webnovel

11. Flashback SMA

High Scope, 2014

Rose

Putri Yasmine Wamani, nama itu begitu dielu-elukan oleh se-alam semesta sekolah. Terutama kalangan adam, khususnya kelas 2-1. Isunya, nama itu sangat unik, mudah ingat dan sulit dilupakan. Bagiku, mereka berlebihan.

Apalagi makhluk pemilik nama itu, konon kata mereka, secantik bidadari yang turun dari langit ketujuh. Dan nama, yang entah kenapa menurut mereka sangat indah tersebut, begitu mewakili pemiliknya yang anggun. Menurutku, Yasmine itu biasa-biasa saja, tidak ada yang istimewa darinya. Tubuhnya kecil, pendek dan terlalu ramping. Rambutnya sepunggung dan lurus, matanya, hidungnya, kulitnya, bentuk wajahnya. Terlalu biasa. Singkatnya, dia hanya rata-rata. Lantas kenapa siswa seluruh sekolah, terkecuali aku, begitu menaruh perhatian lebih oleh kurcaci itu?

Bukan hanya itu dari aspek fisik. Nilai akademik Yasmine juga sangat di perbincangkan. Gadis itu sangat lihai bermain dengan angka. Nalarnya terhadap matematika begitu mengagumkan. Semua orang mengagumi intelegensinya.

Yasmine adalah murid pindahan yang tinggal sebelah rumah dari rumahku. Kira-kira baru tiga bulan yang lalu dia menginjakkan kaki di sekolah ini. dan semenjak kehadirannya, pamor serta ketenaranku terusik.

Padahal, di angkatanku ini belum pernah ada yang prestasinya menyamai apalagi mengungguliku. Pujian-pujian selalu melayang-layang di sekitarku, menghujaniku dengan decak dan gumam kekaguman, serta membanjiriku dengan sorotan iri dan segan.

Jika boleh kukatakan, ibarat sekolah favorit ini sebuah kerajaan yang sangat besar. Maka aku adalah putrinya. Kerajaan ini sangat mencintaiku. Akulah satu-satunya. Hanya aku. Tidak ada yang lain. Tidak akan boleh!

Tetapi, aku yang primadona kini seakan memiliki kembaran. Hanya perlu waktu tiga bulan bagi Yasmine untuk mengambilnya. Perhatian untukku kini terbagi, ada Yasmine yang berdiri persis di sampingku.

Nilai gadis itu begitu gencarnya mendekatiku. Bahkan, sudah beberapa kali tes dan ujian, nilai Yasmine dengan begitu lihainya terpatri selisih sedikit koma di bawahku. Aku seperti terjatuh ke dalam lubang yang paling dalam. Seakan terpojok mati di sudut yang tergelap. Perhatian semua orang telak-telak telah direbut olehnya.

Itu belum cukup mengesalkan. Yang membuatku semakin murka, si nenek sihir kerdil itu mulai dekat dengan Jay, ketua ekskul kelompok ilmiah. Padahal, manusia sejagad maya tahu, sejak zaman portugis, Jay hanya pernah mendekatiku. Si wajah kharismatik itu adalah pangeranku. Pangeran paling tepat untuk putri luar biasa sekolah ini.

Yasmine. sebenarnya apa maumu? Dan yang paling penting, kenapa kau terlihat begitu sempurna?

***

Pukul sebelas adalah giliran pelajaran math di kelasku. Rumus-rumus yang siap dijejalkan menghampar di papan tulis. dan tugas abadi kami sebagai siswa, tentu saja mencatatnya. Sementara kami berusaha menulis lambang-lambang aneh itu, Mr.Yoga yang mempersembahkan ilmu math di kelasku sedang berkomat-kamit.

Seseorang mengetuk pintu kelas. Semua warga 2-1 yang terhanyut dalam nyanyian sumbang milik Mr.Yoga menoleh. Ada Mrs. Jessica di depan pintu.

"Anak-anak sekalian, maaf mengganggu. Sekedar pengumuman, hari selasa ini kalian tes Kimia. Bahannya dua bab terakhir, sekitar lima puluh soal dan…

Kalimat itu menggantung sejenak. Mrs. Jessica mengedarkan pandangan, dapat menangkap sinyal protes yang kami pancarkan dari gerutuan di sana-sini. dan tidak lama kemudian, beliau kembali bergeming.

"Bilingual" ujarnya.

Sang hakim sudah mengetukkan palu. Semua yang berada dalam ruang sidang seketika membeku. Keputusan sang penentu kini tidak dapat diganggu gugat lagi. besok seluruh warga 2-1 akan dijebloskan dalam penjara nelangsa yang bernama tes kimia.

"Saya harap kalian akan memberikan hasil yang terbaik. Terima kasih."

Kemudian beliau berlalu seperti melarikan diri dari keluhan yang mulai membahana.

Mungkin inilah yang dimaksud Mrs. Jessica sebagai tes akbar yang akan diselenggarakannya. Sekitar dua bulan yang lalu, beliau sudah mengultimatum mengenai tes yang sulitnya semacam itu. dan yang lebih parah lagi, hasil tes tsb akan diumumkan di majalah utama dinding sekolah.

***

Selasa, pukul setengah tujuh lewat sekian-sekian, Jay ada di depan kelasku. Sedikit heran, rasanya tidak ada buku yang aku atau dia, perlu kembalikan. Atau mungkin kali ini urusan di luar akademik? Sebuah dugaan muncul merasuk benakku. Namun, kemudian dugaan itu sirna seketika. Jay menemui Yasmine.

Secara sembunyi-sembunyi, aku memantau mereka. Jay dan Yasmine berbincang-bincang hangat di depan kelas. Sesekali terdengar seringaian manja Yasmine. Jay juga tak canggung-canggung melempar tawa renyahnya pada gadis itu. dia terlihat begitu menyukai Yasmine. matanya berbinar bahagia bersenda gurau dengan Yasmine. seperti terbawa suasana, Jay bahkan tidak sadar bahwa bel tanda jam pertama telah berkumandang.

Aku tidak tahan melihat pemandangan itu. ada gejolak hebat yang terjadi padaku. Tubuhku mulai dingin, seperti tiba-tiba menyadari bahwa dinding-dinding bumi mulai menjadi bongkahan es. Aku menunduk, tenggorokanku tercekat, pelupuk mataku terasa panas, wajahku terbakar. Aku cemburu.

"Mrs. Jessica sudah datang, kita sambung nanti saja ya," kata Yasmine mengakhiri pembicaraan.

"Ok, ngomong-ngomong, maaf ya kalau teleponku malam tadi mengganggumu."

"Oh, tidak apa-apa."

Jadi selama ini Jay dan Yasmine aktif berkomunikasi lewat telpon? Hatiku menjerit pilu. Setahuku hanya aku satu-satunya gadis yang menduduki takhta hatinya. Mungkin hanya perlu sedikit waktu lagi untuk menyakinkan hatinya, Jay pasti akan memintaku jadi pacarnya.

Mrs. Jessica sudah di depan kelas. Semua murid, termasuk aku, mengambil tempat duduk masing-masing dengan segera. Lembar soal dan jawaban telah disebar. Aku coba untuk mulai fokus mengerjakan soal yang paling mudah. Namun, entah kenapa, seketika itu juga bayangan Jay dan Yasmine tadi mengusik konsentrasiku.

***

Enam hari berlalu

Supirku, menepikan mobil tepat di depan gerbang sekolah dengan sedikit tergesa-gesa. Begitu aku berhenti, aku langsung melompat dari mobil seperti tupai. Hari ini aku bangun kesiangan, padahal hari ini merupakan giliranku untuk piket. Karena takut terlambat, aku pergi ke kelas setengah berlari.

"Rose!" sebuah suara datang untukku. Aku menghentikan langkah sebentar, pemilik suara itu menghampiriku.

"Sudah melihat hasil tes kimia kemarin?" Ina, teman sebangkuku bertanya.

"Belum, di mana pengumumannya?"

"Coba lihat di madding," jawabnya, seperti paham kalau aku begitu penasaran.

Aku bergegas berlari menuju papan majalah dinding.

Putri Yasmine Wamani 95

Lady Rose Arlette 94

Jayden Hans Willy 90

Itulah tiga besar pemenang tes akbar dari Mrs. Jessica semester ini. Yasmine berhasil meraih nilai tertinggi. Dia menang satu poin di atasku. Tiba-tiba, isi dadaku kosong, hampa di dalam. Saat itu juga rasanya aku ingin mati di tempat. Sakit rasanya menerima kenyataan ini. mataku nyaris berair meski sebenarnya air mata ini telah menjelma arus.

Bodoh kau Rose! Dasar lemah! Kenapa hanya karena cemburu, nilaimu berhasil dibalap Yasmine? kutukku dalam hati.

"Rose?"

Seseorang memanggilku. Tanpa kutengok pun aku tahu siapa dia. Suara halus, lembut dan indah itu adalah milik Yasmine.

"Aku, kau dan Jay didaftarkan sebagai kandidat olimpiade kimia. Kau bersedia, kan?" tanya Yasmine.

"Ya, boleh," jawabku datar.

"Mohon kerja samanya, ya."

Dengan polos, tanpa paksaan, penuh kejujuran, Yasmine melempar senyum ramahnya. Otot-otot di wajahku seperti telah membeku dan kaku. Aku tak sanggup membalas senyum lembutnya. Di mataku kelembutan itu menyakitkan.

To Be Continued

Creation is hard, cheer me up!

JaneJenacreators' thoughts