webnovel

Lukamu Adalah Lukaku

Andrew pulang dari kantor langsung menuju rumahnya, sampai di halaman dia melihat Sonya keluar dari mobilnya.

"Tunggu Ibu." Andrew memanggil Ibunya sebelum memasuki rumah.

"Ada apa, Sayang?" tanya Sonya sambil menatap anak semata wayangnya.

"Ibu darimana? Dimana Clarissa?" tanya Andrew sangat cemas.

"Tadi selesai memasak, karyawan butik menelepon, katanya ada masalah. Jadi Ibu meninggalkan Clarissa di rumah. Lagian Ayahmu juga di rumah." Jawab Sonya.

"Apa!/" Andrew langsung berlari ke arah kamarnya.

"Sayang!" Andrew memanggil istrinya namun tak ada jawaban. Dia mencari di ruang bacanya, tapi juga tak ada. Dibukanya pintu kamar mandi.

"Sayang, apa yang terjadi denganmu?" Andrew melihat Clarissa terbenam dalam bathtub.

Wajah Clarissa pucat, tubuhnya menjadi dingin. Andrew mengangkatnya ke ranjang, memakaikan baju tidurnya, lalu menyelimuti dengan selimut tebal. Andrew sangat khawatir dengan keadaan Clarissa, namun dia tak ingin membuat keributan di rumahnya. Andrew berpikir apa ini semua ada hubungan dengan Ayahnya. Diam-diam dia mengambil air hangat di dapur, lalu mengompres istrinya. Tak lama kemudian Clarissa mulai membuka matanya.

"Mas ... " Suara Clarissa membuyarkan lamunannya.

"Sayang, apa yang kamu lakukan di bathtub?" tanya Andrew panik.

"Aku ingin kita bercerai Mas. Aku tidak pantas menjadi istrimu." Air mata Clarissa mengalir dengan deras.

"Apa yang kamu katakan Sayang? Aku tak akan menceraikanmu?" Andrew menggenggam tangan Clarissa.

"Aku istri yang hina, yang tak bisa menjaga diriku. Rasanya aku seperti sudah mengkhianatimu," ucap Clarissa dalam derai air mata yang tak mungkin bisa ditahannya lagi.

"Apa maksudnya ini, Sayang?" tanya Andrew dengan wajah sangat cemas.

Clarissa tak menjawab, dia terus menahan tangisnya. Hingga nafasnya terdengar sesak. Andrew semakin penasaran, apa yang sudah terjadi dengan istrinya. Clarissa terlihat sangat terluka. Andrew memeluk Clarissa sampai tertidur. Setelah melihat istrinya terlelap, dia keluar melihat keadaan rumah sudah sepi. Diam-diam Andrew memasang kamera kecil, di setiap sudut kamar maupun rumahnya. Paling tidak ketika Andrew di luar rumah dia bisa mengawasi istrinya.

Esok harinya ketika akan berangkat ke kantor, Andrew menatap istrinya yang masih tertidur. Tak tega membangunkannya, Andrew hanya meninggalkan memo kecil di sampingnya.

Sayang ... Mas berangkat dulu

Aku tak tega membangunkanmu

Istirahatlah di rumah ... I Love You

Clarissa yang sudah terbangun, tersenyum membaca memo kecil dari suaminya. Dia merasa gerah, lalu memasuki kamar mandinya. Selesai mandi, Clarissa melilitkan handuk di tubuhnya. Saat dia keluar, Clarissa sangat terkejut melihat Ferdinand sudah berdiri di kamarnya. Clarissa ketakutan dan berlari ke arah pintu. Sangat kalah cepat Ferdinand sudah menariknya ke dalam pelukannya. Clarissa menjerit, memberontak dan berusaha melepaskan cekeraman Ferdinand. Namun usahanya sia-sia. Clarissa berteriak namun tak ada yang mendengar suaranya. Sudah berusaha melepaskan diri namun tak berhasil, Clarissa menggigit lengan Ferdinand. Ferdinand yang merasakan kesakitan karena gigitan Clarissa, malah menarik rambutnya dan melepaskan handuk yang menutupi tubuhnya. Melihat tubuh polos Clarissa yang sangat mulus, Ferdinand tak bisa menahan hasratnya. Dia langsung menghujam area sensitif Clarissa dengan senjata miliknya. Clarissa menjerit kesakitan, air matanya mengalir sangat deras. Bahkan tanpa ampun Ferdinand terus melecehkan Clarissa hingga wanita itu tak berdaya. Setelah mendapatkan kepuasannya, Ferdinand meninggalkan Clarissa di kamarnya tanpa perasaan kasihan sedikit pun.

Clarissa yang sudah tidak tahan dengan hidupnya menyedihkan, masuk ke bathtub dan memotong pergelangan tangannya. Dia sudah tak ingin hidup lagi.

Di kantornya, Andrew baru selesai meeting dengan tim desain. Memasuki ruangannya, Andrew penasaran apa yang dilakukan istrinya pagi hari. Andrew tersenyum melihat ekspresi Clarissa saat membaca memo kecilnya. Kemudian terlihat di video istrinya memasuki kamar mandi. Di video selanjutnya, Andrew sangat kaget melihat Ayahnya ada di kamarnya. Dia penasaran apa yang ingin dilakukan Ayahnya. Hingga di video yang terakhir , Andrew tak percaya apa yang sudah dilihatnya. Dia berlari ke mobilnya dan mengemudi secepat mungkin. Sampai di rumah Andrew berlari ke kamar mandi kamarnya. Air bathtub berubah merah darah, Clarissa sangat pucat. Andrew membungkus tubuh istrinya dengan bathrobe dan mengangkatnya ke mobil. Dibawanya Clarissa ke RS terdekat.

Sampai di RS kondisi Clarissa sangat memprihatikan. Dia kehabisan banyak darah. Andrew tak menyangka Clarissa nekad ingin membunuh dirinya. Andrew menangis dalam rasa bersalah yang sangat besar kepada istrinya. Dia tak menyangka Ayahnya tega memperkosa istrinya. Hingga seorang perawat menghampirinya, Andrew baru tersadar dari tangisannya.

"Maaf, Pak, Dokter ingin berbicara dengan wali dari Ibu Clarissa," ucap perawat kepadanya.

Andrew mengikuti perawat yang akan mengantarkan ke ruangan dokter.

"Silahkan duduk, Pak." Dokter itu dengan ramah menyambut Andrew.

"Bagaimana keadaan istri saya, Dok?" tanya Andrew dengan wajah begitu panik dan juga sangat sedih.

"Keadaannya sangat memprihatinkan. Selain karena kehilangan banyak darah dia juga mengalami trauma yang besar. Oleh sebab itu dia butuh perhatian yang lebih dan jangan membiarkan dia seorang diri. Sewaktu-waktu dia bisa melakukan hal lain yang lebih berbahaya." Ucapan Dokter itu menambahkan rasa bersalah dalam hati Andrew.

Andrew memasuki ruang perawatan Clarissa. Dia duduk di sampingnya, sambil menggenggam tangannya. Menatap istrinya yang tak berdaya membuat Andrew semakin lemah. Dia menangis dan menyesal karena tak bisa melindungi istrinya sendiri. Dadanya terasa nyeri, nafasnya menjadi sesak. Hingga dia duduk tertidur memeluk istrinya.

Hari ini adalah hari kedua Clarissa terbaring di RS. Tidak ada keluarga yang tahu akan keadaannya. Andrew beralasan liburan dengan istrinya kepada Ibunya. Sejak berada di RS, tak sekali pun Clarissa membuka matanya.

"Sayang, bangunlah. Apa kamu tidak merindukan suamimu ini? Apa kamu begitu membenciku hingga tak ingin membuka matamu? Apa kamu melupakan janjimu untuk tidak meninggalkan?" Andrew terus mengatakan banyak pertanyaan di samping istrinya.

Andrew berharap Clarissa segera bangun dan memeluknya erat. Di hari yang ketujuh, Clarissa terbangun disaat Andrew masih memeluk tangannya.

"Mas Andrew ... " Clarissa mencoba membangunkan suaminya.

"Sayang ... Kamu sudah bangun." Andrew sangat senang hingga menangis memeluk Clarissa.

"Kenapa Mas menangis?" tanyanya lirih.

"Karena kamu berniat meninggalkan aku." Andrew semakin menangis dalam pelukan Clarissa.

"Aku sebenarnya tak ingin terbangun, namun suara tangisan dan banyak perkataanmu memaksaku untuk bangun. Terimakasih Mas, kamu selalu di sampingku." Clarissa tersenyum memeluknya.

"Sayang, aku akan memanggil dokter," ucap Andrew.

"Nanti saja Mas, aku ingin memelukmu seperti ini dulu," ucap Clarissa sambil terus memeluk Andrew.

"Sayang, apa kamu tak pernah mencintaiku?" tanya Andrew.

"Aku sangat mencintaimu Mas, hingga rasanya aku ingin mati saat aku menyadari tak bisa menjadi istri yang baik untukmu," Jawab Clarissa dengan suara yang sedih dan air matanya jatuh menetes.

"Sayang, percayalah kamu adalah wanita terbaik dalam hidupku. Jangan pernah sekalipun kamu berpikir untuk meninggalkanku," ucap Andrew sambil mengecup keningnya.

Andrew baru menyadari, jika rasa cinta terhadap Clarissa sangatlah besar. Melihat Clarissa terluka, hatinya seakan tercabik-cabik. Andrew tak sanggup jika harus tanpanya, rasanya akan sangat menyakitkan.

Happy Reading

Next chapter