nanti" nasehat Erven lalu meninggalkan Esta .

Esta termenung dengan ucapan laki-laki itu. Sampai Ia terbangun dari mimpinya saat Ada yang menggerakkan tangannya.

Saat membuka mata ia melihat kakak iparnya duduk disampingnya sembari memegang lengannya.

"Apa kamu baik-baik aja? tadi kamu meringis saat tidur, apa ada yang sakit?" tanya Nalyn.

"Tidak kak" jawab Esta seadanya. Lalu melihat sekeliling,tidak ada siapapun selain dirinya dan kakak iparnya.

"Dimana mereka semua?" tanya Esta pada Nalyn.

"Mama dan Papa sedang pulang ke Asrama ,kalau kakakmu dan Reval sedang mengurus biaya rumah sakit dan menembus obatmu"Jelas Nalyn.

"Kakak aku ingin ketaman" ucap Esta.

"Ok, kakak ambil kursi roda dulu" Nalyn berjalan ke pojok ruangan mengambil kursi roda yang telah disediakan rumah sakit.

"Sini kakak bantu" Nalyn memapah adik ipar nya tersebut dan mendudukkan nya di Kursi roda.

mereka berjalan menuju taman yang tidak jauh dari kamar Esta,hanya melewati 2 lorong yang berisi 8 kamar.

Ditaman mereka duduk di kursi taman, hari sudah sore jadi tidak panas lagi, udara cukup sejuk agak sedikit mendung.

"Kamu mau makan atau minum sesuatu?" tanya Nalyn. Esta mengangguk ia belum makan selepas bangun tidur tadi.

"Aku mau salad buah boleh kak?" tanya Esta, ia tidak enak pada Kakak iparnya.

"Tentu boleh, kakak Carikan dulu kekantin ,kamu sendiri gak papa?" Yahya Nalyn khawatir. Esta mengangguk.

"Ya aku tunggu disini aja kak" jawab Esta. Nalyn langsung menuju kantin untuk mencari Salad yang diminta adiknya itu.

10 menit kemudian

Puk .

"Kakak dapat Salad nya?" tanya Esta menengok kebelakang.

"Eh, dokter"

"kamu sendiri aja?" tanya dokter Erven.

"Tidak ,aku sama kak Nalyn" jawab Esta.

"Boleh aku duduk disini?" tanya Erven. Esta mengangguk mengiyakan.

"Jangan sungkan,panggil aku Erven" ucap Erven saat melihat Esta seperti sungkan berbicara dengannya.

"terimakasih dok, eh Erven." Esta tersenyum.

"Kamu tidak ada pasien?" tanya Esta.

"Tidak, sekarang sudah ganti sif "jawab Erven lalu menjelaskan sedikit . Hanya ada kesunyian diantara mereka, tidak ada yang ingin membuka suara lebih dulu.

"Hem, kenapa kamu melakukan itu?" tanya Erven membuka suara, awalnya ia canggung untuk menanyakan hal yang bersifat pribadi ,hal itu sangat dilarang dalam kedokteran karena itu adalah kode etik seorang dokter tidak boleh ikut campur atau ingin tau masalah pribadi pasiennya.

Esta menghadap ke Erven. Ia tidak tau apakah ia harus cerita pada orang yang baru dikenalnya ini apa lagi menyangkut masalah pribadinya.

"Maaf kalau aku ikut campur, Aku hanya menyesalinya saja ,banyak pasienku disini yang ingin berjuang untuk sembuh ,mereka sangat menyayangi nyawa, aku tau kamu mungkin memiliki masalah yang amat rumit, tapi jangan sampai kamu melakukan hal dapat merugikan dirimu sendiri. Banyak orang yang akan kehilangan mu" ucap Erven pelan. Esta menatap Erven sedikit tak suka . ia tidak suka ada orang yang ikut campur masalahnya, kenyataan nya sekarang tidak ada yang perduli padanya.

Tak lama kemudian Nalyn datang membawa salad untuk Esta dan Erven juga pamit undur diri.

"Maaf lama dek" ucap Nalyn memberikan salad pada Esta dan menatap punggung dokter Erven, dokter yang menangani Esta selama di rumah sakit ini.

"Sudah lama dokter Erven disini?" tanya Nalyn.

"Tidak lama" jawab Esta singkat llau memakan Saladnya,moodnya kurang baik saat ini, ia terus memikirkan ucapan dokter itu.

"Maaf kalau aku ikut campur, Aku hanya menyesalinya saja ,banyak pasienku disini yang ingin berjuang untuk sembuh ,mereka sangat menyayangi nyawa, aku tau kamu mungkin memiliki masalah yang amat rumit, tapi jangan sampai kamu melakukan hal dapat merugikan dirimu sendiri. Banyak orang yang akan kehilangan mu" Hanya kata -kata itu yang ada di otaknya saat ini, ia kesal tapi juga bimbang. Benar katanya banyak orang yang sangat takut akan kematian,tapi Esta justru ingin menjemput kematiannya.

"Dek kita masuk ya, udah sore udara sore gak bagus buat kesehatan mu?" ucap Nalyn dan Esta mengangguk. Mereka masuk kedalam rumah sakit. saat sampai dikamar sudah ada orang tuanya ,Rakel dan ponakannya. Refal langsung berlari memeluk Tante nya itu saat Esta memasuki ruangan.

"Tante" panggil Refal berlari memeluk Esta. Esta tersenyum membalas pelukan keponakan nya.

"Halo sayang, kapan kamu datang?" tanya Esta pura-pura tidak tau.

"Tadi Tante asih tidur pas Efal dateng, jadi Efal ikut papa keluar, pas Efal balik Tante endak ada " Refal menceritakan semuanya. Esta pindah ke kasur dibantu oleh kakak nya.

"Dari mana sayang, tadi mama cari kamu" tanya Renita. Esta tidak menanggapi pertanyaan mamanya, Nalyn yang menjawab pertanyaan mertuanya pada adiknya.

"Tadi Esta ingin ke taman ma, jadi Nalyn anter Esta ke taman"Jelas Nalyn agar mertuanya tidak khawatir lagi.

"Dia udah makan?" tanya Rakel pada istrinya tentang Esta.

"Tadi hanya makan salad" jawab Nalyn. Rakel berjalan menuju meja tempat makan sore diletakkan, saat Esta pergi tadi suster mengantar makanan untuk Esta.

"Makan lah" Rakel menyuapi Esta, awalnya ia menolak tapi karena dipaksa oleh kakaknya terpaksa ia memakannya.