31 Perduli

Ngapain juga dia di sana? Tidur di pinggir pantai tengah malam. Gumam Salsa, mengerutkan bibirnya. Salsa menghela napasnya frustasi. Meskipun dia merasa kesal dengan David. Di lubuk hatinya paling dalam dia merasa tak bisa jauh darinya.

"Hah.. Bukanya dia masuk ke daalm rumah, terus makan. Tapi malah milih di luar sana. Apalagi cuaca hari ini sangat dingin." Gerutu Salsa, ia membalikkan badannya dan segera pergi meraih jaket David si atas sofa. Dan berlari keluar dar kamarnya. Entah sejak kapan hatinya merasa tersentuh dengan kondisi David.

"Salsa! Kamu mau kemana?" tanya Lia yang sibuk makan dengan Alan.

"Aku keluar sebentar,"

"Kamu gak makan?" tanya Alan, salsa hanya diam wajahnya terlihat sangat panik.

Lia mengerutkan keningnya, mentap aneh pada Salsa. Tidak biasanya wanita berambut hitam pekat itu terlihat sangat khawatir. Meski ia tak tahu apa yang sedang di khawatirkan oleh Salsa. Meski sebagai teman barunya Lia suah tahu betu bagaimana Salsa.

"Apa ada sesuatu?" tanya Lia.

Salsa tersnyu, paksa, mencoba menyembunyikan rasa khawatir, cemas, dan takut jadi satu. Pandangan matanya eakan tak lepas dari pintu masuk Vila.

"Gak ada apa-apa, kalian makan saja dulu. Aku ada urusan sebentar." Gumam Salsa, mengbaskan tangannya, dan berlari pergi meninggalkan Alan dan Lia yang lagi berduaan.

Lia beranjak berdiri, mengangkat tangannya mencoba mencegah Salsa pergi. Namun punggungnya sudah berjalan menjauh pandangan matanya.

"Eh.. Salsa, tapi kamu jangan lupa makan, ya." Teriak Lia.

"Iya...,tenang saja." Jawab Salsa yang sudah jauh di ujung pintu.

"Sudahlah duduk, aku yakin jika Salsa pasti menemui David."

"David?"

"Iya, dia sebenarnya dari tadi ada di vila sebelah. Karena memang itu tempat dia mnaruh semua lukisannya." Jelas Alan, sembari menikmati makannnya.

"David bisa melukis?" tanya Lia heran.

Bisa, dia snagat jago melukis. Tetapi dia hanya melukis saat berada di Vila ini. Kalau sedang di rumah dia seperti david yang tegas dan keras."

Lia mengangguk anggukan kepalanya. "Oo.. Aku baru tahu, ternyata dia hebat juga. Ahli dalam mengurus perusahaan tetapi juga bisa melukis. Banyak benget keahliannya." Gumam Lia kagum

"Eh.. tapi masakan Salsa enak, ya." Sindir Alan, menarik turunkan alisnya sembari terkekeh kecil dalam hati. Di saat melihat ekspresi wajah Lia yang seketika berubah cemberut. Alan merasa dia juga cemburu di saat Lia diam-diam juga mengagumi kakaknya.

"Kenapa? Ngambek?" tanya Alan datar.

"Enggak siapa yang ngambek. Sudah cepat makannya." Gerutu Lia, bangkit dari duduknya. Dengan sigap Alan memegang tangan Lia.

"Kamu mau kemana?"

"Ke kamar," Lia menarik tangannya dan beralari pergi masuk ke dalam kamarnya yang hanya beberapa langkah saja dari dapur.

Dasar wanita kalau lagi cemburu selalu begitu. Tetapi dia sendiri ga sadar kalau mengagumi laki-laki lain. Selalu saja seenaknya sendiri.

***

Pov Salsa.

"Kenapa kamu ada di sini?" tanya salsa berjalan mendekati David yang masih berbaring di pinggiran pantai.

Tanpa menoleh David sudah tahu jika suara perempuan di belakangnya adalah Salsa, dia hanya tersenyum dan masih menuup ke dua matanya.

"Harusnya aku yang tanya, kenapa kamu ada di sini?" tanya David datar.

"Aku di sini, hanya ingin bertemu dengan kamu."

"Kenapa?" tanya David. "Apa kamu perduli denganku?"

Salsa terkekeh kecil, "Siapa juga yang perduli dengan kamu. Aku hanya ingin memberikan ini." Salsa melemparkan jaket hitam itu tepat di wajah David. David meraih jaketnya, beranjak duduk, menoleh mentap ke arah Salsa.

"Kalau kamu tidak perduli dengan aku. Kenapa kamu bawakan jaket untukku." Ucap David, mengembangkan bibirnya.  

Salsa menghela napasnya, memutar bibirnya kesal. "Siapa juga yang perduli,"

"Ini buktinya." David mengangkat jaketnya, dengan ekpresi wajah enggoda, menarik sakah satu alisnya ke atas.

"Aku tadi hanya.." Salsa memutar matanya malas, memalingkan wajahnya acuh.

"Hanya khawatir padaku." Ucap David, dia mulai memakai jaket yang di bawakan Salsa, merasa hari ini sangat dingin. Dia juga membutuhkan itu.

"Dan aku hanya mengingatkan kamu lagi." Ucap David, tanpa menoleh ke arah Salsa. "Kita hanya sebatas gubungan di atas kertas. Jangan smapai kamu ada perasaan denganku. Dan sebaliknya. Kamu dan aku tidak boleh saling jatuh cinta."

Deg!

Salsa memegang dadanya, mencengkeram erat baju yang masih menempel di tubuhnya.

Ucapan David seketika menghentikan detak jantungnya kesekian detik. Entah kenapa hatinya merasa sangat sakit mendengar perkataan David. Dia tidak rela itu terjadi. Namun, dengan berat hati Salsa, mencoba untuk tetap tenang. Dia menarik napasnya dalam-dalam, menenangkan hatinya. Dalam satu tarikan napasnya, salsa mencoba untuk tetap tersenyum meski dalam hati terasa sagat sakit.

"Jangan terlalu percaya diri. Aku tidak pernah suka dengan kamu sama sekali."

"Bagus kalau begitu," ucap David tersenyum, menoleh ke arahnya. Mengulurkan tangannya ke arahnya. Ke dua mata Salsa engerutkan kaningnya bingung.

Apa sebenarnya maksud dia. Kenapa dia mengulurkan tangannya. Apa memang dia sengaja ingin membuat aku jatuh cinta padanya. Terus dia sesuka hatinya ingin meninggalkanku.. Itu tidak akan pernah terjadi.. Tidak akan pernah.. Aku tidak akan jatuh cinta padanya. Aku harus menunjukkan itu semua agar dia tidak salah paham.

Salsa mengembangkan bibirnya, menerima uluran tangan David. Laki-laki itu menuntun tangannya untuk duduk di sampingnya.

"Duduklah!" pinta David.

Apa sebenarnya yang di rencanakan dia. Kenapa dia membuat pikiran kau jadi tambah bingung. Sekarang sifatnya tiba-tiba berubah ramah. Dan tadi di vila dia marah-marah denganku. Dasar menyebalkan! Gerutu Salsa dalam hatinya.

"Kenapa kamu diam?" tanya David basa basi."Kamu aneh," ucapnya terus terang.

"Aneh?" David memalingkan wajahnya, mengerutkan alsinya mentap bingung wajah Salsa.

"Bukannya kamu yang aneh."

"Kenapa tadi kamu tidak mau makan."

"Aku tidak lapar," ucap david. "Lagian aku tidak maumakan di dalam."

"Oke. Kalau kamu tidak mau makan. Aku akan ambilkan makanannya dan kita makan di sini." David menatap dalam wajah Salsa. Banyak opertanyaan terbesit dalam taknya. Menatap gadis aneh di depannya itu.

Kenapa dia baik padaku? Bukanya aku selalu menyakiti dia?

Salsa tersenyum, melipat ke dua kakinya, memeluknya erat sembari menatap luasnya lautan di depannya.

"Kamu pasti berpikir jika aku sangat mencintai kamu." Salsa membalikkan badannya menatap David. "Tapi tenang saja, aku sama sekali tidak suka dengan kamu."

David menghela napasnya dia merasa lega dengan jawaban Salsa.

"Aku hanya hari ini saja baik dengan kamu. Dan jangan harap aku akan terus baik dengan kamu."

"Terserah kamu." Jawab cepat Salsa. Melebarkan senyumnya seakan tak terjadi apa-apa padanya.

"Apa it?" David menunjuk ke samping menatap dengan pandangan mata seakan terkejut melihat sesuatu di sampingnya.

Salsa tanpa pikir panjang, dia berteriak dan ia memeluk erat tubuh David di sampingnya. Ihh..Ada apa?" gumam Salsa mengerutkan wajahnya takut, menyembunyikan wajah cantiknya di dalam tubuh dada bidang David.

avataravatar
Next chapter